Rey Clifford, tuan muda yang terusir dari keluarganya terpaksa menjadi gelandangan hingga dipungut dan direkrut kedalam pasukan tentara. Siapa sangka bahwa di ketentaraan, nasibnya berubah drastis. dari yang tidak pandai menggunakan senjata, sampai menjadi dewa perang bintang lima termuda di negaranya. setelah peperangan usai, dia kembali dari perbatasan dan di sinilah kisahnya bermula.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Edane Sintink, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dimana kau berpihak
Rey berjalan dengan tenang meninggalkan Pasifik Hotel, menuju jalanan yang tampak ramai pengunjung.
Sesekali keningnya berkerut karena merasakan bahwa sejak dia meninggalkan hotel tadi, sebuah aura samar mencoba mengikuti dirinya. Namun, dia tidak terlalu menganggap ini adalah ancaman, tapi dalam hati, dia juga merasa penasaran siapa yang terus membuntutinya sejak tadi.
Begitu tiba di tempat yang sedikit lebih sepi, Rey pun tegak berdiri, kemudian berujar. "Keluar lah!"
Beberapa saat kemudian, sesosok tubuh ramping mengenakan pakaian mini dipadu dengan stoking hitam ketat yang membungkus kaki rampingnya menampakkan diri dan berjalan melenggak-lenggok kearah dimana tadi Rey berdiri.
"Salam kepada Raja Utara," kata wanita cantik itu seraya membungkukkan badannya sehingga memperlihatkan sebagian dari dua hartanya yang putih mulus dan padat.
Rey membuang pandangannya ke samping. Kemudian dengan datar dia bertanya. "Dewi kematian. Jelaskan mengapa kau mengikuti ku sejak tadi?!"
"Menjawab anda, Raja Utara. Saya diutus oleh pangeran untuk menyampaikan bahwa Kaisar mengundang anda ke istana. Untuk spesifiknya, anda bisa membahasnya setelah bertemu dengan Kaisar," jawab salah satu dari dua dewi kematian tersebut. Gestur tubuhnya tampak menghormati. Tapi Rey tau bahwa Dewi kematian ini sengaja ingin mengujinya. Bahkan, dari nada bicaranya yang terkesan seperti sangat menghormati itu, ada sesuatu seperti ingin menunjukkan rasa superioritasnya.
Rey mengernyitkan dahinya. Seketika siluet nya berkelebat, kemudian langsung muncul dihadapan gadis tadi.
Gadis itu tersentak begitu merasakan cengkraman tangan kokoh menjepit lehernya. "Katakan! Begini kah cara pangeran menyampaikan pesan kepadaku? Apa karena peperangan telah usai, maka aku tidak lagi dihormati? Membuntuti ku seperti pencuri. Ganjaran yang terlalu pahit untuk status ku yang menyandang panglima tertinggi yang ditakuti dan dijuluki tukang jagal dari Utara. Apakah karena terlalu lama berada di istana, membuatmu merasakan bahwa kau lebih tinggi dari aku? Katakan di pihak mana kau berada?! Pihak pangeran atau putra mahkota?"
"Mohon beri ampun kepada saya, Raja Utara. Tolong jangan cepat marah. Saya tentu berada di pihak anda. Jangan Marah, Tuan ku," wanita itu meronta karena hampir kehabisan nafas ketika menjelaskan maksudnya kepada panglima muda yang cepat naik darah itu. Mungkin karena terlalu terbiasa berada di medan perang, sifatnya terbentuk secara alami. Cara Rey merespon sesuatu sangat lugas tanpa bertele-tele.
Gadis ini bukanlah gadis biasa. Namun, sedikitpun dia tidak dapat melawan ketika Rey bergerak. Dari sini saja dia mengetahui bahwa kekuatan yang dimiliki oleh Rey bagaikan langit dan kerak bumi jika dibandingkan dengan dirinya.
Perlahan Rey merenggangkan cengkraman tangannya. "Jangan memata-matai aku! Itu suatu penghinaan bagi ku. Menurutmu, apakah gelar yang aku miliki ini dibeli dengan kebohongan dan omong kosong belaka? Tukang jagal dari Utara bukanlah nama kosong. Jangan menguji ku dengan trik seperti ini. Sayangi nyawamu!"
Gedebug...!
Rey mendorong gadis itu hingga terjatuh di tanah.
Baginya, ada banyak diantara mereka yang berada di sisi istana yang meremehkan keberadaannya. Oleh karena itu, mereka dengan berbagai cara ingin menguji sampai dimana kemampuannya. Hanya saja, bagi Rey, salah satu dari Dewi kematian ini tak ubahnya seekor semut. Beruntung dirinya. Jika ini terjadi tiga bulan yang lalu, kemungkinan Dewi kematian ini sudah menjadi bangkai.
"Tuan ku Raja Utara. Maafkan atas kelancangan saya. Akan tetapi, identitas anda sangat sensitif. Saya tidak berani menyampaikan pesan dari Pangeran secara langsung. Bagaimanapun, ada ramai agen dan mata-mata dari pihak musuh yang sangat sulit untuk dibersihkan di kekaisaran ini. Negara menang telah menandatangani perjanjian perdamaian serta gencatan senjata. Namun, tanpa perlu saya jelaskan, Tuan ku pasti tau bahwa pihak-pihak aliansi dari beberapa negara masih belum sepenuhnya melepaskan perhatiannya ke Erosia. Harap dimaafkan kelancaran saya tadi,"
Mendapatkan bahwa perkataan Dewi kematian ini ada benarnya, Rey pun melangkahkan kakinya menghampiri gadis itu, kemudian mengulurkan tangannya membantu gadis itu untuk bangkit.
"Apakah sakit? Kalau sakit, lalu di mana yang sakit?" Tanya Rey setelah menarik gadis itu untuk berdiri.
Perubahan yang mendadak ini membuat gadis itu tercengang. Tadi kemarahannya nyaris membuat jantungnya copot. Sekarang, malah bersikap sangat lembut dan perhatian membuat hatinya nyaris meleleh. Sebenarnya, kepribadian apa ini.
"Mengapa diam?" Tanya Rey melihat gadis itu terdiam dengan tatapan kosong.
"Eh.., tid tidak. Tidak, Tuan ku," gadis itu gelagapan. Kemudian menyembunyikan wajahnya dengan menunduk.
"Katakan kepada pangeran, bahwa aku akan datang mengunjungi Istana dalam tiga hari lagi. Kau boleh pergi!" Rey mengibaskan tangannya seperti mengusir nyamuk. Sebenarnya dia ingin berangkat lebih awal untuk menghadap ke Kaisar. Tapi dua hari lagi dia sudah ada janji kepada Tuan Marlon bahwa dirinya akan mengadakan rapat pertamanya bersama seluruh pemimpin cabang dan beberapa staf berkedudukan tinggi di dalam perusahaan dalam rangka memperkenalkan dirinya sebagai pemilik perusahaan yang baru. Dia sendiri juga tidak tau seperti apa nantinya pertemuan itu. Apakah semuanya bisa diajak saling bekerjasama, atau hanya parasit yang menumpang mengeruk keuntungan didalam perusahaan. Jika memang ada yang seperti itu, dia tidak akan sungkan-sungkan menyingkirkan mereka walaupun kestabilan perusahaan akan terganggu. Buat apa perusahaan? Baginya itu hanyalah kedok. Toh dia juga tidak akan miskin walaupun tidak bekerja seumur hidup. Apa lagi dia juga tidak memiliki kepiawaian dalam bisnis. Baginya, dia lebih suka memikul senjata RPG daripada menjepit pena diantara jari tangannya.
Tak mau diusir sekali lagi, gadis itu segera menghilang dari tatapan Rey tanpa bekas. Seumur hidup dia tidak akan berani lagi memancing kemarahan tukang jagal tersebut. Jika tidak, dia tidak akan mengetahui kematian seperti apa nantinya yang akan menimpa dirinya. Walaupun dia dan saudaranya adalah alat bagi pangeran yang kapan saja bisa terbunuh dalam misi, akan tetapi jika masih bisa dihindari, siapa juga yang mau mati katak.
"Kalian yang berada di istana. Kalian terlalu nyaman. Aku khawatir bahwa bukan satu atau dua yang menjadi antek musuh. Kasihan Kaisar dan Pangeran dikelilingi oleh penghianat. Dewi kematian. Aku tidak tau kalian berada di pihak yang mana. Namun satu yang pasti. Jika kau berada di pihak yang berseberangan dengan ku, aku tidak akan sungkan-sungkan mengirim mu ke kematian," ujarnya dalam hati. Kemudian dia melangkah meninggalkan tempat tadi seperti seseorang yang berbeda. Tampangnya yang tampak lugu, gayanya yang tampak cupu, mampu menipu mata seseorang yang tidak tau bahwa didalam dirinya ada harimau yang siap menerkam.
"Hmmm. Gaya seperti ini tidak buruk. Setidaknya aku mampu menyembunyikan diriku dengan baik. Tiba-tiba aku rindu rasanya diintimidasi, di bully, di hina, di sepelekan. Hahaha. Bangsat. Ada-ada saja aku ini. Tapi sepertinya menarik. Coba saja. Setidaknya buat menambah pengalaman baru," Rey tertawa sendiri seperti orang gila. Dia menertawakan dirinya yang memiliki ide konyol seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi. Identitas yang dia miliki terlalu sensitif. Sebagai pelindung kekaisaran, tentunya dirinya selain sangat ditakuti oleh lawan-lawannya, akan tetapi tidak sedikit juga yang mau membunuhnya. Karena, kematiannya sama dengan keruntuhan Erosia. Sampai ada istilah baru oleh lawan-lawannya. Yaitu, ketika Kaisar mati, negara akan tetap aman-aman saja selagi tukang jagal dari Utara masih hidup.