Halo semua nya. Ini novel author yang ke 3. Di novel ini pemeran utama nya agak berbeda dengan dua pemeran utama di novel author yang lain.
Selamat membaca, dan semoga kalian suka.
Setelah di selingkuhi, dan di tinggal nikah oleh sang kekasih, Mawar di jodohkan dengan anak dari majikan Bapaknya. Bukan nya Mawar tidak mau, hanya saja laki-laki itu bertingkah layak nya wanita. Bapaknya yang seorang supir keluarga itu, terpaksa menerima perjodohan Mawar dan Angga. Banyak yang di harapkan dari pernikahan mereka berdua. Entah bagaimana nasib Mawar selanjutnya.. Selamat membaca. ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Maharani benar-benar merajuk lama sejak hari itu. Ia bahkan tidak pernah keluar kamar dan hanya menghabiskan hari-hari nya di sana. Nyonya Kantil telah lelah membujuk, tapi Maharani tetap pada pendirian nya.
Sesekali akan terdengar suara tangisan yang menyayat hati dari kamar nya. Apakah Mawar peduli? Tentu saja tidak. Kejadian seperti ini bukan lah yang pertama kali nya terjadi.
Mawar sudah terbiasa dengan akal bulus milik Maharani. Ia tetap menjalani hari-hari nya seperti biasa. Ia masa bodoh dengan drama Ratu Maharani.
Namun pada hari itu, mereka semua berkumpul di ruang keluarga termasuk Maharani. Mawar tidak tahu apa tujuan Pak Budi mengumpulkan mereka semua.
"Jadi begini, Mawar. Adik mu Maharani sedang mengandung. Dan kamu tahu bukan, jika orang mengandung itu akan melewati fase mengidam."
"Engga tahu, Pak. Kan Mawar belum pernah hamil." Ucap Mawar.
"Iya, walaupun kamu belum pernah hamil, akan tetapi kamu harus tahu dari sekarang."
"Lah terus, kok bilang nya ke Mawar? Dia kan hamil ada suami nya. Tuh, Istri kesayangan Bapak juga jadi emak nya. Kalau Mawar ini apalah, cuma upil bagi mereka."
"Mawar,, tolong dengarkan kata bapak."
"Iya."
"Jadi begini, adik mu mengidam ingin semua barang-barang yang di berikan oleh Angga, kamu berikan kepada nya. Ia ingin sekali barang-barang itu. Sedangkan bapak, tidak sanggup untuk membelikan nya."
"Apa? Ini nggak salah, Pak? Apa ada orang ngidam kayak gitu? Serius itu anak manusia yang ada di dalam?"
"Mawar! Jaga mulut mu. Ini tu cucu pertama ku."
"Lah terus, kalau cucu pertama, apa aku yang harus repot? Woy Reno, tanggung jawab dong. Udah hamil anak orang malah nggak tahu diri. Untuk apa juga kau jadi suami nya jika kehadiran mu itu nggak ada guna nya."Ucap Mawar kesal.
Reno hanya tertunduk. Ia tidak menjawab perkataan Mawar. Dan Mawar, benar-benar kesal saat ini. Dari dulu Rani pasti akan bertingkah jika ingin mendapatkan apapun yang menjadi milik Mawar.
Rani akan menggunakan segala cara yang licik agar keinginan nya terpenuhi. Nyonya Kantil dan Pak Budi bahkan tidak bisa berkutik ketika Maharani sudah meminta.
"Mawar, kamu sebagai Kakak nya, apa tidak bisa berbagi?"
"Apa pernah dia menganggap ku kakak selama ini? Dan kenapa, semua milik ku harus ku bagikan untuk nya? Apa memang aku di anggap kotoran di keluarga ini? Atau memang ja-lang itu paling suka barang milik orang lain?"
Maharani menangis saat mendengar perkataan Mawar. Mawar yakin sekali itu adalah akal-akalannya saja untuk menarik simpati Pak Budi.
" Mawar. Jangan biarkan bapak bicara berulang kali. Kali ini Bapak minta tolong. "
" Itu punya Mawar. Dan kali ini, Mawar tidak akan mengalah lagi. Coba bapak pikir pak. Berapa kali sudah Rani merebut semua milik Mawar? Pak, Rani itu sakit. Dia harus di bawa ke dokter kejiwaan. Coba Bapak pikir, berapa kali Mawar sudah mengalah? "
" Mawar, jaga omongan mu. Tidak baik kau berbicara seperti itu pada Rani. Apalagi di sedang hamil. "
"Aku nggak peduli. Dan nggak akan pernah peduli. Bagi ku, mereka hanya parasit yang menumpang hidup dari harta orang tua ku."
"Mawar! Semakin lama kau semakin kasar."
"Aku yang aksara atau kalian yang keterlaluan? Dari dulu aku selalu mengalah pada ja-lang itu. Semua milik ku di ambil nya. Mau sampai kapan? Padahal bapak pun tahu, aku pemilik semua yang menjadi milik mereka saat ini."
"Apa maksud mu?" Tanya Pak Budi.
"Aku tahu semua, Pak. Butik, Toko, Supermarket milik mendiang Ibuku, kalian semua yang menguasai nya, bukan? Padahal jelas di surat wasiat, Ibu memberikan semua itu padaku."
"Mawar, itu tidak mungkin. Kau belum menikah."
"Aku akan menikah sebentar lagi. Jadi tolong, kembalikan apa yang telah kalian curi dari ku."
"Mawar, kau tidak bisa begitu. Selama ini kami telah bersusah payah mengelola semua nya."
"Aku nggak peduli."
"Baik, jika kau tidak peduli. Saat ini juga, Bapak akan coret kau dari kartu keluarga. Supaya kau tidak bisa menerima wasiat dari mendiang Ibu kandung mu."
Mawar melongo. Ia begitu terkejut dengan pernyataan sang Bapak. Bagaimana mungkin bapak nya bisa se tega itu. Apa jangan-jangan bapak nya ada andil dalam kecelakaan sang Ibu.
Ah, membayangkan nya saja Mawar tidak sanggup. Jika memang itu benar, Mawar akan habisi mereka satu persatu.
"Baik, jika Bapak akan mencoret Mawar dari kartu keluarga. Berarti, tugas Mawar selesai saat ini dan hari ini juga. Ah, lega nya." Ucap Mawar sambil tersenyum.
Niat hati Pak Budi ingin mengancam Mawar, akan tetapi malah ia yang masuk ke dalam perangkap.
"Apa maksud mu?"
"Kau ja-lang, ambil saja semua pemberian Angga. Ambil silahkan. Bukan kah dari dulu kau suka sampah yang ku buang? Dan untuk Bapak ku tercinta, karena aku bukan lagi anak mu, maka silahkan nikahkan anak mu yang suka memungut sampah ini, untuk menggantikan aku menikahi Banci itu."
" Mawar! "
"Kenapa? Masih kurang jelas, Pak? Mulai sekarang aku akan pergi. Nikmati saja harta yang bukan milik kalian. Dan kau Maharani, karena aku sudah bukan anak Bapak ku, jadi kau harus menjadi tumbal selanjutnya. Menikah lah lagi dan miliki dua suami sekaligus biar nafsu dunia mu terpenuhi. "
Setelah mengatakan hal itu, Mawar langsung masuk ke kamar nya dan membereskan semua barang milik nya.
Setelah semua di rasa siap, Mawar membawa koper itu dan akan bersiap untuk pergi.
Pak Budi melihat Mawar dengan pandangan yang entah. Sedangkan Nyonya Kantil, wajah nya tidak bisa di tebak karena dia memang tercipta seperti bunglon.
"Sekali saja kamu pergi dari rumah ini, selama nya kamu bukan anak bapak lagi."
Mawar berhenti dan berbalik. Ia tatap dengan lekat netra sang Bapak yang selama ini tidak pernah ada untuk nya.
"Pak, bukan kah selama ini aku juga bukan anak bapak? Anggap saja dulu Bapak memungutku. Dan sekarang, aku akan pergi supaya kalian bisa bahagia. Dan aku pun sudah terlalu lelah tinggal di neraka ini."
"Nggak usah sok mau minggat deh kak. Makan aja masih minta sama Ibu dan Bapak juga."
"Masih mending minta makan. Dari pada kau, dari dulu selalu menyusahkan. Sudah nikah pun masih jadi beban. Memang kalian sangat cocok. Cocok jadi beban."
Mawar melenggang pergi dengan menggunakan sepeda motor kesayangan nya. Bukan ia tidak punya uang, atau pun tempat tinggal. Mawar tidak semiskin itu.
Dari dulu, hal yang seperti tadi itu sudah ada dalam rencana nya. Hanya saja, ia menunggu sang Bapak terlebih dahulu. Dan hari ini, akhirnya terjadi juga.
Mawar sudah lama bekerja dengan orang asing menjadi asisten virtual mereka. Kerjaan Mawar yang rapi membuat klien nya antri memakai jasa Mawar.
Terkadang satu klien, Mawar bisa mendapatkan seribu dolar. Itu lah mengapa Mawar lebih menyukai kerja secara virtual. Tidak ada yang tahu siapa dia dan apa jenis kelamin nya.
Kini, tibalah Mawar di sebuah rumah mungil yang sudah lama ia beli. Rumah itu sangat asri dengan beberapa pohon yang ada di depan nya.
Mawar sengaja menabung, demi bisa membeli rumah ini. Ia abaikan segala keinginan seperti membeli ponsel atau pun sepeda motor baru.
Akhir nya, kerja keras selama beberapa tahun membuahkan hasil. Mawar lega, akhirnya bisa keluar dari rumah yang selama ini bukan lah rumah untuk nya.