Kecewa, mungkin itulah yang saat ini di rasakan Donny Adriano Oliver. Bagaimana tidak harapan untuk segera membangun rumah tangga dengan kekasih yang sudah di cintainya selama enam tahun pupus sudah. Bukan karena penghianatan atau hilangnya cinta, tapi karena kekasihnya masih ingin melanjutkan mimpinya.
Mia Anggriani Bachtiar, dia calon istri yang di pilihkan papanya untuknya. Seorang gadis dengan luka masa lalu.
Bagaimanakah perjalanan pernikahan mereka. Akankah Donny yang masih memberi kesempatan kepada kekasihnya bisa jatuh cinta pada istrinya yang awalnya dia perlakukan seperti adik perempuan yang dia sayangi. atau Mia yang sudah lama menutup hati bisa luluh dan jatuh pada perhatian dan kasih sayang yang Donny berikan padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunis WM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Epis. 5 Pertemuan dengan Fiona
“Kamu resign saja dari tempat kamu bekerja sekarang, Donny bisa mengatur posisi yang lebih baik untuk kamu di perusahaan.” Ujar Johan saat makan malam.
“Tidak usah Om, ehh Pa. Mia nyaman kerja di tempat yang sekarang.” Tolak Mia dengan halus.
“Lagi pula kamu kan tidak ingin di ketahui sebagai istri Donny, kalau kamu kerja di perusahaan dan langsung menjabat posisi yang tinggi apa yang akan di katakan orang-orang.” Ujar Laura yang sangat tidak menyetujui pernikahan ini. Laura sangat berharap menantunya itu adalah Natasya, selain berasal dari keluarga yang terpandang Natasya juga adalah seorang model internasional. Laura pasti akan sangat bangga memperkenalkan Natasya pada teman-temannya
“Don, bagaimana pendapat kamu?”. Donny meletakkan sendok dan garpunya “Terserah Mia saja Pa.” jawabnya singkat.
“Donny balik ke kamar duluan”. Pamitnya setelah menyelesaikan makannya.
“Bareng Mas”. Mia meminum segelas air kemudian berlari kecil mengejar Donny yang sedang menaiki anak tangga. Johan tersenyum melihat kejadian barusan, menurutnya Mia sangat imut dan ceria jadi tidak akan sulit baginya untuk merebut hati Donny dari Natasya, tapi tidak dengan Laura yang malah melihat sinis kelakuan Mia yang mengekori putra kesayangannya itu.
“Ada yang belum saya beritahu ke kamu.”
“Adduh.” Mia tanpa sengaja menabrak dada bidang Donny yang tiba-tiba saja berhenti dan berbalik. Donny tidak bergeming sedikitpun.
“Maaf Mas, tadi Mas mau bilang apa?” Tanya Mia yang masih mengusap-usap keningnya.
“Di rumah ini kamu tidak boleh menyentuh apapun yang bukan milik kamu.” Mia membelalakkan matanya, dan mulutnya sedikit menganga.
Padahal Mia sudah membayangkan rasanya tinggal di istana dan di perlakukan seperti putri, tapi tiba-tiba semua khayalannya hanya tinggal khayalan.”Pelit banget jadi orang kaya,” makinya dalam hati. Ternyata Donny idak sebaik yang dia bayangkan. Mungkin ini adalah sifatnya yang sebenarnya.
“Heemm.” Jawabnya kemudian dengan sedikit kecewa.
Seperti halnya sewaktu di hotel, dikamarnya pun Donny memberikan tempat tidurnya pada Mia, sedangkan dia tidur di sofa besar yang ada di kamar itu.
Mia dapat tidur dengan nyenyak dimana saja, selagi itu nyaman untuknya. Dia tidak takut Donny akan melakukan hal-hal buruk padanya karena mereka terikat sebuah perjanjian. Sama halnya dengan Donny yang sama sekali tidak terganggu dengan kehadiran Mia.
***
Jam di atas nakas sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, Mia menggeliat kecil sebelum akhirnya membuka matanya, dia melihat Donny yang sedang merapikan rambutnya di depan cermin. Mia tiba-tiba bangkit dari tidurnya, setelah kesadarannya utuh dia baru menyadari kalau dia sekarang adalah seorang istri dan ada orang lain yang tidur di kamar yang sama dengannya. Hal yang juga di lakukannya kemarin saat bangun tidur. Menyakinkan dirinya bahwa selama enam bulan dia adalah istri dari pria yang menurutnya pelit dan sombong, padahal baru dua hari mereka menjadi pasangan suami istri tapi Mia sudah menyematkan panggilan itu untuk suaminya.
“Saya tunggu dibawah, sepuluh menit lagi kita akan antar Mama dan Papa ke bandara.” Mia terdiam sejenak sebelum akhirnya berlari menuju kamar mandi.
“Hissh.” Gerutunya.
Mia belum membawa semua bajunya saat pindah ke rumah Oliver, kaos putih lengan pendek di padukan dengan rok berbahan jeans sebatas lutut menjadi pilihannya untuk mengantar mertuanya ke bandara membuatnya terlihat sangat girly. Sangat jauh dari kesan nyonya muda keluarga kaya raya.
“Apa kamu tidak punya baju lain.” Protes Laura melihat penampilan menantunya. Ketimbang sebagai istri, penampilan Mia mungkin lebih cocok menjadi adik Donny. Mia melirik Donny meminta suaminya itu menjawab untuknya.
“Kemarin pindahnya buru-buru Ma, Mia belum sempat bawa semua bajunya”. Jawab Donny asal tapi sesuai fakta. Mia menggangguk cepat membenarkan jawaban Donny.
“Tidak apa-apa Ma, pakai apapun Mia tetap cantik.” Bela Johan. Mia tersenyum manis pada papa mertuanya itu. Laura terlihat sangat kesal melihat suami dan anaknya membela manantu yang tidak diharapkannya itu.
“Kalau Donny bersikap kasar sama kamu, cepat kabari Papa.” Pesan Johan.
“Pasti Pa.” Jawab Mia.
“Don ingat kalau sekarang kamu sudah menikah, jangan pernah temui Natasya lagi.” Bisik Johan saat Donny memeluknya. Donny hanya diam tidak mengatakan apapun membuat Johan agak sedikit mengkhawatirkan Mia. Johan dan Laura kemudian berlalu setelah seseorang menginformasikan bahwa jet pribadinya sudah siap untuk terbang.
“Aku turun di depan saja Mas”.
“Kamu mau kemana?”
“Mau ketemu Finona.”
“Biar saya antar kamu.”
“Heem.” Mobil sedan hitam itupun berlalu dengan kecepatan sedang menuju sebuah Cafe tempat Mia dan Fiona membuat janji untuk bertemu.
“Saya akan meminta Alfandy menjemput kamu.” Mia menggeleng dengan cepat.
“Tidak usah, aku pulang sama Fiona aja.” Mia turun dan menutup pintu mobil tanpa menghiraukan Donny yang masih ingin mengatakan sesuatu. Donny terdiam melihat sikap Mia yang kurang sopan padanya. Belum pernah ada yang memperlakukannya seperti itu. Donny pun kembali melajukan mobilnya dengan perasaan yang sedikit kesal.
“Kangen banget.” Mia dan Fiona saling berpelukan melepas rindu setelah tidak bertemu selama beberapa hari, hanya bertukar kabar lewat pesan singkat ataupun video call. Saat hari pernikahannya, Fiona sedang ada perjalanan bisnis ke luar daerah.
“Jadi kapan kamu mulai kerja lagi?” Tanya Fiona sambil mengurai pelukan.
“Besok”. Jawa Mia.
“Memang di bolehin sama suami kamu”. Ledek Fiona. Mia memutar bola matanya kesal.
“Jangan sebut-sebut suami deh.” Protesnya. “Kamu tahu kan aku setuju karena ada perjanjian dan juga demi nenek agar dia mau ikut paman sama bibi ke Malasyia.” Lanjutnya.
“Iya iya, tahu kok”. Fiona lalu menyuapkan sesendok ice cream ke dalam mulut Mia untuk meredam kekesalan sahabatnya itu.
“Jadi selama enam bulan kamu akan tinggal di sana?” Tanya Fiona lagi.
“Heemm.” Jawab Mia singkat. “Tapi aku akan sering-sering balik ke kontrakan, temenin kamu”. Hibur Mia melihat raut sedih di wajah Fiona.
“Kamu tahu nggak Fi, dia bilang aku tidak boleh menyentuh apapun yang bukan milikku.” Ujar Mia geram membuat Fiona tertawa terbahak-bahak.
“Ya sudah, bawa barang-barang kamu saja.” Usul Fiona yang lagi-lagi mengejek Mia. Mia hanya memiringkan bibirnya. Bukan menjadi tenang malah semakin kesal dengan mulut Fiona yang asal ceplas ceplos.
Mia tidak menceritakan pada Fiona tempat seperti apa yang dia tinggali, bahkan Mia hanya menyebut kalau suaminya itu seorang pengusaha kaya yang pelit dan sombong membuat Fiona asal saja membayangkan seperti apa suami dari sahabatnya itu.
“Pulang yuk.” Ajak Mia.
“Ayo.”
Mereka berduapun meninggalkan cafe setelah bercerita panjang lebar. Setelah bertemu dengan Fiona, Mia lagi-lagi lupa kalau dia sudah menikah dan statusnya sekarang adalah nyonya muda sebuah keluarga yang hanya dia ketahui bahwa keluarga teman ayahnya itu sangat kaya.