Dilarang Boom Like!!!
Tolong baca bab nya satu-persatu tanpa dilompat ya, mohon kerja sama nya 🙏
Cerita ini berkisah tentang kehidupan sebuah keluarga yang terlihat sempurna ternyata menyimpan rahasia yang memilukan, merasa beruntung memiliki suami seperti Rafael seorang pengusaha sukses dan seorang anak perempuan, kini Stella harus menelan pil pahit atas perselingkuhan Rafael dengan sahabatnya.
Tapi bagaimanapun juga sepintar apapun kau menyimpan bangkai pasti akan tercium juga kebusukannya 'kan?
Akankah cinta segitiga itu berjalan dengan baik ataukah akan ada cinta lain setelahnya?
Temukan jawaban nya hanya di Noveltoon.
(Please yang gak suka cerita ini langsung Skipp aja! Jangan ninggalin komen yang menyakitkan. Jangan buka bab kalau nggak mau baca Krn itu bisa merusak retensi penulis. Terima kasih atas pengertian nya.)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bilqies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENDUA 19
Setelah mengakhiri panggilan dengan suaminya, Stella merasa gelisah. Lalu dia mengambil sebuah keputusan untuk mengikuti instingnya. Dalam waktu yang singkat, Stella mengenakan jaket dan tak lupa mengambil kunci mobil yang biasa dia simpan di dalam nakas. Kakinya membawanya melangkah menuju halaman mansion, mobil sport berwarna merah metalik meluncur meninggalkan mansion dengan kecepatan sedang.
Di bawah sinar matahari yang cerah, Stella mengemudikan mobilnya dengan hati yang berdebar. Hari itu terasa biasa saja, tapi ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Suaminya, Rafael, tampak berbeda belakangan ini lebih sering pulang larut, sering beralasan yang tidak masuk akal, dan selain itu Rafael telah tega membohongi Stella yang begitu mempercayainya. Rasa curiga itu tumbuh perlahan, seperti benih yang disiram air.
Dengan penuh keyakinan, Stella memutuskan untuk mengunjungi kantor Rafael. Stella menatap jalanan yang berlalu di sampingnya, berharap mendapatkan jawaban atas semua kecurigaan nya selama ini. Setelah beberapa menit, Stella tiba di depan gedung kantor suaminya. Dia memarkirkan mobil nya di sudut yang cukup jauh, berusaha tidak terlihat. Namun, masih bisa melihat pintu keluar gedung. Dari kejauhan, dia mengamati dengan mata penuh was-was.
Dari dalam mobil dia melihat kerumunan orang yang lalu-lalang. Suara langkah kaki dan deru mobil memenuhi telinganya. Dalam hatinya ada rasa cemas yang menyelimutinya.
Setelah beberapa saat menunggu, Stella melihat Rafael keluar dari kantor. Dia mengenakan jas hitamnya, terlihat rapi seperti biasanya. Namun, ada sesuatu yang berbeda dari cara Rafael melangkah, seolah dia menyimpan rahasia di balik senyumnya. Stella merasakan aliran panas di dalam dadanya ketika Rafael masuk ke dalam mobil.
Perasaan tak menentu menghantui Stella, kini jantungnya berdegup semakin kencang. Dengan rasa penasaran yang tak tertahan, dia memutuskan untuk mengikuti suaminya.
Mobil Rafael melaju menjauh dari kantor, dan Stella menyalakan mesin mobilnya, mengikuti dengan hati-hati. Dia berusaha menjaga jarak, takut kalau Rafael menyadari kehadirannya. Jalanan yang dilalui terasa asing dan menegangkan. Stella bertanya-tanya ke mana suaminya akan pergi. Setiap detik terasa seperti satu jam, kini hanya terdengar bunyi detak jantungnya yang tidak sinkron.
Dalam hatinya, dia berusaha meyakinkan diri bahwa semua ini hanya perasaannya saja. Namun, rasa ingin tahunya semakin membara ketika mobil Rafael berhenti di depan sebuah apartemen.
Dari dalam mobil, Stella mengamati ketika Rafael keluar dari mobil dan berlari menuju apartemen. Saat itu kedua netranya menangkap sosok wanita yang begitu familiar keluar untuk menyambut Rafael.
Stella tertegun, seluruh dunianya seolah runtuh seketika. Wanita itu ... Angel, sahabatnya. Rasa sakit menyusup ke dalam hatinya, bagaikan sebuah belati menusuk tanpa ampun. Tak ada yang bisa menjelaskan rasa sakit dan penghianatan yang melanda hatinya. Air mata menggenang di pelupuk matanya, tetapi dia berusaha keras untuk tetap tenang.
Stella hanya bisa menyaksikan dari kejauhan saat Rafael dan Angel berpelukan, bersamaan dengan itu Stella mengambil gawainya dari dashboard mobil, walaupun sakit dia tetap mengambil beberapa gambar Rafael dan Angel, Selain itu Stella juga merekam semua kejadian hari ini dimana sang suami yang telah berbohong di belakang punggungnya. Rasa sakitnya semakin menjadi ketika Rafael terlihat tersenyum, seolah kebahagiaan yang sudah lama hilang dari hidupnya kini ditemukan kembali di pelukan sahabatnya sendiri.
Mobil itu melaju kembali, meskipun hatinya hancur, Stella tetap berusaha mengikuti tanpa berpikir panjang. Mereka menuju sebuah restoran yang terkenal dengan suasana romantisnya. Stella merasa terjebak dalam realita yang menyakitkan. Stella tahu bahwa dia harus mengambil keputusan. Dia ingin berbicara, ingin mempertanyakan semua ini, tetapi semua itu terasa begitu rumit.
Dengan perasaan campur aduk, Stella memarkir mobilnya di tempat yang strategis, memantau dari jauh. Sambil menunggu, dia berusaha menenangkan diri. Rasa sakit dan kemarahan mulai bercampur menjadi satu, dan saat dia melihat Rafael dan Angel duduk di dalam restoran, tertawa dan berbagi momen intim, satu pertanyaan menghantui pikirannya "Apa yang akan aku lakukan selanjutnya?"
Hari itu, di bawah terik matahari, Stella merasakan kepingan-kepingan hidupnya hancur, dan semua harapan yang pernah dia miliki bersama Rafael terasa semakin menjauh. Di dalam hatinya, ada pertarungan antara cinta dan sakit hati. Dia harus menemukan jawaban, meskipun hal itu mungkin menghancurkan segalanya.
🍁Mansion Rafael🍁
Sementara di dalam mansion kini ada seorang wanita parubaya yang tengah duduk di ruang keluarga, pandangan nya lurus ke depan menatap sebuah layar kaca lebar. Di sela dirinya menonton tiba-tiba terdengar suara yang begitu familiar di telinganya.
"Mom ...."
Rafella berlari menuju ruang keluarga, tempat dimana Mommy nya yang selalu menghabiskan waktunya di ruangan itu, menonton sebuah Drama Cina kesayangannya. Namun, untuk saat ini dia tampak kecewa tak mendapati sosok yang dia cari.
Akan tetapi hal itu tak berlangsung lama, seketika sudut bibirnya tertarik ke atas membentuk sebuah lengkungan yang begitu indah. Rafella sangat bahagia bisa bertemu dengan seseorang yang dia sayangi, yang tak lain adalah Oma Elena.
"Hai, Sayang. Cucu Oma sudah pulang?"
Oma Elena mencium cucu kesayangan nya yang terlihat sangat cantik, tidak jauh beda dengan masa kecil Stella dulu.
Mendengar dirinya yang di panggil, Rafella pun berjalan mendekat ke asal bunyi suara.
"Oma ...!" Pekik Rafella menghambur memeluk wanita parubaya yang tengah duduk di atas sofa bed dengan tersenyum bahagia.
"Iya, Sayang. Apa kabar cucu Oma yang cantik ini?"
Oma Elena menatap wajah cucunya sembari mengelus lembut punggung Rafella.
"Rafella baik kok Oma. Oma sendiri gimana kabarnya?"
"Oma juga baik kok, Sayang. Kamu ganti baju dulu ya bentar lagi langsung makan sama Oma." Seru Oma Elena pada cucunya.
"Baik, Oma. Oh, iya mana Mommy? Kok dari tadi Rafella gak lihat Mommy."
Rafaella menyapu pandang ke seluruh ruangan berakhir kedua bola matanya menatap Oma nya, seolah anak perempuan itu meminta jawaban tentang keberadaan Mommy nya.
"Mmmm ... Mommy kamu keluar sebentar sayang, sebentar lagi juga pulang kok." Jawab Oma Elena meyakinkan cucunya agar tidak bertanya lagi perihal keberadaan Mommy nya.
Ya, semenjak tadi siang Stella yang berpamitan pada Mamanya untuk keluar sebentar, ternyata sampai sekarang pun Stella belum pulang membuat sang Mama pun khawatir memikirkan itu semua. Sedari tadi Mamanya menghubungi Stella, tetapi tak satu pun panggilan telpon dari Mamanya yang di jawab, hanya bunyi dering telpon yang tersambung hingga datanglah Rafella yang baru saja pulang dari sekolah.
Sontak beberapa bayangan negatif berputar di kepala wanita parubaya itu, tapi dia tahu betul bagaimana putrinya itu. Mama Elena yakin jika Stella tidak akan bertindak ceroboh untuk melakukan hal yang merugikan dirinya. Tapi, untuk saat ini mempercayai hal itu sangatlah tipis karena Stella pun tak kunjung datang.
'Stella ... kamu sebenarnya ada dimana, Sayang?'
*
Sementara di tempat yang berbeda.
Sinar matahari menyinari jalanan yang ramai, menciptakan kilauan pada kaca mobil. Di dalam mobil, seorang istri, Stella, duduk dengan tenang di kursi pengemudi. Di luar, suara klakson dan hiruk-pikuk kota tidak mengganggu pikirannya. Dia sudah tahu segalanya perihal perselingkuhan suaminya, Rafael, yang dia lihat di restoran beberapa jam lalu. Namun, wajahnya tetap datar, seolah tidak ada yang terjadi apapun. Tapi, siapa sangka jauh dari lubuk hatinya, dia sangat hancur melihat fakta itu.
Stella menarik nafas dalam-dalam, merasakan detak jantungnya berdebar. Pemandangan kota yang familiar melewati kaca depan seakan menjadi latar belakang untuk drama yang baru saja dia saksikan. Rafael, yang seharusnya pergi untuk meeting bersama client sekalian juga makan siang di restoran, ternyata Rafael tampak mesra dengan seorang wanita yang sangat familiar bagi Stella karena wanita itu adalah tak lain sahabat nya.
Stella pun tak menyangka dengan apa yang dia lihat beberapa jam lalu, bagaikan mimpi melihat fakta yang ada di hadapannya. Ingin sekali Stella menepis segala fakta yang ada, Namun dia tak kuasa untuk melakukannya. Seketika bayangan itu kembali datang mengusik benaknya, senyumnya, tawanya, semua itu seolah menusuk hatinya, tetapi Stella tetap berusaha untuk mengabaikannya walau ada rasa sakit di relung hatinya.
Dia menghidupkan kembali mesin mobilnya, suara deru mobil menyala, dan Stella meraih stir dengan erat. Rasa sakit itu terpendam di dalam dirinya, tertutupi oleh keinginan untuk berpura-pura tidak tahu.
'Semangat Stella, kamu pasti bisa.' Bisiknya kemudian melajukan mobilnya membelah jalanan yang sedikit mulai ramai.
Saat dia melaju di jalanan menuju mansion mereka, mata Stella menatap lurus ke depan. Dia mengingat momen-momen indah bersama Rafael dimana suaminya selalu perhatian, bersikap romantis, dan juga tawa yang mengalir, semua tampak sempurna sebelum kebenaran itu mengubah segalanya. Dengan setiap detak roda yang menyentuh aspal, ia merasakan kekuatan untuk mengendalikan situasi ini.
Ketika sampai di gerbang mansion, Stella menghela nafas lagi, berusaha mengatur ekspresi wajahnya. Begitu masuk, dia melihat Rafael sedang duduk di ruang tamu, seolah tidak ada yang terjadi. Dengan senyuman manis yang terbit dari bibirnya, Stella melangkah masuk, menyalakan pesona yang sudah terbiasa dia tampilkan di hadapan suaminya.
"Hey, sayang! Kamu darimana saja?" Rafael beranjak dari tempatnya menghampiri Stella yang baru saja datang dengan membawa beberapa belanjaan di tangan nya.
Stella tersenyum, berusaha menahan air mata yang hampir tumpah. "Aku habis belanja bulanan, Mas. Stock makanan di kulkas sudah menipis."
Rafael mengangguk, tanpa sedikit pun mencurigai bahwa istrinya sudah mengetahui segalanya. Dalam hatinya, Stella merasa seolah bermain dalam sebuah sandiwara.
'Baiklah aku akan ikuti semua permainanmu ini, Mas.'
Stella menatap manik coklat suaminya itu, seketika dia tersenyum mengejek pada dirinya sendiri akan kebodohan yang dimilikinya, terlebih dia begitu percaya dengan tatapan suaminya yang sangat meyakinkan dirinya yang ternyata itu semua hanyalah kebohongan yang di ciptakan Rafael untuk menutupi perselingkuhannya dengan Angel. Dan sesuai niatnya Stella bertekad untuk secepatnya mengungkap kebenaran pada saat yang tepat.
Dengan itu, dia akan terus melanjutkan hari-hari nya merencanakan langkah selanjutnya dalam permainan yang baru saja dimulai.
*
'Sampai kapan kamu akan terus membohongiku, Mas ....'
.
.
.
🍁Bersambung🍁