"Karena kamu yang menggagalkan acara pernikahan ini, maka kamu harus bertanggung jawab!" ucap pria sepuh didepannya.
"Bertanggung jawab!"
"Kamu harus menggantikan mempelai wanitanya!"
"APA?"
****
Bagaimana jadinya kalau seorang siswi yang terkenal akan kenalan dan kebar-barannya menjadi istri seorang guru agama di sekolah?!?
Yah dia adalah Liora Putri Mega. Siswi SMA Taruna Bangsa, yang terkenal dengan sikap bar-barnya, dan suka tawuran. Anaknya sih cantik & manis, sayangnya karena selalu dimanja dan disayang-sayang kedua orang tuanya, membuat Liora menjadi gadis yang super aktif. Bahkan kegiatan membolos pun sangatlah aktif.
Kalau ditanya alasan kenapa dia sering bolos. Jawabnya cuma satu. Dia bolos karena kesetiakawanannya pada teman-teman yang juga pada bolos. Guru BK pusing. Orang tua juga ikut pusing.
Ditambah sikapnya yang seenak jidatnya, menggagalkan pernikahan orang lain. Membuat dia harus bertanggung jawab menggantikan posisi mempelai wanita.
Gimana ceritanya?!!?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cahyaning fitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 : Kutukan Kamu Kayaknya Bener???
"Pak Agam tunggu!" sengaja Naila menghadang langkah Agam di parkiran .
"Ada apa, Bu?" tanya Agam menghentikan langkahnya.
"Ini!" wanita itu menyerahkan paper bag ke tangan Agam.
Sebenarnya Agam ingin menolak, tapi melihat siswa dan siswi yang mulai berdatangan dan tanpa sengaja melihat keduanya, dengan terpaksa Agam menerima pemberian guru bahasa itu. Lalu Agam segera berpamitan dan mengucapkan terimakasih.
Naila merasa bahagia tak terkira ketika Agam menerima pemberiannya dengan senyum hangat. Mendengar ucapan terima kasih dari Agam membuatnya merasa dihargai dan diapresiasi. Rasa senang dan bungahnya meningkat berkali-kali, membuat hatinya terasa ringan dan gembira.
Ekspresi wajah Naila bersinar dengan kebahagiaan, matanya berbinar dengan kepuasan. Dia merasa bahwa pemberiannya telah diterima dengan tulus dan bahwa Agam menghargai perhatiannya.
Tanpa Agam tau bahwa Liora ternyata juga ada di sana. Kebetulan pula Liora lagi nyamperin Tito yang tumben-tumbenan hari ini bawa mobil sports dan diparkirkan di sana. Jelas Liora tahu dan ngeliat dengan mata kepala sendiri, suaminya menerima sesuatu dari guru centil itu. Jujur, Liora nggak suka ngeliatnya.
Gadis itu menatap lurus sambil meremas tangan Tito sebagai bentuk kekesalannya melihat pemandangan itu. Siapa yang tidak kesal coba, suami sendiri dikasih sesuatu sama perempuan lain, dan sialnya sang suami menerima pemberian itu sambil tersenyum tipis. Yah walaupun hanya tersenyum tipis, tetap saja Liora tidak suka melihatnya.
"Sakiiiiit, Li!" pekik Tito merasakan sakit pada tangannya. Pasalnya Liora meremasnya begitu kuat.
"Ck, begitu aja sakit?" cebik gadis itu dengan ketusnya.
"Laki kok lemah!" sindir gadis itu.
Tito yang langsung paham Liora sedang kesel ngeliat kejadian tadi, langsung meringis tanpa menjawab ucapan yang dilontarkan sahabatnya itu. Takut kena tabok betina cemburu.
Dengan menghentak kaki kuat, Liora meninggalkan Tito yang masih terbengong-bengong sendiri di tempat parkir. Geleng-geleng kepala dia melihat kelakuan absurd Liora.
"Bilang nggak bakal cinta. Nyatanya liat Pak Agam dikasih sesuatu sama cewe lain aja kayak orang kebakaran jenggot!" gumam Tito begitu Liora sudah pergi. Baru dia berani mengapresiasikan ucapannya.
Faktanya, Agam langsung memberikan paper bag pemberian Naila pada tukang kebun yang biasa bersih-bersih di sekolah tempatnya bekerja. Agam memang tidak membuka isinya. Mencium aromanya, ia yakin bahwa isi paper bag itu ialah makanan kesukaannya.
Dua tahun menjalin hubungan, Naila tau apa yang ia suka dan Agam tak suka.
"Terimakasih, Pak Agam!" ucap Pak Aziz, tukang bersih-bersih sekolah.
"Sama-sama, Pak!" jawab Agam tersenyum tipis.
"Emmm, Pak Agam ya kok aneh. Bawa bekel kok malah dikasihkan saya? Nanti siang pak Agam makan siangnya gimana?" kata Pak Aziz terkekeh geli.
"Sebenarnya itu pemberian teman. Hanya saja saya nggak enak menolaknya, Pak. Mau dibuang sayang. Kan mending dikasihkan ke orang. Tidak mubazir!" ujarnya tergelak sendiri.
"Kalau mubazir kenapa nggak dimakan sendiri, Pak?" tanya pria paruh baya itu penasaran.
"Emmm, saya punya riwayat tensi tinggi. Makanya saya menghindari makanan berlemak seperti itu. Mending buat bapak!" beonya.
Bohong kalau Agam memiliki riwayat tensi tinggi. Dia sengaja berbohong supaya Pak Aziz mau menerima pemberiannya itu.
Makanan yang dibawa Naila adalah rawon daging sapi, makanan kesukaannya. Tercium jelas dari aromanya. Namun Agam tetap tidak mau memakan makanan pemberian perempuan lain. Dia menghargai Liora sebagai istri. Rasanya tidak pantas dia menikmati makanan pemberian mantan, sementara Liora tidak bisa memasak, bukankah itu akan melukai perasaan istrinya.
"Alhamdulillah. Kebetulan saya tidak mempunyai riwayat tensi tinggi. Jadi saya dan keluarga bisa makan makanan ini!" ujar pria paruh baya itu terlihat sangat senang.
"Boleh saya bawa pulang kan, Pak?"
"Tentu saja, Pak Aziz. Silahkan bawa pulang saja. Bapak bisa menikmatinya dengan istri dan anak-anak bapak di rumah."
"Terimakasih banyak, Pak. Terimakasih sekali. Anak-anak saya pasti seneng banget!" katanya, berbinar-binar.
"Alhamdulillah kalau suka. Sana gih simpan dulu.....!" titah Agam pada pria itu.
"Iya, Pak. Saya permisi dulu ya, Pak! Assalamualaikum!"
"Walaikumsalam!" jawab Agam tersenyum manis.
Dari kejauhan Liora tersenyum simpul melihat pemandangan di depannya. Ternyata sang suami justru memberikan paper bag pemberian Bu Naila pada tukang kebun sekolah. Liora bernafas lega, rasa kesalnya tadi benar-benar tidak beralasan apa-apa. Yang dia takutkan ternyata tidak terjadi.
"Kira-kira isinya apa ya? Kenapa Aa memberikan paper bag pemberian Bu Naila pada pak Aziz?" gumam Liora masih berdiri di tempatnya.
Benar sekali. Setelah Agam pergi meninggalkan guru bahasa Indonesia itu di parkiran, diam-diam Liora mengikuti Agam suaminya. Entah kenapa tiba-tiba saja kakinya ingin mengikuti langkah suaminya dari kejauhan. Mungkin rasa penasaran di hati, membuatnya mengikuti langkah sang suami.
Dan ternyata sang suami tidak langsung menuju kantor, malah justru menemui Pak Aziz tukang kebun, dan berbincang-bincang dengan pria paruh baya itu dengan sopan dan ramah.
Dengan perasaan ringan dan lega, Liora berjalan menuju kelasnya. Dia melenggang dengan tangan yang berayun bergantian, bersenandung kecil dengan nada yang riang, serta wajah yang ceria. Bahkan ketika berpapasan dengan Tito, senyumnya tidak berkurang, menunjukkan kebahagiaan yang memancar dari dalam hatinya.
Tito terdiam, bingung menyaksikan perilaku aneh sahabatnya. Sebelumnya, Liora tiba-tiba marah sendiri di parkiran dan meremas tangannya dengan kuat. Kini, dia melihat Liora tersenyum sendiri dengan ekspresi yang tidak biasa. Rasa heran Tito semakin meningkat, tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi dengan sahabatnya tersebut.
"Li, Lo belum minum obat? Kok senyum-senyum sendiri?"
"Ck, Lo pikir gue gila apa?" kesal Liora melotot tajam.
"Emmm, gue lagi seneng, To." Lanjutnya sambil mesam mesem.
"Idih, ketempelan kayaknya nih cewek?" celetuk Tito .
"Lo ketempelan, Li?"
"Nggak Tito sahabat gue yang cakep. Gue nggak ketempelan. Gue cuma lagi seneng aja.....!" jawabnya.
"Emang Lo seneng kenapa?"
Liora langsung mengedikan bahunya.
"Gue sendiri nggak tau kenapa gue bisa seseneng ini, To? Gue kenapa ya?"
"Elah, mana gue tau napa Lo keliatan seneng? Abis dapat lotre Lo?"
"Ih, bukan Tito. Cuman gue seneng aja ngeliat suami gue ngasih pemberian Bu Naila ke orang lain. Gue sih nggak tau apa isinya? Tapi gue seneng banget, karena suami gue nggak nerima pemberian kuntilanak itu!" senangnya Liora sampai tersenyum sangat lebar.
"Dih, kayaknya elo bener dah gila, Li?"
"Enak aja Lo bilang gue gila.....!" gelak gadis itu, pipinya merona merah.
"Toooo.....!"
"Hemmmmm!"
"Kutukan elo kayaknya bener? Kayaknya gue jatuh cinta sama suami gue sendiri.....!"
"APA?"
"Biasa aja kale. Gue timpuk pake kursi nih?"
Bersambung....
Vote? Vote? Vote?
Mana votenya Say? Nanti aku kasih dobel up......