Wulandari adalah gadis desa biasa yang mencoba mengais rejeki di ibukota sebagai seorang pengasuh anak.
Siapa sangka, majikannya adalah seorang pengusaha muda tampan yang memimpin sebuah perusahaan besar di ibukota yang memiliki seorang anak laki-laki.
Wulan seperti terjebak dalam cinta yang rumit, bagaimana mungkin dia begitu lancang mencintai tuannya yang bahkan masih memiliki seorang istri.
Begitu banyak hal rahasia yang tak terduga.
Wulan bimbang apakah harus memperjuangkan cintanya ataukah cukup tahu diri untuk mundur.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GendAyu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps.31
"Saya salut sama kamu, di usia kamu yang masih muda sudah mau bekerja keras demi keluarga" ucap Ibram yang tengah duduk disamping Wulan.
Wulan hanya tersenyum sambil matanya mengawasi Rayyan yang asik bermain dengan anak seusianya.
"Untuk orang susah seperti kami, tidak ada pilihan lain pak. Bekerja keras untuk menyambung hidup itu suatu keharusan" jawab Wulan.
Wulan sedikit banyak berbagi cerita tentang kehidupannya, ya sebenarnya Wulan hanya menjawab pertanyaan Ibram.
Pria itu terlihat begitu tertarik dan ingin tahu lebih banyak tentang gadis itu.
"Kalau saja bisa memilih, pasti saya memilih untuk bisa melanjutkan sekolah,kuliah dan bekerja kantoran, atau menjadi guru seperti bapak" ucap Wulan lagi sambil terkekeh.
"Tapi saya tetap bersyukur pak, meski terlahir dari keluarga sederhana dan harus berjuang untuk bisa hidup, tapi setidaknya saya punya keluarga yang saling menyayangi" Kata Wulan.
Air mukanya berangsur berubah. Dia tersenyum sambil menengadahkan wajahnya menatap awan yang berarak di langit.
Teringat wajah-wajah orang terkasih yang dirindukannya di kampung. Wajah ibu, bapak,dan adik semata wayangnya.
Ibram menatap Wulan, senyum gadis sederhana itu memang menawan.
Ada kekaguman terselip di hatinya pada gadis itu, gadis yang datang ke kota seorang diri membawa semangat dan mimpi untuk membahagiakan orang-orang terkasihnya.
Dengan cita-cita yang sederhana, tidak muluk-muluk.
Hanya ingin membantu orangtuanya untuk membiayai adiknya sekolah hingga kuliah, agar masa depan adiknya lebih cerah tidak seperti dirinya.
"Kamu tahu? Saya juga memiliki adik perempuan. Saya juga sangat menyayangi dia,sama seperti kamu menyayangi adik kamu. Bedanya,kamu masih bisa melihat dia,berbicara dengannya, bahkan memeluknya. Tapi saya sudah tidak bisa, tuhan lebih menyayanginya" suara Ibram terdengar begitu parau.
"Seandainya dia masih hidup, mungkin seusia dengan kamu" ucapnya lagi dengan getir.
Wulan menatap pria berkacamata itu,tidak ada senyuman khas dibibirnya seperti biasanya.
Wajahnya tampak sendu, ada kerinduan dan kesedihan tergambar di raut wajahnya.
"Kalau boleh, apa bisa aku menganggapmu adikku?" Tanya Ibram lirih sambil menatap kearah Wulan.
"Ya, mungkin kita memang baru kenal dan bertemu beberapa kali. Tapi entah mengapa, melihatmu mengingatkanku pada adikku" ucap Ibram,kini wajahnya menunduk.
"Boleh kok pak,dengan senang hati" Wulan menjawab dengan mantap, senyum manis tersungging di bibirnya.
"Beneran?" Tanya Ibram memastikan. Wulan hanya mengangguk dan tersenyum.
"Terimakasih ya, kalau begitu jangan panggil saya pak. Kamu bisa panggil saya mas atau kak" ucap Ibram,kini senyuman khasnya telah kembali menghiasi wajah orientalnya.
"Iya mas" jawab Wulan sambil terkikik.
Rasanya lucu memanggil Ibram seperti itu, tak berbeda jauh Ibram juga masih merasa canggung dengan panggilan baru Wulan untuknya.
Mereka tergelak bersama-sama.
Tanpa mereka sadari ada sepasang mata dibalik jendela mobil yang sedari tadi mengawasi keduanya.
"Mbak ulan pulang yuk" Rayyan menghampiri bangku mereka.
Bocah itu terlihat sudah lelah, wajahnya masih terlihat cemong dengan sisa eskrim menghiasi bibir dan pipi gembulnya.
"Iya, ayok" kata Wulan sambil mengelap wajah Rayyan.
Mereka bertiga kembali ke kediaman Jason hanya dengan berjalan kaki, memang minimarket tempat mereka membeli eskrim masih berada dalam satu komplek perumahan tersebut.
Rayyan menggandeng Wulan dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya menggandeng tangan Ibram.
Pemandangan seperti sebuah keluarga kecil itu tampak begitu menusuk menyakitkan di mata Jason yang tengah duduk di teras rumah.
'jam segini tumben tuan sudah pulang' batin wulan.
Meski sedikit terkejut tapi Wulan berusaha bersikap seperti biasa.
"Ayaahhh...ayah udah pulang?" Rayyan menghambur ke pelukan Jason yang tengah duduk.
"Iya, ayah kangen sama Ray" jawab Jason sambil mengelus lembut kepala keponakannya itu.
"Kok ayah duduk disini?? Biasanya gak pelnah?" Pertanyaan polos Rayyan seolah mewakili tanya semua penghuni rumah yang lainnya.
Bahkan bi Irah dan pak Amat saja bingung,tidak biasanya tuannya itu pulang cepat dan duduk-duduk di teras seperti itu.
"Anu...ayah lagi pengen aja" jawab Jason beralasan.
"Ray darimana?"
"Tadi beli eskim dulu,abis itu main ditaman sama mbak ulan sama om gulu ibam" jawab Rayyan bersemangat.
"Oo" Jason membulatkan bibirnya sambil mengangguk, tapi matanya menatap tajam kearah gadis berseragam putih itu. Wulan hanya menunduk.
"Ah, maaf pak Jason. Karena sudah siang saya permisi untuk pamit" Ibram memotong pembicaraan.
"Ya..ya..silahkan" jawab Jason penuh penekanan.
Andai bisa ingin rasanya melayangkan bogem mentah di kepala pria itu.
"Om guru pulang dulu ya, besok kita belajar lagi" ucap Ibram sambil mengacak rambut Rayyan.
"Oke om gulu ibam" jawab Rayyan mengacungkan jempolnya.
"Aku pulang ya, sampai jumpa besok" Ibram beralih kepada Wulan.
"Iya mas" jawab Wulan sambil tersenyum.
MAS??WULAN MANGGIL DIA MAS??? mata Jason melotot hampir keluar dari tempatnya.
Dadanya panas bergemuruh hebat, entah apa namanya dia tidak mengerti.
(itu namanya cemburu Bambang, payah gitu aja gak ngerti)
cape deh dengan kebodohannya
Harusnya dia menerima Raymond sebagai suami dan takdir yang terbaik baginya, bukan malah napsu ingin memiliki Jason yang tdk mencintainya
Perempuan kufur nikmat /Awkward/
aq penasaran lho ending nyaaa...? 🤔