Chan Khotthot naa ... dilarang boom like.
Kenzie, seorang wanita berusia 27 tahun, sering mendapat olokan perawan tua. 'Jika aku tidak dapat menemukan lelaki kaya, maka aku akan menjadi jomblo hingga mendapatkan kriteriaku' Itulah yang dikatakannya. Namun, ibunya tidak tahan ketika para tetangga menghina anaknya yang tidak laku. Akhirnya memutuskan untuk membuat perjodohan dengan sahabat lamanya! Akankah Kenzie bersedia ataukah menolak perjodohan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ShiZi_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hadirnya seseorang (8)
"Nona, kenapa dengan motor ini?" tanya seorang lelaki berparas menawan tengah menghampiri Kenzie.
"Entahlah, aku tidak tahu." Jawab Kenzie sedikit angkuh.
"Aku akan melihatnya siapa tahu masih bisa dibetulkan," ucap lelaki tersebut.
"Tidak, biarkan saja. Aku harus bekerja karena sudah hampir telat," tolak Kenzie.
"Nona, tunggu! Aku akan mengantarmu. Tidak baik jika wanita berjalan sendiri di siang hari, terlebih cuacanya begitu buruk," ujar pria yang tengah menahan langkah Kenzie untuk pergi.
"Terima kasih untuk tawarannya, tetapi lebih baik aku naik angkot." Jawab Kenzie menolak tawaran lelaki yang belum ia kenal.
"Angkot datang pukul dua dari arah sana. Bukankah tadi kamu mengatakan akan kerja!" ucap pria itu lagi.
Sesaat Kenzie pun menatap ke arah Arlojinya. "Jika aku menunggu angkot, yang terjadi adalah terlambat." Dalam situasi yang berlawanan, Kenzie pun tak ada pilihan lain selain menerima tawaran tersebut.
"Masuklah!" titah sosok pria yang belum diketahui namanya.
Akhirnya Kenzie pun meninggalkan motornya dan sudah meminta montir untuk membawa kendaraannya.
Di dalam mobil.
"Nona, maaf. Aku mengantarmu ke mana ini?" tanya lelaki itu dengan sopan.
"Hotel xxxx, karena aku bekerja di sana." Jawab Kenzie.
"Nona ...!" Kalimat terjeda, merasa jika mulutnya terasa keluh dan sepertinya wanita di sampingnya sedikit sulit didekati.
"Katakan," ucap Kenzie.
"Namaku Leonard, sedari tadi aku belum mengetahui nama kamu." Kata lelaki yang baru saja memperkenalkan namanya.
"Kenzie," jawab Kenzie.
"Indah, seperti orangnya."
"Apa yang kamu katakan?"
"Tidak, tidak ada." Jawab Leonard.
"Cih, ternyata pendengarannya cukup tajam ketika aku bergumam." Dalam hati Leo berkata dan sedikit mengagumi sosok wanita itu.
Tak ada lagi percakapan, karena Kenzie juga tidak terlalu bisa dekat dengan siapa pun.
Tidak terasa mobil yang dikendarai oleh Leonard akhirnya sampai juga. "Terima kasih untuk tumpangannya," ucap Kenzie.
"Sama-sama, dan sampai jumpa nanti." Leo pun melambaikan tangannya, setelah Kenzie hilang dari pandangannya, ia pun pergi dengan seulas senyum.
"Tidak buruk, aku akan pastikan dia jatuh ke pelukanku." Setelah berbicara sendiri, Leo pun menjalankan mobilnya meninggalkan hotel di mana Kenzie turun.
Di tempat lain.
"Bukankah motor ini milik Kenzie," batin Ardi ketika melewati jalan yang sama dengan Kenzie.
Ardi pun turun dari motornya. Memastikan jika motor tersebut milik istrinya yang ditinggalkan begitu saja.
"Benar, ini adalah milik Kenzie." Setelah yakin jika kendaraan milik istrinya. Lantas Ardi pun meminta salah satu orang untuk membawa karena dia ingin memperbaikinya sendiri.
Setelah menghubungi seseorang, Ardi pun melanjutkan perjalanan untuk bekerja.
Bengkel mulai di buka dan tidak lama Ardi datang. Rekan kerjanya juga baru sampai termasuk Deva.
"Ar, tumben sudah datang?" tanya Deva sedikit heran melihat kedatangan Ardi.
"Bukankah lebih cepat lebih baik untuk menyelesaikan pekerjaan," balas Ardi.
"Baiklah dan terserah kamu, ngomong-ngomong itu milik siapa?" tanya Deva lagi seraya menunjuk ke arah samping.
"Kenzie, mogok." Jawab Ardi singkat.
"Biarkan anak-anak yang mengeceknya, kalau begitu aku akan membuatkanmu kopi dulu."
Ardi mengangguk dan ikut masuk ke dalam juga untuk berganti dengan pakaian dinas sesuai profesinya.
“Ar, makanlah dan jangan sampai sakit!" Deva pun menyodorkan seporsi bubur ayam dan secangkir kopi. Ia tahu bahwa Ardi belum sarapan meski setiap hari menyiapkan bekal untuk istrinya.
"Lihatlah, bahkan terlihat aku ini seorang istri yang selalu mengurus kebutuhanmu dan menyiapkan semuanya untukmu."
Mendengar celoteh Deva, Ardi pun menatap lalu menggeleng kecil. "Terima kasih telah mengurusku, jika kamu seorang wanita. Mungkin saja aku akan menjadikanmu istri," ucap Ardi sedikit memberi candaan.
"Meski di kehidupan selanjutnya aku terlahir sebagai wanita. Aku akan bersumpah tidak ingin menjadi istrimu," balas Deva.
"Kenapa?"
"Kamu terlalu menyebalkan. Aku saja sebagai teman lelakimu harus memiliki kesabaran ekstra untuk memahami sifatmu, mungkin seseorang yang menjadi kekasihmu tidak akan tahan."
"Tutup mulutmu!" sergah Ardi.
Deva pun tertawa hingga Ardi juga ikut tertawa walau hanya sesaat. Namun, hal itu sudah lebih dari cukup untuk melihat sahabatnya bisa tersenyum.
"Ar, teruslah tersenyum. Ingat! Aku akan selalu bersamamu hingga kita menua."
Mungkin inilah yang disebut sahabat sehidup semati. Bahkan Deva hanya fokus kepada satu orang. Di mana dengan sejuta lukanya karena tak pernah dianggap oleh keluarganya sendiri, bahkan sekarang istrinya juga menganggap rendah Ardi.
"Bahkan aku tidak tahu bisa sampai tua bersamamu atau tidak," gumam Ardi dengan menatap sahabat satu-satunya.
Malam hari dan Ardi juga belum melihat kepulangan Kenzie, lantas memilih menunggunya karena tidak biasanya wanita itu pulang telat, hingga terdengar suara mobil berhenti di depan rumahnya.
"Kenzie," batin Ardi.
Memilih pura-pura tidur dan melepas alat yang terpasang di kedua telinganya. Dengan tujuan lain karena ingin tahu siapa pria yang mengantarkannya.
"Kenzie, maaf karena sedikit kemalaman." Kata pria yang kini bersama dengan Kenzie.
"Tidak masalah. Terima kasih untuk tumpangannya karena sudah jauh-jauh mengantarkanku," ucap Kenzie dengan sopan.
"Oh ya, apa aku boleh meminta nomor telepon kamu."
Tanpa menjawab Kenzie pun meminta ponsel tersebut dan memberikan nomor ponselnya.
"Terima kasih," ucap lelaki dengan wajah penuh binar.
"Sama-sama." Jawab Kenzie dan setelah itu meninggalkan lelaki tersebut.
Sesampainya di dalam rumah. Kenzie melihat Ardi yang sedang tidur dengan menutup wajahnya menggunakan tangannya.
"Aku harap kamu tidak pura-pura tidur hanya untuk menghilangkan rasa penasaranmu itu," celetuk Kenzie.
"Dasar lelaki tidak berguna," batin Kenzie.
Untuk memastikan berpura-pura atau tidak. Kenzie pun mendekat dan ternyata dia salah besar.
"S*it!" umpat Kenzie dan meninggalkan Ardi.
Setelah kepergian Kenzie, Ardi pun bangun dengan menatap langit-langit. Mengambil ponselnya dan mengirim pesan kepada seseorang.
("Cari informasi tentang dia.") Pesan pun berhasil terkirim dan melanjutkan tidurnya kembali.
Pagi hari ketika Ardi bangun. Entah sejak kapan Deva sudah berada di sampingnya dengan wajah serius. "Kamu ... sejak kapan duduk di sini?" tanya Ardi dengan sedikit terkejut.
Tanpa menjawab, Deva pun memberikan map berisikan dua lembar kertas yang diberikan kepada Ardi.
"Periksalah, aku akan pergi dulu." Lagi, tanpa meninggalkan kata-kata Deva pun pergi. Melirik sekilas ke arah Kenzie yang mana baru saja keluar dari dapur.
Setelah kepergian Deva, rasa ingin tahu yang dimiliki Kenzie sedikit besar hingga memilih mendekati Ardi.
"Apa yang diberikan oleh rekanmu itu?" tanya Kenzie.
"Kontrak pekerjaan." Jawab Ardi dan setelah itu, pergi meninggalkan Kenzie.
"Sudahlah, bodoh! Bahkan aku tidak peduli dengan si tuli itu." Kenzie pun ikut meninggalkan ruang tamu dan menikmati secangkir teh, serta bertukar pesan dengan seseorang.
semangatt..
jgn lamalama Up nyaa...