Netha Putri, wanita karir yang terbangun dalam tubuh seorang istri komandan militer, Anetha Veronica, mendapati hidupnya berantakan: dua anak kembar yang tak terurus, rumah berantakan, dan suami bernama Sean Jack Harison yang ingin menceraikannya.
Pernikahan yang dimulai tanpa cinta—karena malam yang tak terduga—kini berada di ujung tanduk. Netha tak tahu cara merawat anak-anak itu. Awalnya tak peduli, ia hanya ingin bertanggung jawab hingga perceraian terjadi.
Sean, pria dingin dan tegas, tetap menjaga jarak, namun perubahan sikap Netha perlahan menarik perhatiannya. Tanpa disadari, Sean mulai cemburu dan protektif, meski tak menunjukkan perasaannya.
Sementara Netha bersikap cuek dan menganggap Sean hanya sebagai tamu. Namun, kebersamaan yang tak direncanakan ini perlahan membentuk ikatan baru, membawa mereka ke arah hubungan yang tak pernah mereka bayangkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terlalu Banyak Fikiran
📍 Kediaman Netha
Di kediaman Netha, suasana hening menyelimuti ruangan setelah telepon dengan Sean berakhir. Netha menatap layar ponselnya yang kini gelap. Napasnya terhela panjang, dan perlahan ia merebahkan tubuhnya di kasur.
"Astaga, kenapa tadi aku malah ngomong begitu? Aku bilang mau jemput si kembar... padahal aku nggak benar-benar berniat," gumamnya sambil memijat pelipisnya.
Ia berusaha memutar ulang percakapan tadi dalam pikirannya. Semuanya terjadi begitu cepat. Tangisan Al dan El yang tiba-tiba, rasa paniknya, dan keputusannya untuk berjanji akan menjemput mereka besok.
"Apa yang aku pikirkan?" desahnya lagi, kali ini lebih pelan.
Netha bangkit dari tidurnya, berjalan ke meja kecil di sudut kamar. Ia membuka botol air mineral dan menyesapnya, mencoba menenangkan diri. Matanya menatap pantulan dirinya di cermin. Ia tahu sebenarnya ada alasan kenapa ia berusaha menjauh dari Sean.
"Aku ini bukan istrinya yang sebenarnya. Aku orang luar yang masuk ke tubuh ini. Mana mungkin aku punya perasaan mendalam terhadap Sean," pikirnya.
Namun, ketika memikirkan El dan Al, hatinya sedikit bergetar. Sebulan lebih bersama mereka, Netha merasa ada ikatan kuat yang mulai terbentuk. Si kembar begitu manis dan penurut. Kehadiran mereka membuat hari-hari Netha terasa lebih hidup.
"Mungkin itu alasan kenapa aku nggak bisa sepenuhnya lepas dari mereka," ucapnya dalam hati.
Namun, keputusan untuk datang ke kamp militer besok membuat pikirannya bimbang. Di satu sisi, ia tidak ingin terlalu terlibat dengan Sean. Tapi di sisi lain, ia sudah berjanji kepada si kembar, dan ia tak tega melihat mereka terluka atau merasa tidak nyaman.
"Lagipula, aku juga ingin tahu seperti apa suasana di kamp militer itu. Pemilik tubuh ini sepertinya belum pernah ke sana, atau mungkin ia sengaja menghindari tempat itu," gumamnya sambil memandangi tangannya sendiri.
Ia mengingat kembali jadwal yang sudah ia susun rapi untuk lima hari ke depan. Survei tempat untuk membuka toko kue, mengunjungi beberapa lokasi wisata, dan menikmati waktu santai sendirian. Semua itu tampak begitu menarik.
"Tapi... ya sudahlah. Aku bisa menunda rencana-rencana itu. El dan Al lebih penting," putusnya akhirnya.
Netha mengembuskan napas panjang, lalu kembali ke tempat tidur. Tubuhnya terasa lelah setelah seharian penuh berjalan-jalan, berbelanja, dan menikmati waktu me time. Dalam keheningan malam, matanya perlahan terpejam, meski pikirannya masih sedikit bimbang.
"Besok saja aku pikirkan semuanya," ucapnya pelan sebelum akhirnya tertidur pulas.
📍 Rumah Dinas Sean
Setelah menyuruh El dan Al masuk ke kamar mereka, Sean berjalan ke kamarnya sendiri dengan langkah berat. Begitu sampai, ia membanting tubuhnya ke kasur dan menatap langit-langit kamar yang kosong. Pikirannya penuh dengan berbagai macam kekhawatiran dan rasa bersalah.
Dia memijat pelipisnya, mencoba menenangkan diri. Namun, pikiran tentang kejadian hari ini terus menghantuinya. Luka-luka di tubuh El dan Al, tangisan mereka yang memanggil ibunya, dan suara Netha di telepon tadi membuat Sean merasa gagal sebagai seorang ayah.
"Bagaimana nanti Netha memandangku?" pikir Sean dengan getir.
Dia tahu, Netha telah memberi kepercayaan kepadanya untuk menjaga si kembar selama lima hari di kamp militer. Tapi baru sehari berlalu, anak-anak mereka sudah terluka. Luka fisik itu mungkin tidak seberapa, tapi luka emosional? Itu yang membuat Sean merasa lebih terpukul.
"Aku bahkan tidak bisa memastikan mereka baik-baik saja. Apa aku terlalu santai? Atau terlalu percaya diri?" batinnya.
Sean menghela napas panjang, tangannya menutupi wajahnya. Dalam hatinya, ia ingin membuat hubungan dengan Netha dan si kembar lebih baik. Dia ingin menciptakan keluarga yang utuh, hangat, dan nyaman. Tapi kejadian hari ini seolah meruntuhkan harapannya.
"Bagaimana aku bisa membuat Netha nyaman kalau aku bahkan tidak bisa menjaga anak-anak kami?"
Bayangan reaksi Netha esok hari membuat Sean merasa cemas. Dia bisa membayangkan raut wajah Netha yang kecewa, mungkin juga marah. Apalagi jika Netha sampai berpikir bahwa ia tidak peduli pada El dan Al.
Namun, di sisi lain, Sean tahu bahwa ia harus menghadapi ini. Menyalahkan dirinya terus-menerus tidak akan menyelesaikan masalah. Yang ia butuhkan adalah rencana, sebuah cara untuk menunjukkan kepada Netha bahwa ia benar-benar berusaha, bahwa ia peduli pada anak-anak mereka, dan bahwa ia ingin hubungan ini berhasil.
"Apa yang harus aku lakukan?" desah Sean.
Dia memejamkan matanya, mencoba mencari jawaban dalam keheningan malam. Namun, yang muncul adalah gambaran wajah Netha, wajah yang akhir-akhir ini terasa begitu jauh, tetapi sekaligus begitu diinginkannya.
"Besok... aku harus bicara dengan Netha. Entah bagaimana caranya, aku akan menjelaskan semuanya. Aku tidak boleh membuatnya semakin kecewa," tekadnya dalam hati.
Dengan perasaan campur aduk antara cemas dan bersalah, Sean memutuskan untuk beristirahat. Ia tahu hari esok akan menjadi hari yang berat, tetapi ia juga tahu bahwa ia harus menghadapi semuanya, demi Netha, El, dan Al.
mlah di du2k dikursi penumpang..
lanjut lagi yaa 👍🤗🤗🤗
q kirimkan kopi untukmuu