Reyhan tidak pernah menyangka bahwa hidupnya akan terperangkap oleh permainan yang di ciptakan boss tempat dirinya bekerja, berawal dari ia mengantarkan dokumen penting pada bossnya tersebut, namun berakhir dirinyaenjalani hubungan yang tidak masuk akal,, wanita itu bernama Sabrina tiba tiba meminta dirinya untuk menjadi kekasih wanita itu
sementara itu Sabrina tidak punya jalan lain untuk menyelamatkan harta peninggalan ibunya, terpaksa ia melakukan cara licik untuk membuat Reyhan mau menerima permintaanya.
tanpa Sabrina sadari ternyata Reyhan adalah pria berbahaya dengan begitu banyak pesona, pria itu mengajak Sabrina ke banyak hal yang tidak pernah sabrina lakukan, Sabrina tenggelam dalam gelora panas yang Reyhan berikan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon umnai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 8
Pagi hari Sabrina baru saja turun dari kamarnya, siap untuk sarapan bersama keluarganya. Dia sudah berdandan dengan cantik dan anggun, 100% berbeda dari biasanya. Namun, begitu melihat penampilan Sabrina, Sonia dan Lisa, mereka berdua langsung memandang sinis. Dari tatapan mereka, jelas sekali bahwa mereka tidak menyukai perubahan yang ada pada Sabrina.
Namun, Sabrina tidak peduli dengan pandangan sinis yang diterimanya. Ia hanya mendengus ringan dan melanjutkan langkahnya menuju meja makan. Begitu ayahnya datang, saudara dan ibu tirinya segera menjaga sikap, berusaha mencari muka dengan memuji kecantikan Sabrina.
"Hebat ya, Sabrina tambah cantik hari ini," ujar sonia dengan senyum yang dipaksakan.
"Iya, Sabrina. Kamu terlihat seperti mendiang ibumu saat masih muda," tambah ayahnya Hans dengan senyum hangat.
Mendengar pujian dari ayahnya, Sabrina tersenyum senang. Dia merasa bahagia karena penampilannya diakui oleh ayahnya dan bahkan dianggap mirip dengan ibunya yang telah tiada. Namun, Sabrina tahu bahwa di balik itu semua pasti Sonia merasa panas hati.
Melihat kesempatan ini, Sabrina pun memutuskan untuk memanas-manasi ibu tirinya itu
"Terima kasih,daddy. Aku senang bisa membuat daddy teringat akan ibuku. Kau benar dad, saat aku menatap cermin aku merasa mirip dengan mommy" ucap Sabrina dengan senyum yang manis.
"Aku yakin wajah cantik mommy yang membuat daddy jatuh hati kepadanya" ucap Sabrina lagi tak memperdulikan wajah ibu tirinya.
"Bukankah begitu Sonia??"
"emm .,. Eh iya.,." Ucap Sonia.
Wajah ibu tirinya tampak semakin memerah mendengar ucapan Sabrina. Di satu sisi, ia terpaksa untuk menyetujui apa yang Sabrina katakan, namun di sisi lain, ia merasa tidak suka karena Sabrina seolah-olah telah mengambil alih perhatian yang seharusnya menjadi miliknya.
Sementara itu, Sabrina hanya tersenyum puas melihat reaksi ibu tirinya. Meskipun dihujani pandangan sinis, Sabrina tetap menikmati sarapan paginya itu.
"Jadi kapan kau akan membawa kekasihmu kemari Sabrina?? Tanya Lisa.
"Mengapa sejak kemarin kau sangat ingin tahu Lisa?, apa kau ingin merebutnya lagi?" Tanya Sabrina dengan sinis.
"Maaf aku sudah bahagia bersama Brian, kami sebentar lagi akan bertunangan, kau tahu Sabrina, Brian saat ini semakin sukses di akan membangun perusahaan baru lagi, dan tentu saja itu semua tak luput dari dukunganku"
"Permisi ,., Apa ada hubunganya denganku.?? Tanya Sabrina dengan muak.
"Tentu saja, jika dia masih memilihmu aku tak yakin Brian akan sesukses sekarang, yang ada dia hanya dibikin malu dan stress memiliki kekasih secupu dirimu" ucap Lisa dengan mengejek membuat Sabrina mengepalkan tanganya.
"Lisa bicaranya yang sopan" ucap Hans.
"Ada apa Dad??, tadi Sabrina juga tidak sopan, apa daddy tidak sadar pembicaraan kalian tadi melukai perasaan mommy" ucap Lisa dengan kesal membuat Hans tersentak dan menyesal.
"Maaf aku tidak bermaksud"
"Tak apa aku mengerti" ucap Sonia, Sabrina mendengus melihat wajah palsu Sonia.
"Jadi mana kekasihmu Sabrina??" Tanya Lisa.
"Atau jangan jangan kau berbohong, pada kenyataanya kau tidak mempunyai kekasih??" Ejek Lisa.
"Untuk apa aku memamerkanya padamu??, kekasihku bukan pengangguran seperti dirimu Lisa!!!, dia sibuk" ucap Sabrina dengan sinis dan mengejek sontak hal itu membuat Lisa semakin kesal.
"Sayang bawalah kekasihmu kemari daddy penasaran dan ingin bertemu denganya, memangnya dia bekerja dimana??
"Dad tak usah ikut ikut"
"Sayang daddy hanya ingin tahu" ucap Hans.
"Dia karyawan di kantor, kapan kapan aku akan mengenalkanya pada daddy" ucap Sabrina dengan malas.
"Karyawan kantor??" Ucap Lisa dengan mengejek.
"Memangnya kenapa jika dia karyawan kantor??, yang penting dia setia tidak seperti Brian kekasihmu yang brengsek itu!!!
"Kau.,.
"Apa!!!, aku ingatkan Lisa jangan terlalu memuja Brian, bisa saja kau mengalami seperti yang aku rasakan" ejek Sabrina, tentu saja Sabrina mengatakan itu bukan tanpa alasan, karna tadi pagi Brian memberi dia pesan mengajaknya makan siang, dan tentu saja Sabrina tak menanggapi hal itu.
"Dan kau dad, sebelum daddy mengatakan sesuatu, aku ingatkan daddy untuk tidak ikut campur kehidupan asmaraku, mau aku dengan siapa dan pekerjaanya apa aku tidak perduli, karna perjanjian kita daddy menyuruh aku membaca calon suamiku tanpa memandang latar kehidupanya" ucap Sabrina dengan tegas saat Hans ingin bicara, melihat Sabrina yang berbicara secara menggebu membuat Hans bungkam.
"Paling karyawan miskin dan cupu" ejek Lisa.
"Jangan coba untuk menggoda kekasihku saat aku bawa kerumah" ucap Sabrina dengan sinis, ia bergegas untuk berangkat kerja, perdebatan pagi ini membuat moodnya buruk.
Sabrina melangkah masuk ke kantor dengan penampilan baru seperti kemarin. Ia tersenyum lebar saat melihat reaksi kagum para karyawan yang menatapnya takjub. Sabrina merasa percaya diri dan bahagia, apalagi saat Rachel, sahabatnya, menyambutnya dengan wajah ceria.
"Bagaimana rasanya menjadi pusat perhatian?" tanya Rachel penasaran.
"Tentu saja aku merasa senang dan puas, terima kasih Rachel karena selalu mendukungku," jawab Sabrina dengan penuh semangat.
Keduanya kembali masuk ke ruangan masing-masing, Sabrina bersiap untuk bekerja dengan semangat baru yang didapatkannya. Ia tak sabar menunjukkan hasil kerja maksimalnya dengan penampilan dan rasa percaya diri yang baru.
Sabrina tersenyum senang saat Reyhan mengirimkanya pesan
"Buku agendamu sudah aku bawah, tapi tak apa bukan jika aku mengembalikanya nanti Saat jam makan siang?? Pak David sedang berada dalam mood yang buruk, aku takut untuk keluyuran sepagi ini"
"Its okay, tak apa, tenang saja Rachel belum memintanya padaku" balas Sabrina.
Sabrina terkekeh geli membayangkan Reyhan yang bimbang dan takut untuk menemuinya saat ini karna takut kena marah David, membayangkan saja sudah membuat mood hati Sabrina berubah baik.
Sabrina sedang duduk di ruang kerjanya sambil menanti kedatangan Reyhan, ia terkejut melihat ayahnya datang ingin mengajaknya makan siang bersama.
Tiba-tiba, Reyhan muncul di depan pintu kantor Sabrina dengan sebuah buku di tangannya.
"Sabrina ini.,,." ucap Reyhan terpotong saat melihat tak hanya Sabrina yang berada di ruangan itu.
"Maaf aku tidak tahu ada orang lain" ucap Reyhan dengan canggung.
Sabrina tersenyum, sementara Hans tampak penasaran karena melihat Reyhan memanggil Sabrina hanya dengan nama, berbeda dengan karyawan lain yang memanggilnya dengan cara yang lebih formal.
"Sabrina, kenapa dia memanggilmu begitu? Apa hubungan kalian?" tanya ayah Sabrina.
Sabrina menarik nafas, lalu menjelaskan, "dad, dia Reyhan kekasihku, "
Mendengar penjelasan itu, Reyhan tampak terkejut. Dia belum siap untuk bertemu dengan ayah Sabrina dan tidak menyangka bahwa pertemuan ini akan terjadi begitu saja. Suasana di ruangan itu pun menjadi canggung, terasa begitu berat bagi mereka bertiga.
Hans, ayah Sabrina, tampak tidak percaya dengan pengakuan putrinya. "Jadi, kamu benar-benar sudah punya kekasih, Sabrina?" tanya Hans dengan ekspresi yang sulit dibaca.
Sabrina mengangguk, mencoba menenangkan suasana, "Iya, Pa. Aku dan Reyhan sudah bersama selama beberapa waktu." Jawab Sabrina dengan percaya diri agar sang ayah tidak curiga.
Sementara itu, Reyhan berdiri di sana dengan perasaan campur aduk. Dia tidak tahu harus berkata apa dan bagaimana harus bersikap di depan ayah Sabrina.
Terlihat sekali ayah Sabrina tidak percaya bahwa putrinya mempunyai kekasih. Situasi tersebut membuat situasi menjadi tidak terduga dan penuh kecanggungan.
"Dad kau harus percaya bahwa Reyhan kekasihku, kami baru saja jadian" ucap Sabrina memeluk lengan Reyhan.
"Kau tidak bohong Sabrina??, kalian tampak canggung" komentar Hansembuat Sabrina mendengus kesal.
Cup
Tanpa aba aba Sabrina berjinjit dan mengecup bibir Reyhan secepat kilat, membuat Reyhan terkejut dan terdiam kaku.
"Kau sudah percaya kan dad, sudah sana pulang aku ingin makan siang bersama kekasihku" ucap Sabrina menarim Hans pergi, ia tak ingin Hans bertanya macam macam pada Reyhan.
Sabrina menutup pintu dengan lega, Hans menuruti permintaan putrinya, ia pulang meski masih penasaran dengan Reyhan.
Sementara Sabrina terlihat canggung, jantungnya berdebar melangkah mendekati Reyhan.
"Maaf,.,. " ucap Sabrina dengan wajah memerahnya.
"Untuk??
"Aku telah lancang memciumu tadi" ucap Sabrina tak berani menatap Reyhan membuat Reyhan gemas.
"Menciumku??
"Ya, aku melakuaknya karna,.,.
"Itu bukan ciuman Sabrina" ucap Reyhan
"Ya.,.,.??" Ucap Sabrina bingung
Reyhan menatap Sabrina dengan tatapan tegasnya matanya melihat ke dalam mata Sabrina yang tampak bingung.
"Akan aku tunjukkan seperti apa ciuman itu," ucap Reyhan dengan suara lembut namun penuh keinginan. Sabrina merasa jantungnya berdebar kencang.