Cukup Satu Kali

Adelia, memandang suaminya yang sok belagu memiliki istri 2. Nyatanya ciut menghadapi istri mudanya, mulutnya kelu tak bisa berkata apa-apa. Sudah waktunya untuk beraksi, mengerjai adik madunya. Membuatnya menderita dulu, baru pergi meninggalkan rumah ini dan diam-diam menggugat cerai. Menguras uang milik suaminya, lumayan banyak di ATM.

"Aku sengaja mengumpulkan kalian di ruang tamu ini, ada yang ingin aku sampaikan. Aku sudah memikirkan secara matang,". Ucap Adelia,melirik ke arah suaminya. Lihatlah, apa yang aku lakukan kepadamu Devi. Jangan semena-mena terhadap ku,karena kamu akan menderita bersama pria yang tidak tau diri ini.

Devi dan ibu Norma, kebingungan dengan ucapan Adelia. Belum lagi tatapan matanya tajam,siap untuk menerkam mangsanya.

"Ada beberapa pekerjaan yang dilakukan olehku dan Devi. Karena Devi, istri mas Alfan dan menantunya ibu. Apapun yang di rumah ini,harus di lakukan dengan adil. Ingatlah mas, dengan ucapan mu. Memperlakukan istri-istri secara adil,tanpa ba-bi-bu dan alasan apapun. Iyakan mas,?". Adelia,penuh penekanan suaranya.

Alfan, terkejut mendengar ucapan istri pertamanya, mendapatkan tatapan tajam dari Devi."Ee...Iya dek, benar katamu" jawab Alfan, menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Devi, mengerut keningnya karena penasaran. "Maksudnya apa,mbak?". Dihh...Ogah banget mengerjakan tugas rumah ini,sialan kamu Mbak.

"Hussssttttt...Jangan berbicara, sebelum aku suruh.Pagi tugasku, termasuk nyapu,ngepel,cuci baju ibu dan nyuci baju mas Alfan bagi dua. Aku tidak membereskan kamar kalian,termasuk tidak menyucikan bajumu. Lalu,jam 4 sore kamu pulang kerja Devi. Mulai detik itu juga,kamu masak, beres-beres rumah dan mengurus ibu sampai pagi dan seterusnya seperti itu". Ucap Adelia, dengan lantang.

"Apa? Jangan ngomong aneh-aneh Mbak,aku mana ada pengalaman untuk mengurus orangtua. Aku capek bekerja,mana mungkin mengerjakan tugas rumah. Sudah sepatutnya mbak,yang mengerjakan tugas rumah ini". Devi, langsung membantah perintah istri pertama suaminya. Sialan, enak saja mau menyuruhku macam-macam. Emangnya aku babu, tidak seperti mu mbak. Soalnya kita beda level, sangat jauh sekali.

"Mas,kamu dengar sendirikan. Apa yang di katakan istri barumu,jika dia tidak menyetujui perintah yang sudah di buatku. Maka dari itu,aku akan bersikap seperti dia". Bentak Adelia, dengan keras. Hahahaha.... Lambat launnya,kamu akan pusing memikirkan rumah tangga ini. Siapa suruh menikah lagi,mas. Jika kamu, tidak bisa berbuat adil.

"Adelia,jangan kurang ajar kamu. Wajar saja dia menolaknya, Devi kecapean karena bekerja di kantor. Mana sempat melakukan tugas rumah,wajar kamu mengerjakan semuanya. Sebab kamu tidak bekerja, seperti dia". Bu Norma, langsung membela menantu keduanya. Adelia, apa-apaan sih? Bikin malu saja,sok ngatur segalanya.

Alfan, menelan ludahnya yang tercekat seketika. Karena Adelia,mulai membuka suaranya. Jika tidak di turuti kemauannya Adelia,dia bisa kabur dari sini.Lalu, bagaimana dengan ibu? Pasti Devi, tidak mau .Batin Alfan, tengah gundah gulana kebingungan.

"Oh,karena pekerjaan yah. Kamu dengarkan mas, alasannya karena pekerjaan dan capek ngurus rumah. Oke,mulai besok aku kerja dan tidak mau mengurus rumah ini dan termasuk ibu". Adelia, tersenyum smrik. Enak saja mau di manfaatkan tenaganya, untuk mengurus rumah dan ibu mertua.

"Adelia, jangan ngomong sembarangan. Enak saja mau bekerja,lalu bagaimana dengan ibu?". Bu Norma, langsung tidak menyetujuinya. Tidak aku tidak akan mengijinkan Adelia, bekerja dan menelantarkan aku.

"Gak bisa gitu dong,bu. Mantumu kedua bisa kerja,gak mau ngurus ibu. Masa aku gak boleh, bukankah mas Alfan harus adil terhadap istri-istrinya. Jadi,aku menuruti maduku saja. Apa yang di lakukannya, termasuk perawatan, shopping dan jalan-jalan". Kata Adelia, dengan entengnya. Rasakan kamu mas, pusing 7 keliling gak tuh. Mengahadapi aku, Devi dan ibumu.

"Mbak,jangan sok belagu deh. Mas,kenapa kamu diam saja?". Devi,kesal karena suaminya yang diam saja. Aakkhh...Kenapa kamu diam mas? Aku ogah banget menuruti perkataan mbak Adelia.

"Cukup! Apa kamu lupa mas, bagaimana pengorbanan ku selama tiga tahun?Tiga tahun lamanya mas,aku meninggalkan duniawi luar. Mengurus ibu dan rumah ini, mengabdi sebagai istri yang baik. Nyatanya kamu bersenang-senang dengan pelakor ini, munafik kamu mas". Teriak Adelia, dadanya naik turun mengontrol dirinya. Hatinya memanas mengingat perselingkuhan sang suami, tidak memikirkan perasaannya di rumah.

Seisi ruangan hening seketika,apa yang di katakan Adelia memang benar. Bu Norma, terdiam membisu. Tak mampu menjawab perkataan menantunya,yang sudah mengurus dirinya tanpa mengeluh sedikitpun.

Devi, mengepalkan kedua tangannya. Ketika dirinya di katakan seorang pelakor, sungguh tidak terima.

"Adelia, cukup! Jangan pernah kamu mengatai, Devi. Karena dia istrinya mas,adek madumu". Bantah Alfan,membela Devi.

"Lalu,apa sebutannya mas? Wanita baik-baik,kalau baik-baik kenapa menikah dengan pria beristri? Dia memang pantas di katakan ******, pelacur, kupu-kupu malam, wanita murahan dan...".

Plak!

Alfan, menampar wajah istrinya. Karena tidak terima atas perlakuan, Adelia. Tangannya bergetar habis menampar wajah istrinya, sungguh tak menduga dia melakukan sampai sejauh ini.

Adelia, tersenyum sumringah dan memandang ke arah suaminya. "Rupanya kamu sudah berani mas, menampar ku". Lirihnya, dengan derai air matanya.

Devi, tersenyum karena suaminya menampar istri pertamanya itu. Rasakan tuh mbak, makanya sok-sokan ngatain orang sih.Batin Devi, penuh kemenangan.

"Maafkan mas, Del". Alfan,yang refleks menampar wajah istrinya itu.

"Alfan,apa yang kamu lakukan ha?". Bu Norma, terkejut melihat anaknya menampar wajah istrinya sendiri.

"Dia memang pantas,bu. Mendapatkan pelajaran dari mas Alfan, sudah sembarangan menuduhku macam-macam". Sahut Devi,yang geram kepada Adelia.

"Makasih mas,atas perlakuan mu terhadap ku. Lebih baik kita berpisah mas,urus ibumu". Adelia,menepis tangan suaminya itu. Berlalu pergi ke kamar,tak lupa menguncinya dari dalam.

"Alfan,kamu sudah melakukan kesalahan besar. Cepat bujuk istrimu itu,jangan sampai meninggalkan ibu. cuman Adelia,yang bisa memahami ibu". Bu Norma,takut kehilangan Adelia. Selama ini sudah memperlakukannya sangat baik,penuh dengan perhatian.

"Iya,bu". Jawab Alfan, yang ketakutan sudah. Entah kenapa,dia tiba-tiba tidak mau kehilangan istri pertamanya. Membuat Devil,murka kepada istri pertama suaminya itu.

"Cepat Alfan, jangan sampai dia pergi dari rumah ini. Ibu, tidak mau kehilangan menantu ibu". Bentak bu Norma,lagi.

Alfan, langsung menyusul istrinya ke arah kamar.Namun nihil,pintu kamar terkunci.

"Aaaarrgghh.... Adelia, maafkan mas. Aku tidak sengaja melakukannya,pliss... Mas tidak mau berpisah dengan mu, Maafkan aku". Alfan, menggedor-gedor pintu kamar istrinya.

Ceklekk...

Pintu kamar terbuka lebar, Alfan langsung memeluk tubuh istrinya itu. Beberapa kali meminta maaf, memohon agar tidak pergi kemana-mana. Wa