Demi menyekolahkan dang adik ke jenjang yang lebih tinggi, Cahaya rela merantau ke kota menjadi pembantu sekaligus pengasuh untuk seorang anak kecil yang memiliki luka batin. Untuk menaklukkan anak kecil yang keras kepala sekaligus nakal, Cahaya harus ekstra sabar dan memutar otak untuk mendapatkan hatinya.
Namun, siapa sangka. Sang majikan menaruh hati padanya, akan tetapi tidak mudah bagi mereka berdua bila ingin bersatu, ada tembok penghalang yang tinggi dan juga jalanan terjal serta berliku yang harus mereka lewati.
akankah majikannya berhasil mewujudkan cintanya dan membangunnya? ataukah pupus karena begitu besar rintangannya? simak yuk, guys ceritanya... !
Happy reading 🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cemburu
Sesuai perintah dari Sagara, Cahaya sudah siap dengan pakaian dress yang pernah di belikan oleh Sagara. Cahaya menatap pantulan dirinya di depan cermin, nampaknya ia kurang nyaman atau lebih tepatnya tidak terbiasa memakai pakaian dress atau semacamnya.
"Nanti teh ada orang-orang kaya pasti, haduuhhh agak trauma kalau ketemu sama orang-orang kaya teh, suka di hina penampilannya." Gumam Cahaya.
Masa bodoh dengan hinaan orang, Cahaya menggerai rambutnya dan hanya menyelipkan dua jepit yang ia bawa dari kampung. Terdengar suara Bima berteriak memanggil namanya di luar, gegas Cahaya keluar dari dalam kamar pembantu menghampiri Bima.
Cahaya kaget saat keluar sudah ada sekitar empat orang yang duduk di ruang tamu, dua orang perempuan dan dua orang laki-laki. Untuk kedua lelaki ya Cahaya tahu siapa mereka, tetapi kalau dua perempuan yang tampil cantik dan anggun itu Cahaya tidak pernah melihatnya.
Sagara turun dari lantai atas, dia merapikan pakaiannya sambil berjalan kearah ruang tamu. Sementara Bima menarik tangan Cahaya yang sedang berdiri lumayan jauh dari ruang tamu, semua orang yang ada disana menatap Cahaya secara bersamaan, kening mereka mengkerut melihat penampilan Cahaya.
"Ali, kok ada cewek di rumah Gara?" Bisik Nia di telinga Aliando.
"Mukanya sih kayak gak asing, tapi siapa ya?" Aliando pun merasa pernah melihat wajah Cahaya, akan tetapi dia tidak ingat sama sekali.
Aliando dan Matheo pernah datang saat Bima di bawa pulang Sagara waktu di bully di sekolahnya yang lama. Akan tetapi mereka tak pernah menginjakkan kembali kakinya ke rumah Sagara, pekerjaan mereka banyak dan tidak punya waktu untuk sekedar mampir saja.
"Nia, Anin. Tolong dandani Cahaya ya, pasti kalian juga bawa alat make up di tas kalian." Ucap Sagara pada dua wanita cantik yang menjadi pacar dua sahabatnya itu.
"Loh, ini pacar loe, Gar?" Tanya Matheo.
"Jangan banyak tanya, mending gerak cepet aja. Waktu kita gak banyak nih, perempuan kalo dandan kan suka lama." Ucap Sagara.
Tanpa banyak bertanya, Nia dan Anin langsung mengajak Cahaya duduk di sofa dan mulai mendandaninya dengan alat yang mereka bawa. Jika Sagara mengatakan kalau perempuan dandan itu lama, tidak berlaku bagi Nia dan Anin yang profesinya sebagai MUA handal. Cukup 15 menit saja Cahaya sudah berubah, wajah mungil Cahaya terlihat lebih bersinar begitu Nia dan Anin memberikan sentuhan ajaibnya.
Sagara melongo di buatnya, dia terkesima melihat kecantikan tersembunyi Cahaya.
"Benar-benar calon Mama." Ucap Bima.
"WHAT!" Pekik Aliando dan juga Matheo secara bersamaan.
Semua mata tertuju pada Bima, kemudian beralih pada Sagara. Sementara Cahaya memejamkan matanya sejenak, entah mengapa Bima senang sekali menggodanya dengan kalimat 'Mama'. Keempat orang dewasa itu seolah menuntut jawaban dari ucapan Bima pada Sagara, akan tetapi Sagara malah melengos pergi keluar rumah berpura-pura mencari Pak Maryono.
"Gue uber loe ya, Gara!" Ucap Matheo.
"Tolong jangan salah paham! Saya teh enggak ada hubungan apa-apa sama Tuan, hanya sebatas majikan dan Pengasuh yang merangkap jadi pembantu disini." Cahaya langsung klarifikasi pada teman-teman Sagara.
"Kalau pun ada hubungan sih gapapa juga, kita dukung kok!" Ucap Aliando tersenyum.
"SETUJU!" Seru Matheo, Nia dan Anin secara bersamaan.
"Allahu Robbi..!" Cahaya terkejut dengan seruan teman-teman Sagara.
*
*
Akbar duduk di balkon sambil memegang sebatang rokok yang masih menyala, dia menyesapnya lalu mengeluarkan asap dari mulutnya. Pikirannya sangat kacau untuk sekarang ini, beberapa karyawan ada yang mengundurkan diri dari perusahaan, lebih parahnya lagi mereka resign tanpa memberitahu kepada HRD alias pergi begitu saja. Belum lagi Akbar mendengar perusahaan Sagara semakin maju, anaknya itu benar-benar membuktikan bahwa dia bisa mengepakkan sayapnya setinggi mungkin diatas langit.
Kriiinggg..
Ketenangan Akbar terusik, lamunannya pun buyar seketika kala deringan ponsel terdengar di telinganya.
"Hallo."
[Sayang, bagaimana ini? Aku hamil! ]
"Hah! Bagaimana mungkin? Bukankah kamu selalu minum pilnya?"
[ Aku tidak pernah melewatkannya, udah nasib aja kebobolan.]
"Berapa bulan?"
[Kata Dokter udah 2 bulan, kamu ingat kan dua bulan lalu kita menghabiskan waktu making love sebelum kamu pulang? Mungkin saat itu aku lupa minum pil atau memang kebobolan]
Tuuttt...
PYAAARRR...
Akbar melempar ponselnya sampai retak, ia menjambak rambutnya frustasi dengan semua masalah yang menghampiri. Disaat yang bersamaan Rachel memberikan kabar yang membuatnya semakin kebingungan.
"Aaarrrgghhhh... Siaaaalll!." Akbar mengepalkan tangannya, dia meninju meja kayunya dengan keras.
BRAAKKK....
*
*
Rachel menatap layar ponselnya, sambungan telponnya terputus begitu ia memberitahukan kabar kehamilannya pada Akbar.
Awalnya Rachel pergi dengan Mahya, akan tetapi ia merasa ada yang aneh dengan tubuhnya. Dia merasakan mual, pusing dan juga nyeri di bagian perut bawahnya. Rachel segera berpamitan pada Mahya dengan alasan ada teman yang mengalami kecelakaan, Mahya pun membiarkan Rachel pergi, sedangkan ia lanjut mengurus persiapan pertunangannya dengan Sagara seorang diri.
Rachel pun pergi ke Dokter untuk memastikan dugaannya, dan ternyata semuanya terbukti kalau dirinya hamil.
"Astaga! Kenapa dia malah matiin hpnya sih? Gimana ini, kacau semuanya." Gerutu Rachel. Dia memang mengharapkan ada janin yang tumbuh di dalam rahimnya, tetapi waktunya sangat amat tidak tepat.
Sengaja ia meminum pil penunda kehamilan agar ia bisa melangsungkan rencananya dengan tenang, yang menjadi sumber masalahnya adalah Rachel tidak tahu siapa ayah kandung janin itu sendiri.
Akbar memang orang pertama kali yang sudah menyentuhnya, akan tetapi jarak yang membuat mereka tidak bisa saling memuaskan hasratnya. Rachel yang sudah ketagihan membutuhkan sentuhan, di negara yang bebas ia melakukan dengan kenalannya yang berada di club dan melakukan hubungan panas itu tanpa sepengetahuan Akbar sendiri.
*
*
Beberapa saat berlalu. Sagara dan juga yang lainnya sudah sampai di restoran milik keluarga Langit, mereka masuk ke ruang VIP yang di sambut hangat oleh pelayan disana. Sagara berjabat tangan dengan Langit dan Fernando, disana juga mereka membawa istrinya masing-masing.
Angkasa selaku pemilik restoran memanggil beberapa pelayan untuk menata makanan dan minuman di atas meja begitu semuanya sudah berkumpul.
Langit mempersilahkan Sagara dan yang lainnya untuk makan terlebih dahulu sebelum membahas tujuan pertemuan mereka. Cahaya menyuapi Bima dengan telaten, sesekali Sagara mencuri pandang kearah Cahaya.
Bukan hanya Sagara saja yang diam-diam memperhatikan Cahaya, ada Angkasa juga yang menatap Cahaya dengan kagum. lada saat bermain Futsal tempo hari, Angkasa dan Cahaya berbincang seidkit dan ternyata Angkasa nyaman dan juga suka dengan karakter Cahaya yang asik dan juga apa adanya.
"Om Kasa, matanya gak perih ya? Kok dari tadi kayak gak kedip?" Tanya Bumi.
Angkasa menoleh kearah Bumi, dia tersenyum saja begitu mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut keponakannya.
"Kedip kok, kamunya aja yang gak liat." Jawab Angkasa.
Angkasa ikut bergabung makan bersama kakaknya Langit, matanya kembali mengarah pada Cahaya sambil memakan makanannya. Sagara mengikuti arah pandang Angkasa, dia melihat bagaimana Angkasa tersenyum melihat Cahaya membuat hatinya panas mengeluarkan bara api cemburu. Sagara tak terima ada pria lain yang menatap Cahaya selain dirinya, padahal statusnya dan Cahaya adalah hanya sebatas Majikan dan juga Pengasuh anaknya.
'Apa-apaan ini, kenapa adiknya Tuan Langit natap Cahaya sebegitunya? Gak bisa di biarkan, Cahaya kan calon mamanya Bima. Eehhh, apa aku menaruh hati pada Cahaya?.' Batin Sagara.
kalau gara tau dia ditipu selama ini gimana rasanya ya. gara masih tulus mengingat relia , menyimpan namanya penuh kasih dihatinya, ngga tau aja dia 😄, dia sudah di tipu
relia sekeluarga relia bahagia dengan suami barunya.