GAVIN adalah pria dewasa yang usianya sudah menginjak kepala tiga. Orang tuanya sudah mendesak untuk segera menikah,terutama
mama nya.
Tapi Gavin menolaknya mentah-mentah. Bahkan mama nya sempat menjadwalkan kencan buta untuk putra tunggal nya itu dengan beberapa anak perempuan dari teman nya,dan yang Gavin lakukan hanya diam saja ,tak menghiraukan Mama nya yang terus berteriak meminta menantu dan cucu.
Hingga suatu hari, Gavin pergi kesalah satu kafe yang sering dikunjungi oleh para anak muda. Disana ia bertemu dengan seorang gadis yang tertawa bersama teman-teman nya. Gavin terpukau oleh gadis itu.
Tanpa tau siapa gadis yang ia temui dikafe itu, Gavin meminta kepada kedua orang tuanya untuk melamar gadis tersebut, tidak peduli jika usia mereka yang terpaut jauh, karena ia sudah mengklaim gadis itu sebagai istri nya nanti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marta Safnita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8.
"Iri bilang aja boss, dari pada Lo nggak punya samsek, atau jangan-jangan nggak laku? Ups,...,"balas Raga meledek Redyna dan mulai tidak memedulikan rasa malunya tadi.
"Heh, Raga! kata siapa, gue nggak laku? Gue tuh orang nya milih-milih ya,asal lo tahu aja. Lagian gue nggak mau pacaran,Dosa. Mending langsung nikah, terus pacaran nya udah nikah 'kan enak, nggak mikirin dosa kayak elo!" sewot Redyna yang membuat Raga terdiam.
Katakanlah tidak sopan pada Raga yang lebih tua dari nya.
Raga merenungi perkataan adiknya itu. Benar juga yang diucapkan oleh Redyna,apa harus? Ia menghalalkan dulu kekasih nya agar terhindar dari dosa? Raga membatin.
"Jadi kalau semisal nanti ada yang ngelamar kamu, langsung kamu terima?"tanya Shaka memastikan ucapan putri nya.
"Kok jadi Dyna yang dibahas? Kalau semisal iya,asal bibit,bebet, bobotnya oke, insyaallah Dyna mau dan siap."
"Awas ya,kalo benaran ada yang lamar dengan bibit bebet bobot nya oke, kamu nggak boleh nggak loh, rezeki itu!" ucap Mira.
"Iyain deh, ngomong-ngomong,Dyna pengen beli bakso aci, Mama papa mau nggak? Biar sekalian.
"Mama mau,papa mau nggak?"tanya Mira pada Shaka,dan diangguki oleh Shaka sebagai jawaban.
"Na ,ko Abang nggak ditawarin?" Raga bertanya.
"Nggak usah,situ ditawarin atau nggak, pasti jawaban nya 'iya' mending Abang anterin gue beli bakso nya,oke?"
Raga mendengus.Tapi pria itu tetap menuruti Redyna,dan segera mengambil kunci motornya untuk mengantarkan sang adik tercinta.
* * *
Ting....tong...
Bel rumah berbunyi, Shaka dan Mira dengan kompak saling menatap. Mempertanyakan siapa gerangan yang datang dihari libur seperti ini," biar Mama saja yang bukain pintu nya pah,"ujar Mira. Shaka hanya mengangguk dan melanjutkan acara menonton televisi yang sempat tertunda.
Mira beranjak, membuka kan pintu untuk sang tamu. Suara seseorang mengetuk pintu mulai terdengar ditelinga wanita itu, ketika hendak mencapai pintu.
"Iya sebentar!"teriak Mira, mempercepat langkah nya.
ceklek
Pintu pun terbuka dan menampakkan tiga orang dihadapan Mira sekarang. Seorang pria paruh baya yang mungkin sedikit lebih tua dari suaminya, wanita paruh baya yang dapat dipastikan oleh Mira adalah dari pria tersebut,dan seorang pria dengan wajah datar sedang menatap nya.
"Ya siapa ya?" tanya Mira sopan dengan tersenyum.
"Shaka nya ada?" pria paruh baya itu tersenyum tipis dan lebih memilih bertanya kembali pada Mira.
Suara derap langkah terdengar, Shaka menghampiri istrinya yang bercakap kecil dengan seorang pria,"siapa Mah?" tanya Shaka ketika sudah didekat Mira.
Sang istri memberi akses pada suaminya untuk melihat tamu yang datang. Kini ia yang bertanya dengan pertanyaan yang sama seperti Mira "siapa ya?"
Pria itu tersenyum ketika melihat Shaka yang ada dihadapan nya. Tangan nya terangkat untuk menunjuk diri nya sendiri." gue Baga,Lo masih kenal gue 'kan?"
Gavin menggeram kesal ditempat nya, karena terlalu lama berdiri dan kini papa nya itu malah asyik berbasa-basi dengan teman lamanya.
Tidak kah, alangkah baiknya mereka dipersilahkan masuk terlebih dahulu! Agar mereka lebih leluasa untuk berbincang,dan tentu nya lebih enak jika dalam posisi duduk, dari pada harus berdiri seperti ini.
Apa-apaan ini? Jadi mereka bertamu hanya untuk memastikan bahwa dirinya kenal atau tidak pada mereka? Pikir Shaka dalam hati.
Tidak mendapat jawaban dari Shaka, Bagas kembali berujar." Bagaskara Zhafir, anj*r. Senior Lo waktu kuliah! " Bagas sedikit meninggikan suaranya,pria itu gemas dengan Shaka yang tidak mengingat dirinya.