Ayana Malika Ifana, harus rela menjadi pekerja terselubung demi membayar uang sekolah, dirinya bekerja disebuah perusahaan sebagai cleaning servis karena usianya yang belum genap 17 tahun, jadi dirinya dipekerjakan diam-diam oleh tetangganya yang bekerja bebagai kepala bagian, dan karena membutuhkan uang AMI panggilan nama singkatan miliknya, rela menjadi pekerja terselubung untuk mendapatkan uang.
Dan dirinya juga harus terjebak dengan pria yang dia panggil OM, pria itu yang sudah membuat dirinya kehilangan semua mimpinya.
Bagaimana Ayana Malika Ifana, bisa melalui ujian hidupnya, dan dipertemukan dengan pria yang sudah matang untuk usianya yang belum genap 17 tahun.
Yukk ah, kepoin ceritanya, hanya di NovelToon, jika terdapat cerita yang sama maka itu adalah plagiat, karena saya hanya membuat karya ini hanya di NovelToon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Muka tertekan
Kehidupan memang tak semua nya berjalan dengan mulus, setiap orang mempunyai kehidupan masing-masing dan masalah yang mereka hadapi pun beragam.
Jika manusia bisa memilih mereka ingin hidup enak dan berkecukupan, tidak memiliki hutang dan mempunyai penghasilan yang cukup, tapi semua sudah kehendak Tuhan yang maha memberi hidup dimana setiap umat-nya sudah memiliki jalan takdir sendiri-sendiri.
Ami berjalan dengan Olive menuju kantin. Bukan untuk makan melainkan hanya untuk membeli minuman dingin, karena mereka baru saja selesai melakukan jadwal pelajaran pertama yaitu olahraga.
"Ol, aku tunggu di meja pojok sana, kamu yang beli gih." Ami mengulurkan uang pecahan lima ribuan untuk membeli minum rasa jeruk yang harganya tiga ribuan.
"Oke." Olive segera pergi menuju lemari pendingin, dan Ami langsung menuju meja kosong yang berada di pojok.
Kantin memang masih sepi karena memang bukan jam Istirahat, ada beberapa siswa dan siswi satu kelas Ami, dan ada juga yang seperti nya sedang bolos pelajaran.
"Nih.." Seseorang menyodorkan minuman, dan membuat Ami menoleh.
"Kak Zian." Ucap Ami yang sedikit terkejut karena melihat kakak kelas sekaligus bosnya di cafe berada didepannya.
Zian tersenyum dan langsung duduk didepan Ami. "Haus kan." Zian masih menyodorkan botol minum yang belum di terima Ami.
Ami dengan terpaksa mengambil minuman itu. "Terimakasih." Ami tersenyum tipis.
Zian menatap Ami yang sedang menegak minumannya, dan Ami yang menyadari pun merasa kikuk.
"Jagan liatin aku kek gitu kak, nanti botolnya ketelen."
Zian malah melebarkan senyumnya mendengar ucapan Ami yang tidak ada malunya.
"Eh ada kak Zian." Olive yang tiba-tiba datang langsung duduk disamping Ami, dengan tersipu malu.
"Eh, inikan belum jam istirahat kak Zian bolos dong." Ucap Olive, membuat Ami menatap Zian dengan kening berkerut.
"Sesekali boleh dong, gak harus jadi murid teladan terus." Ucap Zian malah membuat Ami geleng kepala.
Zian yang sedang ingin ke toilet tidak sengaja melihat Ami dan juga Olive berjalan menuju kantin, dan dari pakaian yang mereka kenakan Zian tau jika mereka baru saja selesai pelajaran olahraga.
Oleh karena itu Zian sengaja mengikuti mereka berdua hingga masuk kantin, karena biasanya Zian tidak pernah melihat Ami berada di kantin pada jam Istirahat.
.
.
"Nat, lu kenapa sih." Ando menaruh berkas yang harus Nathan tanda tangani di atas meja, yang sudah dia revisi sampai lima kali, dan itu sangat membuatnya kesal karena Nathan yang menyuruhnya.
Bukan tanpa alasan Ando kesal, berkas yang dia revisi sudah benar apa adanya, dan dia harus menerima perintah Nathan yang konyol membuatnya ingin marah saja.
Menurut Ando pagi ini Nathan sungguh menyebalkan, jika bukan bosnya Ando ingin sekali mencekik lehernya.
Nathan menarik napasnya dalam. Dirinya memang kesal dan Ia lampiaskan pada Ando.
"Ck, lu kaya orang gak dapet jatah tau nggak." Ando melirik Nathan sinis. Yang dilirik hanya menatapnya datar.
Jam menunjukan pukul satu siang, Nathan yang malas pun segera memasuki toko perhiasan ternama di sebuah Mall. Dengan langkah tegap dan menggunakan kaca mata hitam Nathan tidak perduli dengan tatapan para wanita yang dia lewati, karena memang tidak menarik dimatanya.
"Sayang, kenapa kamu lama sekali." Maudy yang kesal pun tetap menampilkan senyum manisnya didepan Nathan yang berwajah datar.
Maudy kesal karena dia membuat janji di jam dua belas siang dan Nathan pun baru datang di jam satu, sampai Maudy tidak sempat makan siang hanya untuk menunggu Nathan.
Nathan tidak menjawab melainkan hanya menatap Maudy dari balik kaca mata hitamnya.
Maudy yang tahu jika ditatap tersipu malu hingga salah tingkah membuat Nathan muak.
"Pilihlah sesuai keinginanmu," Ucap Nathan dengan datar.
Dirinya ingin cepat-cepat pergi dari sana karena Nathan terlalu malas untuk berlama-lama.
Kalau bukan Mamanya yang menyuruhnya untuk menemani Maudy mencari cincin pertunangan mereka, Nathan tidak akan berada disini, tapi berhubung mamanya yang meminta, Nathan menghormati.
Maudy tersenyum dan menarik tangan Nathan untuk mendekat ke etalase yang berjejer cincin berlian.
"Silahkan tuan dan nona, ada yang bisa kami bantu." Ucap pelayan toko dengan ramah.
"Saya mau cincin pertunangan keluaran terbaru."
"Baik nona, tunggu sebentar." Pelayan itu berjalan masuk untuk mengambil cincin yang di maksud, karena mereka memang tidak memajang cincin itu.
Pelayan pun keluar dan memperlihatkan tiga set cincin berlian.
"Sayang, menurut kamu bagus yang mana." Ucap Maudy yang melihat ada tiga model yang menurutnya bagus semua, dan Maudy meminta pendapat Nathan untuk memilih.
Nathan tidak bersuara melainkan hanya sibuk dengan ponselnya.
"Nat.." Maudy yang kesal menyentuh lengan Nathan membuat Nathan mengibaskan tangannya." Bagus mana menurutmu." Maudy mencoba untuk bersabar demi mendapatkan hati Nathan.
"Terserah."
Maudy yang kesal akhirnya memilih sepasang cincin yang menurutnya paling bagus dan mencobanya.
"Ya Tuhan Ami, kapan kita bisa masuk ke sana dan membeli salah satu dari mereka." Ucap Olive yang merasa takjub dengan toko perhiasan yang ada didepan mereka.
Ami menatap toko itu dengan tersenyum miring.
"Eh..eh.. mau kemana?" Tanya Olive yang tangannya langsung di tarik oleh Ami begitu saja.
"Hanya masuk apa salahnya, melihat dan mencoba pun tidak masalah." Ucap Ami terkikik ketika sudah berada di dalam dan didepan etalase beraneka ragam berlian di depannya.
Olive justru menciut melihat perhiasan mewah nan mahal didepan matanya.
"Mi, kita salah masuk toko, kita tidak pantas disini." Bisik Olive yang melihat sekitar, banyak orang yang berpenampilan glamor, dan mereka hanya memakai seragam sekolah dengan baju ditutupi jaket.
Karena jam pelajaran kosong dan mendadak para guru ada rapat jadi para siswa dan siswi sengaja di pulangkan lebih cepat. Dan oleh karena itu mereka berdua berada di sini hanya untuk cuci mata.
"Sssttt, kita nikmati hari ini." Ucap Ami dengan senyum diwajahnya.
"Mbak mau lihat yang ini dong." Ami memanggil pegawai yang masih melayani sepasang pembeli.
"Sebentar mbak." Ucap pelayan itu dengan sopan.
Sepasang pembeli itu adalah Natha dan Maudy, mendengar suara seseorang yang cukup keras membuat Nathan yang sibuk dengan ponselnya mendongak.
"Aduh mbak lama amat sih." Keluh Ami karena pelayan itu tidak bergeming dari tempatnya, dan hanya ada dua pelayan, yang satu berdiri sedikit jauh dari nya.
"Cih, bocah ingusan, biarin aja mbak, palingan cuma mau bergaya nyobain." Ucap Maudy yang melihat Ami dan Olive dengan seragam dan penampilan biasa saja tidak terlihat seperti orang kaya.
Ami yang mendengarnya kesal. "Heh mbak, jangan sok kaya deh, palingan juga situ yang di bayarin Om nya." Lirik Ami sinis menatap Maudy yang masih mencoba cincin yang dia ingin beli tadi.
Nathan yang mendengarnya mengulum senyum melihat wajah Maudy menampilkan wajah kesal.
"Heh, kalau bicara jangan asal, dia calon suami saya." Ucap Maudy ketus.
"Dih, embaknya memang gak masalah tapi lihat tuh muka Om nya yang tertekan."
Setelah mengatakan itu Ami pergi dengan menarik tangan Olive. Tidak perduli melihat wajah Maudy yang kesal dan marah apalagi wajah Nathan yang menahan kesal karena di sebut Om.
.
Jangan lupa like dan komen bestiee👍👍👍👍
gak prhatian ma istri harta juga gk hbis2 buat apa mngabaikan istri kmu.istri hilang baru tahu rasa kmu