NovelToon NovelToon
Pulang / Di Jemput Bayangan

Pulang / Di Jemput Bayangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Mata Batin / Kutukan / Hantu / Roh Supernatural
Popularitas:642
Nilai: 5
Nama Author: Novita Ledo

para pemuda yang memasuki hutan yang salah, lantaran mereka tak akan bisa pulang dalam keadaan bernyawa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novita Ledo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7 Korban Bayangan

Hutan Giripati yang kini mereka tinggalkan terasa lebih menyeramkan daripada sebelumnya. Suasana mencekam seolah terus mengikuti Raka dan Bima, meski langkah mereka sudah jauh dari altar. Namun, hutan ini tidak akan melepaskan mereka dengan mudah—ia masih ingin lebih.

Ketika malam mulai jatuh lagi, keduanya terpaksa berhenti di sebuah lapangan kecil untuk beristirahat. Langkah mereka terlalu lambat karena tubuh mereka sudah kelelahan setelah pertempuran di altar.

"Apa kita aman di sini?" tanya Bima, suaranya serak.

Raka hanya mengangguk samar, meski ia sendiri tak yakin. Dalam hati, ia merasa bahwa hutan ini belum selesai dengan mereka.

Saat mereka duduk beristirahat, suara ranting patah terdengar dari kejauhan. Keduanya terdiam, jantung mereka berdegup kencang.

"Itu cuma angin, kan?" tanya Bima, berusaha meyakinkan dirinya.

Namun, suara itu semakin dekat. Bukan hanya ranting patah, tapi juga langkah kaki berat, seperti seseorang yang menyeret tubuh besar di atas tanah.

Raka mengeluarkan senter dari tasnya dan menyorot ke arah suara. Tapi cahaya itu hanya memperlihatkan kegelapan yang lebih pekat.

"Lari," bisik Raka.

Tanpa menunggu, mereka berdua segera bangkit dan berlari, meninggalkan lapangan kecil itu. Mereka tidak peduli lagi ke mana mereka pergi—satu-satunya tujuan mereka adalah keluar dari hutan.

---

Setelah beberapa menit berlari, mereka tiba di sebuah sungai kecil. Nafas mereka tersengal, dan tubuh mereka gemetar karena kelelahan.

"Kita nggak bisa terus lari kayak gini," kata Bima, mencoba mengatur nafasnya.

Namun, sebelum Raka sempat menjawab, suara langkah itu terdengar lagi—kali ini lebih dekat dari sebelumnya. Dari balik pepohonan, sesosok tubuh muncul. Bukan bayangan besar yang mereka temui sebelumnya, melainkan sesuatu yang jauh lebih aneh.

Itu adalah Andre.

Atau lebih tepatnya, sesuatu yang terlihat seperti Andre. Tubuhnya penuh luka, dengan darah mengering di sekujur kulitnya. Kepalanya menunduk, tapi mata hitamnya menatap mereka dengan intensitas yang membuat tubuh mereka membeku.

"And... Andre?" tanya Bima dengan suara bergetar.

Andre tidak menjawab. Sebaliknya, ia melangkah maju dengan gerakan kaku, seperti boneka yang ditarik tali. Mulutnya membuka, tapi yang keluar bukanlah suara manusia. Itu adalah bisikan lirih yang menyerupai doa, diulang-ulang tanpa henti.

"Raka, itu bukan Andre," bisik Bima. "Kita harus pergi."

Namun sebelum mereka sempat bergerak, sosok Andre tiba-tiba berlari ke arah mereka dengan kecepatan yang mustahil. Ia melompat ke atas Bima, menjatuhkannya ke tanah.

Bima berteriak, mencoba melepaskan diri, tapi cengkraman Andre terlalu kuat. Mata hitam Andre menatap langsung ke matanya, dan bisikan aneh itu berubah menjadi lolongan mengerikan.

Raka, dengan panik, mengambil batu besar dari dekat sungai dan menghantamkannya ke kepala Andre. Tubuh Andre terhuyung ke samping, memberi Bima waktu untuk melarikan diri.

Tapi meski darah mengucur dari kepalanya, Andre bangkit kembali, seolah-olah tidak merasakan sakit. Kini, ia tidak sendiri. Dari dalam hutan, lebih banyak sosok seperti Andre mulai bermunculan. Mereka semua memiliki luka yang sama, mata hitam, dan gerakan kaku.

"Mereka… mereka semua korban sebelumnya," kata Raka, menyadari fakta mengerikan itu.

---

Raka dan Bima terus berlari, mencoba menjauh dari sosok-sosok itu. Tapi ke mana pun mereka pergi, mereka selalu dikejar. Jumlah mereka terus bertambah, seperti hutan ini menciptakan lebih banyak makhluk setiap detik.

Saat mereka mencapai sebuah jurang kecil, Raka berhenti, melihat sekeliling dengan panik. "Kita nggak bisa terus lari. Mereka bakal terus ngejar kita sampai kita habis!"

"Lalu kita harus gimana?!" balas Bima.

Saat mereka berbicara, salah satu makhluk itu melompat dari kegelapan, hampir meraih Raka. Tapi sebelum makhluk itu berhasil, tubuhnya tiba-tiba terlempar ke belakang, seperti ditarik oleh kekuatan tak terlihat.

Dari bayangan pepohonan, sosok pria tua yang mereka temui sebelumnya muncul. Ia memegang tongkat yang kini bersinar dengan cahaya biru pucat.

"Kalian harus kembali ke tempat asal mereka," katanya tegas. "Hanya di sana mereka bisa dihentikan."

Raka dan Bima tidak punya pilihan lain selain mengikuti pria itu. Meski mereka takut, mereka tahu pria ini adalah satu-satunya harapan mereka untuk selamat.

---

Pria tua itu membawa mereka ke sebuah tempat yang berbeda dari altar sebelumnya. Ini adalah area terbuka, dengan tanah yang terlihat hangus dan penuh dengan tengkorak manusia. Di tengahnya berdiri sebuah pohon raksasa dengan akar yang melilit seperti tangan raksasa, memegang sesuatu di tengahnya—sebuah pintu lain.

"Itu sumbernya," kata pria tua itu. "Semua makhluk ini terhubung ke sana. Jika kalian menghancurkannya, mereka semua akan lenyap."

"Tapi gimana caranya?" tanya Bima, menatap pohon itu dengan ngeri.

"Kalian tahu jawabannya," jawab pria tua itu sambil memandang mereka dengan serius.

---

Akhir yang Mencekam

Raka dan Bima tahu bahwa menghancurkan pintu itu berarti mereka harus menghadapi bayangan besar sekali lagi. Tapi mereka tidak punya pilihan lain. Dengan keberanian terakhir yang tersisa, mereka mendekati pohon itu, sementara sosok-sosok gelap mulai bermunculan dari segala arah.

Ritual terakhir dimulai. Tapi kali ini, tidak ada jaminan mereka akan selamat.

1
そして私
numpang lewat, jangan lupa mampir di after book bang
Novita Ledo: Yups, bentar yah
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!