Berry Aguelira adalah seorang wanita pembunuh bayaran yang sudah berumur 35 tahun.
Berry ingin pensiun dari pekerjaan gelap nya karena dia ingin menikmati sisa hidup nya untuk kegiatan normal. Seperti mencari kekasih dan menikah lalu hidup bahagia bersama anak-anak nya nanti.
Namun siapa sangka, keinginan sederhana nya itu harus hancur ketika musuh-musuh nya datang dan membunuh nya karena balas dendam.
Berry pun mati di tangan mereka tapi bukan nya mati dengan tenang. Wanita itu malah bertransmigrasi ke tubuh seorang anak SMA. Yang ternyata adalah seorang figuran dalam sebuah novel.
Berry pikir ini adalah kesempatan nya untuk menikmati hidup yang ia mau tapi sekali lagi ternyata dia salah. Tubuh figuran yang ia tempati ternyata memiliki banyak sekali masalah yang tidak dapat Berry bayangkan.
Apa yang harus dilakukan oleh seorang mantan pembunuh bayaran ditubuh seorang gadis SMA? Mampukah Berry menjalani hidup dengan baik atau malah menyerah??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hilnaarifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 02
Pagi hari, Berry memakai sarung tangannya, hari ini dia akan membersihkan taman dan halaman rumah nya.
Tidak mungkinkan, dia tinggal di rumah yang penuh dengan rumput dan ilalang dengan tinggi hampir menutup tubuhnya.
Berry membawa cangkul yang ia pinjam dari kepala desa, untung saja pria tua baya itu baik ingin meminjamkan nya barang pari purna ini.
Meski pak kepala desa mengatakan kalau dia bisa mengirim beberapa pemuda desa untuk membantu nya tapi Berry menolak.
Bisa di jadikan bahan gosip lagi dia jika semua anak muda laki-laki datang ke rumah nya.
Walaupun mereka hanya berniat membantu tapi pemikiran orang selalu berbeda. Dia tidak mau mengambil resiko jadi gunjingan lagi, dia ingin hidup dengan tenang dan damai, oke.
Hari ini cukup cerah, ini sudah pukul delapan tiga puluh pagi, matahari yang sehat. Karena itu Berry tidak ragu untuk membakar kalori nya di bawah terik nya matahari tersebut.
Pertama tama, dia membabat rumput-rumput di sekitar taman. Mungkin sedikit memakan waktu namun Berry masih dapat mengerjakan nya dengan baik.
Semua Berry kerjakan dengan cepat, terkadang dia akan berhenti untuk bernafas ataupun beristirahat.
Beberapa waktu kemudian semua pekerjaan nya pun selesai, dia meletakkan cangkul dan peralatan lain nya.
Perempuan itu masuk ke dalam rumah dan berniat membersihkan diri, perut nya sudah bergemuruh lapar meminta makan.
Dia tidak memiliki apa-apa di rumah selain karena baru saja pindah banyak hal-hal yang belum terisi, itu sebabnya dia belum bisa membuat makanan sendiri.
Setelah membersihkan diri, Berry berjalan keluar rumah dan mencari makanan. Kebetulan dia melihat warung tempat ia makan kemarin.
Perempuan itu pun melangkah mendekati
warung tersebut. Berry memesan makanan dan minuman botol pada ibu penjualan nya.
Dia ingat ibu itu, pemilik warung yang ramah dan pengertian sangat berbeda dengan ibu-ibu tukang gosip yang menjelekkan nama nya tanpa sebab.
Bu Arin, si pemilik warung duduk di depan Berry. Dia mengajak perempuan itu berbicara, Berry pun menanggapi nya dengan baik.
Selama dia menghabiskan makan nya, mereka pun bertukar beberapa kata. Dan akhirnya, Berry pun menyelesaikan makan nya.
"Semoga kamu betah tinggal disini ya, nak"Ucap Bu Arin dengan senyuman tipis. Dia sedikit perihatin pada perempuan muda di depan nya menjadi bahan gunjingan orang-orang yang tak di kenal, sungguh dapat merusak perasaan baik.
Berry mengangguk, "Iya Bu. Semoga saja"Jawab nya dengan simpel.
Dia menghabiskan minuman nya dengan cepat dan membuang sampah nya di keranjang sampah. Dia sedikit tidak nyaman dengan tatapan kasihan yang di layangkan oleh Bu Arin kepada nya.
"Kalau begitu saya permisi dulu ya Bu, masih banyak yang harus saya kerjakan di rumah"Ucap Berry mengundurkan diri.
Dia bangkit dari duduk nya dan menepuk nepuk baju nya. Lebih baik dia kembali ke rumah untuk saat ini.
Bu Arin mengiyakan ucapan perempuan itu, Berry pun segera pergi meninggalkan warung tersebut di bawah tatapan diam Bu Arin.
Berry berjalan dengan santai, waktu juga sudah mulai menjelang sore. Udara nya cukup sejuk dan dia ingin menghabiskan waktu untuk berkeliling sebentar.
Kota sangat jauh dari sini dan jika ia ingin membeli barang-barang elektronik itu akan sulit. Sepertinya nya dia harus memesan dari ponsel nya saja agar lebih praktis.
Angin berhembus kencang melewati jalan dan menerbangkan beberapa daun yang gugur di jalanan serta pasir di tanah.
Berry menutup mata nya sebentar agar pasir yang berterbangan tidak masuk ke dalam mata nya.
Dia mengintip sedikit ketika angin itu mulai mereda, Berry memegang belakang leher nya pelan.
Entah kenapa dia tiba-tiba saja merasakan firasat yang tidak enak. Sirine pembunuh nya bergemuruh di kepala nya memperingati akan ada sesuatu yang berbahaya akan segera terjadi.
Berry selalu mempercayai firasatnya karena inilah yang menyelamatkan hidup nya dari ambang kematian saat bertugas. Namun, di tempat terpencil ini, bahaya seperti apa yang akan datang hingga membuat nya merasa tertekan?
Wanita itu mengangkat kepalanya ketika mendengar gemuruh langit, "Ah, sepertinya mau hujan ya?"Gumam nya pelan ketika melihat petir kecil terlihat di langit.
Pantas saja angin nya sangat kencang tadi, Berry menggelengkan kepalanya.
Mungkin dia terlalu khawatir dengan kehidupan baru nya karena itu dia merasa tidak nyaman.
Padahal itu hanya badai hujan yang akan segera turun sebentar lagi. Wanita itu terkekeh kecil menertawakan kekhawatiran nya yang terlalu berlebihan.
Berry kembali melanjutkan perjalanan nya, dia ingin segera sampai ke rumah baru nya. Sebentar lagi hujan akan turun, tidak mungkin dia terus berjalan jalan santai seperti tadi.
Sambil berjalan Berry berpikir kecil di kepala nya, "Kenapa tiba-tiba mau hujan ya? Tadi cuaca nya sangat panas."
***
Di suatu tempat gelap, lebih tepat nya sebuah ruangan yang terlihat berantakan dengan mayat-mayat yang berserak penuh dengan luka dan darah.
Terdapat sekelompok pria berpakaian hitam sedang mengerumuni seorang pria paruh baya yang terlibat sangat kacau. Tubuh yang penuh luka sayat dan lebam dan juga lubang bekas tembakan senjata api di bahu nya.
"Aku akan bertanya untuk yang terakhir kali nya kepada mu, dimana wanita pembunuh sialan itu?"Ucap seorang pria sambil menodongkan senjata api pada korbannya yang tidak berdaya di bawah kaki nya.
Si korban, pria paruh baya yang sudah hampir mati itu menggertak kan gigi nya. Dia menatap penuh dendam pada orang di depannya yang masih menodong kan senjata api itu tepat di keningnya.
Uhukk
Pria paruh baya itu terbatuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya. Dia mencoba bernafas dengan pelan, dada nya sangat sesak sekali.
Si pria pemegang pistol tersebut menghela nafas geram melihat itu.
"Kau sudah hampir mau mati tapi masih mau menyembunyikan keberadaannya? Aku sudah mulai muak dengan mu"Ucap nya dengan tidak sabaran, Pria tua itu mengangkat kepala nya, dia mengelap darah yang berada di sekitar mulut nya.
"Aku... tidak akan..."
Pria tua itu menggelengkan kepala nya membuat lawan nya menaikkan alis nya.
Pria tua itu menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan nya dengan pelan, pandangannya sudah mulai kabur.
Dia tersenyum tipis, lebih tepatnya tersenyum mengejek pada pria pemegang
pistol itu.
"Kau... tidak akan mendapatkan informasi... apapun dari ku..."Lanjutnya dengan seluruh kekuatan yang dia punya.
Pria pemegang pistol itu menggeram marah, "Baiklah jika kau sangat ingin mati. Aku akan mengabulkan nya."
Dia mengangkat pistol itu kembali dan meletakkan nya tepat di dahi pria tua sekarat itu.
"Ah... satu lagi. Aku masih bisa menemukan nya bahkan tanpa bantuan mu"Sambungnya dengan senyum sinis.
Pria tua itu menutup mata nya menerima kematian nya dengan lapang dada. Sebelum peluru itu di tembakkan, dia berbisik di dalam hati nya.
"Maaf kan aku... Berry!"
Dorr
Tubuh renta itu jatuh dengan tidak berdaya nya, pria pemegang pistol itu berteriak dan membanting senjata nya ke lantai dengan marah.
"Cari tahu! Cari tahu dimana keberadaan wanita sialan itu dengan cepat, aku tidak akan menunggu lama lagi."
Dia menatap seluruh anak buah nya yang menunduk ketakutan,
"Kalian mengerti?!"Bentak nya dengan penuh amarah.
"Mengerti bos!"
Pria itu mengangkat dagunya tinggi, "Geledah seluruh tempat ini, pasti ada petunjuk tentang kemana pergi nya perempuan jalang itu"Ujarnya memberikan perintah pada anak buah nya.
Mereka semua mengangguk paham dan segera berpencar ke seluruh tempat untuk mencari petunjuk jika tidak dapat menemukan nya mereka yang akan menjadi korban selanjutnya.
Pria itu mengambil sebuah rokok dari saku nya dan menghidupkan nya dengan pemantik api yang ia minta dari asisten nya. Asap rokok itu melayang ke seluruh ruangan, dia menghisap dan menghembuskan asap itu terus menerus dari mulut nya.
"Tuan"Panggil asisten nya dengan pelan.
"Hm?"Pria itu berdehem sebagai tanggapan, matanya menatap lurus pada sebuah lukisan besar yang terpajang di salah satu dinding ruangan tersebut.
"Saya masih bingung, kenapa anda sangat ingin menemukan wanita pembunuh itu? Bukankah, anda sendiri yang memakai jasa nya untuk membunuh ketua?"Ucap asisten pria itu dengan penuh rasa penasaran yang terselip di di hati nya.
Dia tahu, bos nya ini meminta wanita yang ia cari untuk membunuh ketua mereka, yang tidak lain adalah ayah dari pria ini.
Seharusnya, urusan bosnya tersebut telah selesai dengan wanita itu karena tugas yang di berikan telah terlaksanakan.
Namun, pria ini masih bersih keras mencari wanita itu.
Padahal, sudah ada kabar buruk kalau wanita pembunuh bayaran itu telah pensiun tidak lama ini.
Pria itu menghembuskan asap rokok nya dengan santai, "Apa kau tahu, kenapa aku ingin membunuh ayah ku?"Pria itu bertanya balik pada asisten nya tanpa melihat ke arah nya.
Asisten nya tersebut mengerutkan dahinya nya semakin bingung, "Bukankah karena anda ingin mengambilnya posisi sebagai ketua kelompok mafia kita kan?"Jawab nya namun dengan ragu.
Pria itu tersenyum sinis, dia menjatuhkan rokok nya yang sudah tinggal separuh lagi ke lantai. Dengan santai pria itu menginjak nya dan menghancurkan rokok tersebut.
Dia memasukkan tangan nya ke dalam saku celana, "Kau salah."
"Hah?"
Asisten tersebut mendadak bodoh. Salah? Semua dari mereka tahu, itulah tujuan utama pria ini membunuh mantan ketua mereka. Demi posisi sebagai ketua mafia jika bukan itu lalu apa?
Pria itu menoleh dengan pelan, dia mengangkat alis nya dan tersenyum miring pada asistennya.
"Alasan ku membunuh pria tua itu karena..."Dia menggantungkan ucapannya.
Asisten itu semakin penasaran dia tanpa sadar mendekat kan dirinya pada sang bos agar dapat mendengar dengan lebih jelas.
"Itu karena, dia menyimpan banyak sekali harta di tangan nya. Kekayaan yang tidak akan pernah kau bayangkan, berlian, emas, uang, tanah. Menurut mu, siapa yang tidak tergiur akan hal itu?"Ucap nya melanjutkan.
Asisten itu membulatkan matanya, harta sebanyak itu? Bagaimana bisa ketua mereka memiliki nya?
Meski mereka kelompok mafia, mereka tidak akan mendapatkan kekayaan seperti itu hanya dengan membunuh atau pun menjalankan bisnis ilegal.
Tidak ada yang pernah mengetahui hal ini, dia menatap bos nya diam-diam. Pria itu sudah mengalihkan kembali pandangan nya pada lukisan besar itu.
Dari mana bos nya tahu tentang hal yang seperti nya sangat rahasia tersebut? Membayangkan kekayaan seperti itu akan segera jatuh ke tangan pria ini, dia merasa sedikit iri.
Namun, ada satu hal yang masih membuat nya bingung. Apa hubungannya hal ini dengan wanita pembunuh itu?
Dia menatap bos nya dengan penuh tanda tanya, "Lalu, apa hubungannya dengan wanita itu, tuan?"Tanya nya tanpa sadar.
Pria itu menipiskan bibir nya, mata nya menajam dan raut wajah nya menggelap. Asisten tersebut menelan ludah nya merasa takut, apakah pertanyaan nya tadi salah?
"Tentu saja ada hubungannya."
Pria itu menjeda ucapan nya sebentar, kemudian kembali melanjutkan nya, "Wanita itu tahu, dimana ayah ku menyembunyikan semua harta itu. Sebelum kematian nya, dia menyuruh wanita itu membawa informasi ini agar aku tidak mengetahui nya."
Asisten itu menunduk tubuh nya ketika pria itu terkekeh dengan menyeramkan, "Pria tua sialan itu tahu jika aku mengincar nyawa nya. Dia sudah tahu kalau dia akan mati di tangan anak nya sendiri. Karena itu, dia memilih mengubur informasi itu sampai kematian nya"Ucap pria tersebut dengan nada yang sangat penuh dengan kebencian.
Sesaat kemudian, dia kembali tersenyum. Raut wajah gila nya telah hilang dalam sekejap, dia menatap asisten nya dengan hati senang. Lalu dia menunjuk ke arah lukisan itu.
"Aku ingin ini di bawa ke tempatku, aku menyukai nya"Ucap nya dengan santai, asisten itu merasa kebingungan pada perubahan emosi bos nya. Dia mengalihkan pandangan nya pada lukisan itu.
Lukisan besar yang berisi, seseorang dengan topeng wajah putih sedang duduk di sebuah kursi. Di sekeliling nya berisi emas dan berlian yang berkilau indah.
Namun meski begitu, nuansa lukisan itu tampak menyeramkan di tambah di tangan orang di lukisan itu ada sebuah kepala tengkorak.
Jika di arti kan secara singkat, lukisan ini berarti memiliki kekayaan dari kematian orang-orang. Sangat cocok berada di markas para pembunuh bayaran ini. Karena, mereka mendapatkan uang dari cara mengambil nyawa orang.
Sama seperti yang akan di lakukan oleh bosnya ini. Pantas saja, pria tersebut sangat tertarik dengan lukisan gelap itu.
Asisten tersebut hanya mengangguk paham dengan perintah bos nya. Pria itu tersenyum tipis, dia menatap lapar pada lukisan itu.
"Bos!"
Suara teriakan mengalihkan perhatian pria kejam itu, dia menatap datar anak buah nya yang telah mengganggu aktivitasnya.
"Apa?"Tanyanya dengan dingin.
Dari kejauhan seorang pria gendut berlari mendekati bos nya sambil membawa sebuah berkas di tangan nya.
Dengan cepat dia memberikan berkas itu pada bosnya agar pria itu tidak marah.
"Saya mendapat kan nya di sebuah berangkas kecil dalam kamar pria tua tadi. Seperti nya ini adalah informasi yang sedang anda cari"Jawabnya menjelaskan dengan bangga.
Pria itu dengan cepat mengambil berkas tersebut dan segera membaca nya. Dia tersenyum miring ketika mendapati hal yang ia cari.
Itu adalah sebuah berkas yang berisi tentang kepindahan Berry ke sebuah desa serta sertifikat rumah dan alamat nya.
"Kau tidak akan bisa melarikan diri lagi dari ku"Gumam pria itu dengan dingin.
Dia melirik asisten nya, "Ayo kita pergi
sekarang jangan lupa bakar tempat ini"Perintah nya pada asisten tersebut.
Sang asisten mengangguk paham, setelah itu pria kejam tersebut berjalan keluar dari ruangan itu di ikuti anak buahnya.
Mereka akan menuju tempat yang tertera di dalam berkas itu. Api menyebar dengan cepat melahap bangunan besar itu serta isi nya. Pria tadi dan para anak buah nya pergi meninggalkan bangunan itu dengan helikopter dan kendaraan lain nya.
^^
tp yg baca ko dikit y..
yooo ramaikan hahhlah
semangat kk