Anna harus terjebak dengan dua orang laki-laki yang membuatnya harus terpaksa berakhir dengan Maxim yang ternyata adalah teman masa kecilnya dulu.
Ternyata Maxim dan Dexter adalah mantan rekan yang memiliki sifat berbeda jauh.
Akankah Luna menerima cinta Maxim atau malah pergi bersama Dexter.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tessa Amelia Wahyudi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 19
Melihat Maxim yang mengamuk sejak tadi membuat Mark hanya bisa mendesah pasrah dengan semua itu. Jujur saja, sulit untuk menjelaskan yang dengan kata-kata. Yang jelas dia tahu bahwa laki-laki ini marah ketika dia melihat wanitanya bersama dengan rivalnya sendiri.
Sudah lama sekali mereka tidak mendengar kabar tentang Dexter. Tapi kini, tiba-tiba saja gebrakan baru terjadi. Dexter ternyata mengenal Anna dan bahkan dia mengantarkan wanita itu pulang sampai ke depan rumahnya.
Lihat, seberapa besar Maxim mengamuk saat ini. Bahkan angin tidak terkontrolnya emosi yang dia miliki, samsak yang dia pukul sampai rusak dan isinya tercecer.
Pasir di dalam samsak tersebut berserakan di lantai. Dia benar-benar meluapkan amarahnya saat ini.
"Berhenti Max! kau sudah keterlaluan. Lihat, apa yang kau dapat dengan emosimu ini?" tanya Mark yang datang menghampiri temannya.
"Apa? kau tidak tahu apa yang kurasakan sekarang ini. Dua kali Mark, dua kali dia melakukan hal ini padaku. Dulu Jessica, dan sekarang Anna. Lalu besok siapa lagi? siapa lagi yang akan dia rebut dari ku?" tanya Maxim dengan raut wajah yang sudah tidak bisa dikondisikan lagi.
Dia benar-benar merasa marah sekarang nih. Bukan hanya marah saja, tapi dia juga merasa kecewa bahwa dia kembali harus mengalami hal seperti ini.
"Kau yakin, bahwa apa yang kau rasakan terhadap Anna ini cinta? apa setelah kau mengetahui dan menyadarinya jika dia memiliki wajah yang mirip dengan Jessica kau memiliki perasaan terhadapnya? jika memang iya maka aku akan katakan pada, bahwa itu bukan perasaan cinta. Tapi obsesimu saja!" sahut Mark yang membuat Maxim langsung menarik kerah kemeja yang dipakai oleh teman sekaligus asisten pribadinya itu.
Dia benar-benar tidak menyukai dengan apa yang Mark katakan. Sungguh, dia benar-benar tidak menyukainya.
"Lancang sekali kau mengatakan hal itu padaku. Kau hanya seorang asisten di sini. Aku tidak membutuhkan omong kosong dari mu!"
"Oh ya? kau yakin?" Mark semakin menantang Maxim ingin tahu apa yang bisa dilakukan oleh laki-laki itu.
"Jangan membuatku lupa diri hingga membuatmu menyesal nanti. Aku bisa melakukan apapun yang aku inginkan, termasuk menghabisi mu sekarang juga!" ujar Maxim.
Sorot matanya benar-benar menunjukkan bahwa dirinya saat ini tidak sedang main-main. Dia bisa melakukan apapun yang dia inginkan. Termasuk menghabisi Mark saat itu juga.
"Sejak dulu aku tidak pernah menyesal dengan apapun yang telah ku ambil. Satu-satunya penyesalanku adalah membuatmu terlibat dalam hal ini. Seharusnya kau bicara dulu dengan Dexter, dan tanyakan tentang kebenaran itu. Tapi karena keegoisanmu sendiri, kau terjerumus dalam hal ini."
"Aku bilang cukup! cukup, Mark. Kau tidak berhak apapun mengomentari tentang kehidupanku. Ingat posisimu bahwa kau hanya asisten pribadi saja. Tidak lebih dari itu!"
"Oh ya? baguslah jika begitu. Aku bisa pergi dengan mudah meninggalkanmu. Ketahuilah Max, jika kau terus-terusan seperti ini kau akan hancur. Kau akan hancur karena egomu sendiri. Ingat itu!" balas Mark lagi.
Dia langsung pergi meninggalkan Maxim sendirian di sana dan membiarkan pria itu berpikir. Tidak seharusnya dia mengambil keputusan seperti ini. Lagi bola apa susahnya mengakui jika memang dia mencintai wanita itu.
Egonya terlalu tinggi, hingga sulit untuk mengakui tentang apa yang dia rasakan. Dulu Dia kehilangan wanita yang dia cintai dan sekarang pun akan seperti itu hanya karena keegoisannya.
Andai pada waktu bisa diputar, mungkin Mark yang akan mengadakan pada Jessica bahwa Maxim yang mencintainya. Bukan Dexter. Sayangnya Jesica mencintai Dexter, sulit memang. Tapi seperti itulah yang terjadi. Hubungan mereka bertiga sangat sulit.
Benar-benar sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata. Yang jelas saat ini Mark tidak ingin, Max kembali terpuruk hanya karena seorang wanita.
***
Sedangkan di tempat lain, lebih tepatnya di rumahnya sendiri. Anna masih memikirkan tentang pria yang beberapa waktu lalu mencampakkannya begitu saja.
Dia masih melihat jelas kata-kata yang pria itu lontarkan padanya sebelum dia pergi meninggalkan rumah mewah tersebut.
"Sebenarnya siapa kamu? kenapa tidak ada yang bisa kudapatkan di sana. Apakah bisa tertutup ini? kenapa, kenapa di saat aku mulai merasa nyaman kamu membiarkanku pergi begitu saja, hanya karena aku ingin tahu siapa dirimu. Apakah aku tidak berhak mengetahui tentang dirimu?" gumam Anna dengan mata berkaca-kaca.
Dia benar-benar tidak menyangka, bahwa dia harus kembali merasakan yang namanya sakit hati. Tidak, ini bukan sakit hati. Melainkan kekecewaan.
Anna Kecewa atas sikap Maxim padanya. Padahal mereka sudah melewati malam panjang. Bahkan dia juga sempat mengandung calon anak mereka. Tapi ternyata Tuhan berkehendak lain. Anak seharusnya menjadi penguat dalam hubungan mereka berdua, kembali di ambil oleh Tuhan.
"Mungkin ini cara Tuhan untuk mengujiku dan menjadikanku wanita yang jauh lebih baik lagi. Ayo Anna, kau harus bisa! kau bisa menunjukkan bahwa diri mu bisa lebih baik lagi. Jangan takut Anna, kamu pasti bisa!" Anna menyemangati dirinya sendiri.
Mulai besok dia akan kembali mencari pekerjaan. Anna akan memulai kehidupan yang baru. Berharap bawa dia bisa melupakan apa yang berasal dari dalam hidupnya.
Baik itu Stefano, ataupun Maxim. Dia benar-benar harus bisa melupakan semua itu.
***
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali setelah sarapan Anna mencari pekerjaan baru. Dia benar-benar akan memulai kehidupannya yang baru hari ini. Berharap bahwa semuanya akan menjadi lebih baik.
Tanpa dia ketahui saat ini, bahwa Maxim masih saja memantau dirinya. Bahkan Maxim juga mengetahui jika dia sedang mencari pekerjaan saat ini.
Sayangnya, Ego masih menguasai dirinya dan dia masih bertahan dengan semua ego tersebut.
"Ikuti dia!" titah Maxim pada anak buahnya.
Dia pemerintahan anak buahnya untuk mengikuti ke manapun wanita itu pergi. Sejauh apa Anna mencari pekerjaan, dan dia akan mengikutinya nanti.
Ternyata Anna menemukan sebuah perusahaan yang membutuhkan seorang sekretaris. Dia masuk ke sana, dan sedang menunggu untuk di panggil.
Tapi tiba-tiba saja Anna kaget saat melihat siapa yang memanggilnya saat ini.
"Hey, princess..." panggil Dexter ketika mereka tidak sengaja bertemu di perusahaan ini.
Bahkan Maxim sendiri tidak tau jika Anna bertemu dengan Dexter di dalam. Jika dia tau, mungkin dia akan kembali meradang.
"Kamu?" gumam Anna ketika melihat laki-laki yang menolongnya kemarin.
"Yeah, it's me. Dexter! how are you princess?" tanya Dexter lagi ketika melihat Anna di perusahaan ini.
"Apa yang kamu lakukan di sini? apa kamu sudah mencari pekerjaan?" dengan cepat Anna menganggukkan kepalanya karena dia memang membutuhkan pekerjaan.
Dia membutuhkan pekerjaan itu karena memang dia harus bekerja untuk melanjutkan kehidupannya.
"Oh my god! ayo ikut aku. Aku akan memberikan pekerjaan. Kau hanya perlu menemaniku, bekerja saja dan aku akan memberi mu gaji."
"Tidak, terima kasih. Aku sedang menunggu di dalam. Mereka masih melakukan interview, dan sebentar lagi giliran ku." jawab Anna.
Dia menolak tawaran dari Dexter karena memang dia sedang menunggu hasilnya nanti dan semoga saja dia bisa di terima dengan baik nantinya.
Bersambung ...