Hijrah Cinta Annisa
Karena Tak semua Kata, Bisa mewakili rasa, Maka biarlah hati ini menentukan Pilihannya, Diantara Suka,Duka, dan Air Mata.
***
Aku yang di tolak oleh calon suamiku, tepat di hari pernikahan kami, demi wanita masa lalu yang tiba tiba datang untuk memintanya kembali.
Namun Disaat Bersamaan Aku dipertemukan dengan jodoh yang tidak ku duga sebelumnya, Meminang ku, dan Menikahi Ku di waktu yang sama.
Ya. Dia Seorang CEO Emran Company, CEO dingin dan Arogan.
Akankah Cinta bersemi diantara kami.
Nantikan Kisahnya hanya di HIJRAH CINTA ANNISA !!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nabila.id, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Sebuah Harapan
..."Ringankan Beban Hatimu. Karena Tidak Semua Urusan perlu mendapatkan Perhatian"...
...🍁...
07.15 waktu setempat.
Emran telah siap dengan stelan Jas dan Kemeja mahalnya. Mengenakan sepatu kulit yang di rancang khusus, membuat laki-laki yang memiliki perawakan bak pangeran Arab tersebut semakin mempesona.
Tidak heran banyak kaum hawa yang mengidolakan dirinya, meski telah menyandang status sebagai duda beranak satu.
Siapa yang tidak akan tergoda dengan pesona Emran, Selain tampan dia juga sangat kaya raya.
"Adakah yang tuan Butuhkan Lagi" Tanya Amir setelah dirinya juga siap dengan kostum kebesarannya.
Mendengar hal itu Emran hanya menjawab dengan mengibaskan tangannya. Yang mengartikan jika dia tidak membutuhkan apa pun saat itu.
"Tuan ingin sarapan di hotel atau kita ke tempat lain ?" tanya Amir lagi.
Emran tampak berfikir sejenak "Kita sarapan di sini saja, Aku ingin segera menemui putriku" Ucap Emran dengan suara dingin.
Amir pun menjawab dengan anggukan kepala. Setelah semua selesai, Amir bergegas membuka pintu kamar untuk Emran, mempersilahkan bosnya tersebut keluar mendahului dirinya.
Emran berjalan keluar kamar, dengan langkah jenjang dan tubuh tegap, disusul sang asisten pribadi yang berada di belakangnya.
***
Beberapa menu telah siap di meja yang sebelumnya di pesan oleh Amir, menu khas Indonesia yang terlihat begitu menggiurkan.
Meski terbiasa sarapan menggunakan roti, namun pagi ini Emran ingin sarapan menggunakan makanan khas Indonesia.
Duduk berhadapan dengan Emran , Amir beberapa kali menangkap Emran yang terlihat melongok smartphone miliknya. Seperti tengah menanti sesuatu.
"Adakah yang tuan sedang pikirkan" tanya Amir yang merasa bos nya tersebut tengah gusar.
"Tidak" Jawab Emran singkat, dengan kembali memasukkan makanan kedalam mulutnya.
Mendengar jawaban Emran, Amir pun memilih kembali fokus dengan sarapan paginya.
***
"Mommy. Yasmine mau di dandani seperti Mommy" Ucap Yasmine dengan gaya bicara khas anak-anak.
Annisa tersenyum mendengar permintaan Yasmine.
"Benarkah ?" Tanya Annisa kemudian. Dan di jawab dengan anggukan kepala oleh Yasmine.
"Baiklah, Setelah Mommy selesai, Mommy akan minta pada kakaknya untuk merias wajah putri Mommy ini" Ucap Annisa dengan mencubit lembut hidung mancung Yasmine.
"Horee !" Ucap Yasmine dengan senyum merekah di wajah manisnya.
Ditengah kebahagiaan Yasmine, dua pengasuh Yasmine sedang di buat repot dengan tingkah Yasmine, sedari tadi gadis kecil tersebut belum mau untuk sarapan, dia hanya mau jika Annisa yang menyuapinya.
Kedua pengasuhnya sampai kewalahan untuk membujuk Yasmine agar mau sarapan. Namun gadis kecil tersebut tetap menolak.
Tidak berselang lama, Akhirnya Annisa telah siap dengan riasan di wajahnya, mengenakan hijab syar'i dan juga cadar yang telah melekat di wajahnya. Dengan sedikit tambahan mahkota di kepala, Annisa terlihat begitu mempesona dengan balutan gaun pengantin berwarna putih.
"Mommy. You look so beautiful" Ucap Yasmine tak hentinya mengagumi Annisa.
"Terima kasih sayang " Jawab Annisa dengan mengulas senyum dibalik cadar yang dia kenakan.
Benar saja setelah selesai di rias, Yasmine tetap meminta untuk di dandani juga, Annisa pun menggeleng kan kepala, dengan tingkah lucu Yasmine.
Annisa meminta pada sang perias untuk hanya membubuhkan sedikit bedak tabur dan sedikit lipstik di bibir imutnya, karena makeup bukan sesuatu yang cocok untuk di gunakan balita seperti Yasmine, seperti itu saja Yasmine merasa sangat senang, dan terlihat begitu bahagia.
Selama di rias, Annisa mengambil kesempatan itu untuk menyuapi Yasmine dengan Makanan yang sebelumnya telah di siapkan.
"Mommy Enyak" Ucap Yasmin dengan mulut penuh makanan.
"Di telan dulu sayang, baru bicara ya " Jawab Annisa dengan mengulas senyum manis. Yasmine pun menganggukkan kepala Patuh pada ucapan Annisa.
Tidak butuh waktu lama Akhirnya makanan yang di siapkan sudah habis tak bersisa, Yasmine begitu lahap makan makanan tersebut.
Begitu juga dua pengasuh Yasmine yang merasa bahagia, setelah melihat banyak makanan yang masuk kedalam perut majikan kecilnya tersebut.
***
Menempuh perjalanan beberapa saat, akhirnya Emran dan Ali telah tiba di pesantren atau lebih tepatnya kediaman Abi Ali, karena memang hotel tempat dimana Emran dan Amir menginap tidak begitu jauh dari kediaman Abi Ali.
Abi Ali yang menyadari kedatangan Emran segera mempersilahkan tamunya untuk masuk dan duduk di ruang tamu yang memang telah ramai dengan orang-orang.
Namun karena acara akan di laksanakan di masjid, Emran memilih untuk langsung di masjid saja, sembari menunggu putri tercinta nya.
Benar saja setelah mendapat kabar dari dua pengasuhnya yang mengetahui jika Emran telah datang, Yasmine pun ingin segera menemui Emran.
"Oke selesaikan makanan nya duku ya sayang, dua suapan lagi, dan setelah itu Yasmine boleh ikut Daddy" Ucap Annisa dengan suara lembut.
Yasmin pun menganggukkan kepala, dengan tangan yang sibuk memainkan boneka kesayangannya.
Duduk di tempat yang telah di sediakan, Emran yang tidak kenal dengan siapa pun memilih mengambil smartphone miliknya, dan berencana mengecek beberapa email yang masuk, namun ternyata Emran baru mengingat jika smartphone miliknya tertinggal di hotel.
"Amir" Panggil Emran
"Ya tuan" Jawab Amir
"Kembalilah ke hotel, ambilkan Handphone milikku di atas tempat tidur" Titah Emran.
Amir pun menganggukkan kepala, dan segera beranjak dari duduknya. untuk segera menuju hotel.
Amir memang seorang asisten yang tidak perlu di ragukan lagi kemampuannya, selain cerdas, cekatan dia juga sangat setia dan loyal terhadap pekerjaan nya sebagai asisten pribadi Emran.
Tidak butuh waktu lama Amir telah sampai di hotel tempatnya menginap semalam. Segera Amir mengambil handphone milik Emran, dan segera kembali ke pesantren.
Suasana jalanan pagi ini terasa begitu sejuk, tidak banyak lalu lalang pengguna jalan, mengingat jalanan yang di lalui Amir merupakan jalanan yang merupakan akses menuju puncak. Namun hal itu justru membuat Amir merasa senang.
Dari jarak kurang lebih 100 meter , Terlihat Amir menangkap sosok wanita yang melambaikan tangan padanya. Namun Amir memilih abai dan tidak berniat memberi tumpangan.
Melihat ada yang tidak beres, dari kaca spion mobil yang di kemudikan Amir , Dari kejauhan sosok yang melambaikan tangan tersebut terlihat begitu frustasi, karena di Hampiri oleh beberapa orang laki-laki yang sepertinya tidak dia kenal.
Melihat hal itu Amir merasa tidak tega, mungkin saja orang tersebut tengah mengalami kesulitan, begitu pikir Amir. Akhirnya dia pun memutuskan untuk putar balik.
Melihat beberapa laki-laki bertubuh gempal, Amir menyadari sesuatu yang tidak baik terjadi pada gadis tersebut.
"Ada apa ini ?" Tanya Amir setelah memarkirkan mobilnya tepat di samping orang-orang tersebut.
Melihat tatapan tajam Amir, Beberapa orang di sana terlihat takut, bukan hanya itu saja, menyadari jika hari sudah siang makan tidak akan mudah bagi penjahat untuk melancarkan aksinya.
Tidak mengatakan apapun Tamara langsung saja meraih Handel pintu mobil dan membukanya. Duduk tepat di sebelah Amir yang mengemudikan mobil.
Melihat hal itu Amir pun segera masuk dalam mobil menyusul sosok wanita yang lebih dulu masuk kedalam mobilnya. Dengan tatapan tajam yang mengarah pada beberapa laki-laki ber perawakan tinggi besar dan wajah yang memang seperti seorang penjahat.
"Siapa Namamu ?" Tanya Amir setelah keduanya duduk dalam satu mobil.
"Tamara " Ucap Tamara singkat.
Menatap dari atas sampai bawah, Amir merasa jika Tamara bukan orang gila, terlihat dari dress mahal yang dia kenakan, meski tubuhnya kotor dan juga tidak mengenakan sendal atau sepatu, tapi Amir melihat jika Tamara bukan orang sembarangan.
"Ada yang aneh ?, Kenapa kau melihatku seperti itu !" Tanya Tamara ketus
"Ada urusan apa kau dengan laki-laki tadi ?" Tanya Amir memberanikan diri bertanya.
"Bukan urusanmu " balas Tamara dengan suara ketus.
"Ck. oke " Jawab Amir singkat dengan memutar bola matanya.
***