NovelToon NovelToon
Tuan Muda Arogan

Tuan Muda Arogan

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Janda / Cinta Paksa / Mengubah Takdir / Keluarga
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: cemaraseribu

Bagaimana jadinya jika seorang CEO arogan yang paling berpengaruh se-Asia namun keadaan berbalik setelah ia kecelakaan menyebabkan dirinya lumpuh permanen. Keadaan tersebut membuatnya mengurungkan diri di tempat yang begitu jauh dari kota. Dan belum lagi kesendiriannya terusik oleh Bella, kakak iparnya yang menumpang hidup dengannya. Lantas bagaimana cara Bella menaklukkan adik ipar yang dilansir sebagai Tuan Muda arogan itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cemaraseribu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bertemu Tuan Besar

Bella melamun sambil mendorong kursi roda Tuan Muda menuju cafe terkenal di kota itu. "Ih, siapa juga yang mikirin monyet, Tuan Muda," keluh Bella dengan nada kesal, menanggapi komentar Tuan Muda yang terdengar tidak penting.

"Cepat kamu pilih yang mana?" desak Tuan Muda, tidak sabar menunggu keputusan Bella.

"Hmm, terserah Tuan Muda saja, saya mah apa-apa mau," jawab Bella, pasrah tanpa banyak pilihan, ia lebih memilih mengikuti keinginan Tuan Muda, bosnya.

"Ya udah kamu makan rumput aja sana," ucap Tuan Muda sarkas. Hal itu membuat Bella makin dongkol hatinya. "Alah alah dikata sini kambing etawa apa?" tanya Bella memberengut.

"Ya udah, ke western aja," putus Tuan Muda.

"Oke, Tuan Muda," sahut Bella, menyetujui pilihan itu.

Setelah tiba di cafe, yang dikenal menyediakan makanan western terbaik di kota, Bella kembali melamun. Tampak jauh dalam pikirannya, ia menatap kosong ke arah jendela.

"Ngelamun terus," ucap Tuan Muda, menyadarkan Bella dari lamunannya.

"Enggak," jawab Bella, berusaha terlihat normal.

Tuan Muda menatapnya dengan tatapan datar, seolah mencoba membaca apa yang sedang dipikirkan oleh Bella. Di balik tatapan itu, Bella tahu bahwa Tuan Muda selalu ingin tahu apa yang terjadi dengan orang-orang di sekelilingnya, terutama mereka yang ia anggap penting dalam kehidupannya.

"Gak usah bohong," ucap Tuan mengintimidasi. Bella menghela nafas panjang, "Enggak Tuan, udah ayo pesen menunya apa aja."

Tangan Bella mulai membuka menu dengan appetizer, main course, dan dessert yang menggoda mata memandang. Ia mengalihkan pembicaraan itu karena ia sadar, jika Bella bicara soal karyawan yang menggunjingnya padahal belum terbukti dengan jelas, maka hal itu akan menjadi sumber masalah baru baginya.

"Sebaiknya aku tahan aja dulu," batin Bella sembari mencari menu yang pas dengan dirinya.

Sementara itu di lain tempat, tepatnya di sudut cafe yang dipenuhi oleh suara gemerisik kertas dan ketukan keyboard, geng Hani tengah asik mengobrol sambil menikmati kopi mereka. Mata mereka saling berpandangan, penuh keheranan dan rasa tidak puas.

"Ih, gue sih masih kesel ya," ucap Hani dengan nada tinggi, menarik perhatian beberapa karyawan lain yang sedang bekerja.

"Padahal pendidikan dia apaan sih? Paling tamatan SMP atau SMA sederajat aja mungkin," timpal Cici sambil mengaduk kopinya, matanya terlihat sinis.

Tak satu pun dari mereka menyadari bahwa Eden, asisten Tuan Muda yang kebetulan lewat di dekat mereka, mendengar setiap kata yang terucap. Wajahnya berubah masam mendengar julid yang tidak berdasar itu.

"Ekhmmm, kalian dibayar untuk kerja, bukan urusi hidup orang!" ucap Eden tegas sambil berdehem keras, suaranya cukup untuk membuat seisi cafe terdiam sejenak.

"Pak Eden... " ucap Cici. Ia pun langsung pucat wajahnya saat Eden menegur. Jika sudah ketahuan Eden, bisa bisa malah diberikan SP 1.

"Apa yang kalian bicarakan tentang Nona Sakiya, semua tidak benar. Dia juga lulusan dari universitas ternama, skill yang ia punya juga mumpuni. Oleh sebab itu, Nona Bella berhak dapat posisi jabatan itu. Mengerti kalian?" tanya Eden dengan tatapan matanya yang menghunus.

Sontak, semua mata tertuju pada Eden. Hani dan Cici saling pandang, terkejut dan malu. "I-iya, Pak."

"Ini masih peringatan lisan, jika kalian bikin ulah lagi, saya pastikan kalian akan mendapatkan surat peringatan!"

"Baik Pak Eden," ucap Cici dan lainnya.

"Kembali kerja, Hani, kembali ke tempat kerja kamu!"

"B-baik Pak."

Suasana menjadi canggung, dan perlahan, satu per satu karyawan kembali pada laptop mereka, meninggalkan geng Hani yang masih terpaku, merenung atas teguran yang baru saja mereka terima.

*********

Langit mulai menggelap saat jam menunjukkan pukul lima sore, sebuah tanda hari kerja telah usai. Bella sudah sudah menyelesaikan pekerjaan miliknya. Ia menutup laptop dan segera berkemas.

"Tuan, semua sudah selesai. Kita bisa pulang, kah? Kasihan Lauren dia tadi sempat tantrum saat ditinggal berangkat ke kantor," ucap Bella dengan nada yang khawatir.

Tuan Muda yang berada di mejanya segera menutup laptopnya, ia memandang ke arah Bella dengan intens. Ia mengangguk lemah, "Hmmm saya juga sudah selesai. Kita akan pulang."

"Baik Tuan Muda, terima kasih." Lelah seharian, penat banget rasanya kerja dari jam setengah 8 sampai jam 5 sore.

"Hmm bantu saya."

Bella mendorong kursi roda Tuan Muda keluar dari ruangan kerja, ia berjalan dengan menyesuaikan langkah sedang. Keduanya bergegas menuju mansion mewah di tepi pantai yang menjadi tempat peristirahatan setelah penat beraktivitas.

Namun, ketika mereka hampir sampai ke pintu keluar, sosok yang tak terduga muncul menghadang. Tuan Besar, ayah dari Tuan Muda, berdiri dengan wibawa yang tak terbantahkan. Aura kehadirannya seketika mengubah atmosfer sekitar.

"Ayah..." suara Tuan Muda terdengar terkejut, tidak menyangka akan pertemuan ini. Tapi hal itu tidak mengubah ekspresi Tuan Muda yang dingin.

Tuan Besar, dengan tatapan yang tajam dan penuh arti, memandang anaknya itu. "Ayah suka kamu kembali ke perusahaan kamu, jalankan dengan baik. Bawa perusahaan ini ke top global lagi. Dan..." ucapannya terpotong, penuh dengan harapan dan ekspektasi.

"Ngapain ayah kesini?" Tuan Muda memotong, rasa kesal masih terlukis jelas di wajahnya. Ia sebenarnya tidak mau terlalu ambisi dalam hal seperti ini.

Pertemuan itu, meskipun singkat, penuh dengan emosi yang tersirat. Di balik pertanyaan Tuan Muda, tersembunyi kekhawatiran dan ketidakpastian tentang apa yang sebenarnya diinginkan ayahnya.

"Wah, kamu tanya kenapa Ayah kesini? Jelas ini karena kamu. Ayah khawatir dengan kamu," ucap Tuan Besar tapi rasanya itu hanya bualan semata.

"Khawatir tentang saya atau perusahaan, Ayah?" tanya sarkas Tuan Muda.

"Dua-duanya, Chan."

Sementara itu, Tuan Besar, dengan semua pengalaman dan ketegasannya, hanya ingin memastikan bahwa warisan dan nama baik keluarga terus berlanjut melalui tangan anaknya.

Tuan Muda tersenyum smirk. Ia sudah tahu  dan hafal betul, bukan dia yang dikhawatirkan tapi perusahaan itu.

"Lebih baik Ayah pergi," ucap Tuan Muda yang tidak mau memperpanjang masalah yang ada.

Tapi pandangan Tuan Besar tiba-tiba teralihkan oleh Bella yang berada di belakang putranya yang memakai kursi roda.

"Oh kamu masih bekerja sama dengan wanita ular ini? Ckkk kenapa Sei?" tanya Tuan Besar pada putranya, Tuan Muda.

Walaupun Tuan Muda tidak terlalu suka dengan kehadiran Bella, paling tidak dia tidak akan rela jika adik iparnya dijelaskan.

"Jaga bicara, Ayah. Jika Ayah kesini hanya untuk memberikan penilaian terhadap orang lain, Ayah salah."

Tauke Besar tersenyum smirk. "Wah wah, wanita ini ternyata bisa mempengaruhi pikiran kamu ya?" tanyanya mengejek.

"Dia ada nama. Namanya Bella Anjasari, bukan seperti yang Ayah sebutkan tadi!"

"Berani kamu ngelawan Ayah, Sei? Sejak kapan kamu menjadi pembangkang seperti adik angkat kamu, si Agash?! Hah!! Hanya karena wanita ini?!!"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!