Darah yang mengalir di tubuh ku merupakan darah seorang kesatria terkuat yang pernah ada, dan aku pun akan menjadi seperti dia melindungi yang lemah dan menghancurkan kebatilan di dunia ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lazuardi aqbar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bayi di tengah hutan
Jauh di dalam lebatnya hutan, yang terdapat begitu banyak binatang buas dan binatang roh berbagai macam tingkatan, terdengar suara tangis seorang bayi manusia yang menggema di seluruh hutan.
"Mengapa ada suara tangis bayi di dalam hutan yang lebat ini?" batin seorang laki laki paruh baya yang tengah melakukan meditasi.
Dia merasa bingung dengan keadaan yang ada, sepengetahuannya di hutan lebat yang di tempatinya sekarang, merupakan hutan lebat yang tak pernah di jamah tangan manusia selain dirinya yang tengah meningkatkan kekuatan, dengan melakukan meditasi di tempat itu.
Karena rasa penasaran yang tinggi, laki laki paruh baya itu bangkit dari duduk bersilanya, dan dengan segera melesat pergi menuju kearah sumber suara tangis bayi.
Dan betapa terkejutnya laki laki paruh baya itu saat dirinya berada tak jauh dari keberadaan sang bayi, di sana terlihat keadaan bayi merah yang masih mempunyai tali pusar, tengah di kerumuni oleh puluhan ekor serigala kelaparan yang ada di dalam hutan itu.
"Bayi itu bukanlah bayi biasa, tubuhnya memiliki segel pelindung yang membuat para serigala kelaparan, tak satupun yang berani untuk dapat mendekat ke arahnya," batin laki laki paruh baya itu kembali.
Dengan menggunakan teknik meringankan tubuh yang sangat sempurna, laki laki paruh baya itu melesat kearah bayi laki laki yang tergeletak di tanah, dan langsung membawa pergi bayi tersebut sehingga jauh dari ancaman para serigala yang akan mencoba memangsanya.
"Aku harus secepatnya membawa bayi ini kedesa ku, sebelum terjadi apa apa dengan bayi ini," bisiknya.
Di dalam gendongannya, bayi laki laki itu terus menangis, hingga dia memasuki sebuah desa yang cukup rame dengan para penduduk desa, semua itu di karenakan adanya para pengungsi dari ibu kota yang memilih untuk pergi dari kota, dari pada terkena dampak peperangan antara pemberontak dan para prajurit kekaisaran.(Di sarankan membaca pendekar mata langit untuk memahami alur ceritanya).
"Disana ada sebuah penginapan, aku harus secepatnya kesana karena bayi ini sepertinya sudah sangat kelaparan, paling tidak aku harus segera mencari seorang wanita yang dapat menyusui bayi ini," batin laki laki paruh baya itu.
Setibanya di penginapan, terdapat banyak orang yang tengah makan dan minum anggur di tempat itu.
Seketika itu, seluruh mata langsung tertuju ke arah laki laki paruh baya yang tengah menggendong seorang bayi, semua itu karena bayi laki laki yang ada di dalam gendongannya terus terusan menangis dengan sangat kencang.
Tak lama kemudian datang seorang wanita yang juga tengah menggendong seorang bayi yang tengah tertidur lelap.
"Bayi anda ini sangat kelaparan, di manakah ibunya berada?" tanya wanita itu.
"Dia tak punya ibu!" ucap laki laki paruh baya singkat.
Tiba tiba seorang berbadan besar, dengan muka yang di penuhi bekas sayatan benda tajam yang telah sembuh, menghentakkan tangannya diatas meja.
"Prakk..!!"
"Hentikan suara tangis bayi itu atau aku yang akan menghentikannya sendiri!!" hardiknya sambil mengarahkan pedang yang masih berada di dalam sarung pedang, ke arah laki laki paruh baya yang tengah menggendong seorang bayi yang tengah menangis.
Mendengar suara teriakan keras yang di aliri tenaga dalam, membuat semua pengunjung penginapan yang sedang makan dan minum, segera keluar dari dalam ruangan, mereka tak ingin terlibat dengan masalah yang akan terjadi.
Laki laki paruh baya tak menggubris ancaman dari pemuda bertubuh kekar, yang membuat sang pemuda menjadi geram dan segera mengeluarkan pedangnya.
"Apakah kau memang ingin mencari mati pak tua?!!" teriak sang pemuda bertubuh kekar.
Kembali laki laki paruh baya tak menggubris pertanyaan sang pemuda yang di tujukan kearahnya, malah dia memilih berbicara kepada wanita yang ada di dekatnya.
"Bisakah anda menyusui anak ini?" tanya laki laki paruh baya pada sang wanita.
"Tentu saja bisa," ucap sang wanita dan langsung membawa pergi bayi merah itu untuk menyusuinya.
"Kasian bayi ini, selain kelaparan, dia juga sangat kedinginan," bisik sang wanita kemudian mengambil beberapa kain yang dibawanya, untuk membungkus bayi laki laki itu.
Sebelumnya sang wanita memotong tali pusar sang bayi dan memberikan sedikit perawatan sebelum dia menyusuinya.
Kembali ke arah lelaki paruh baya...
Tampak pemuda kekar semakin memperlihatkan kekesalannya, karena kaki laki yang ada di hadapannya tak mau merespon perkataannya.
"Pak tua karena kau ingin mencari mati, maka aku akan memberikannya!!" ucap sang pemuda dan langsung menyerang laki laki paru baya itu.
Pedang sang pemuda berkelebat cepat kearah leher laki laki paruh baya, dan dengan gerakan sedikit kebelakang, pedang itu pun luput dari sasarannya.
Lelaki paruh baya tak tinggal diam, diapun menyerang balik dengan melesakkan tendangan putar yang tepat mengenai dada sang pemuda, hingga pedang yang berada di genggaman tangan sang pemuda terlepas, dan tubuhnya menyapu bersih meja dan bangku yang ada di belakangnya.
"Ini belum berakhir, karena kau telah melukaiku," ucap pemuda itu sambil merangkak keluar dari dalam penginapan.
Laki laki paruh baya itu tak menggubris perkataan sang pemuda, dia membiarkan sang pemuda itu keluar dari dalam penginapan, dan lebih memilih melangkahkan kakinya kearah sang wanita yang telah selesai menyusui bayi laki laki yang tadi di bawanya.
"Bagaimana keadaannya?" tanya laki laki paruh baya itu.
"Dia sekarang tengah tertidur lelap, dan ada baiknya bayi ini segera mendapatkan seseorang yang dapat menyusuinya ketika dia merasa lapar," ucap wanita itu.
Sesaat laki laki paruh baya itu terdiam, dan entah apa yang tengah di pikirkannya, terlihat laki laki paruh baya itu tengah mempertimbangkan beberapa hal.
"Apakah kau tinggal di desa ini?" tanya laki laki paruh baya itu kemudian.
"Tidak, aku baru datang ke desa ini, suamiku telah terbunuh saat melawan pemberontakan yang terjadi di ibu kota kekaisaran, aku lebih memilih untuk pergi demi menyelamatkan putraku ini dari peperangan yang terjadi," jawab sang wanita.
"Jika kau mau, aku akan mengajakmu untuk pergi ke desa tempatku berada, itu lebih baik dari pada kau berada disini tanpa arah dan tujuan," ucap laki laki paruh baya.
Kali ini giliran sang wanita yang berfikir dengan tawaran laki laki paruh baya yang ada di hadapannya, dan tak lama kemudian diapun mengiyakan tawaran itu.
"Baik, aku akan pergi ke desa anda," ucapnya.
Sementara itu, sang pemuda yang tengah terluka berhasil keluar dari dalam penginapan, dan menembakkan kembang api ke angkasa.
Tak beberapa saat lamanya, puluhan laki laki datang ke penginapan dengan pedang terhunus, yang berada di dalam genggaman tangan mereka masing masing.
"Apa yang telah terjadi denganmu Gofar?" tanya seorang laki laki tua yang merupakan pemimpin dari rombongan itu.
"Aku telah dihajar habis habisan oleh orang tua yang berada di dalam penginapan itu ketua," ucapnya.
"Kurang ajar!! berani sekali dia melakukan hal ini pada anggota perampok kalajengking merah, apalagi di wilayahnya sendiri!!" ucap laki laki tua itu sambil melangkahkan kakinya kearah penginapan.
"Siapa yang berani melukai anggota kalajengking merah!!" teriaknya di depan pintu penginapan dengan amarah yang memuncak.
"Aku yang melakukannya!!" ucap laki laki paruh baya dengan menatap tajam kearah laki laki tua yang berteriak itu.
Seketika perubahan terjadi di wajah laki laki tua yang merupakan pimpinan kelompok kalajengking merah, amarahnya yang tadinya meluap luap, kini tak terlihat lagi.
"Ketua Wo Chu, maafkan kesalahan anak buahku kepadamu," ucap laki laki tua itu sambil melepas pedangnya dan menggenggam tinju memberi hormat pada laki laki paruh baya yang kini telah berdiri hadapannya.
Bersambung
Tingkat kultivasi di episode 100