NovelToon NovelToon
Diam-Diam Sayang

Diam-Diam Sayang

Status: sedang berlangsung
Genre:Berbaikan / Diam-Diam Cinta
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Nurul Widyastutik

Rivandra,, menjadi seorang penerus perusahaan besar membuatnya harus menjadi dingin pada setiap orang. tiba-tiba seorang Arsyilla mampu mengetuk hatinya. apakah Rivandra akan mampu mempertahankan sikap dinginnya atau Arsyilla bisa merubahnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Widyastutik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 19

"Masih belum ada kabar?!" tanya Shayna sambil membuka ruangan kantor Rivandra.

"Meski aku bukan Rivandra kakakmu, apa kamu tidak bisa mengetuk pintunya terlebih dulu? Ini perusahaan bukan rumahmu!" seru Zaen marah.

Shayna mengetuk meja kerja Zaen dengan kesal selama tiga kali.

"Sudah." jawab Shayna ikut kesal.

Zaen menghela nafas menenangkan emosinya. Sepertinya lebih mudah menghadapi kemarahan Rivandra daripada adiknya ini.

"Ada apa sih?" tanya Zaen lebih tenang.

"Kemana sih si Rivan itu? Aku bingung harus alasan apalagi pada mama dan papa. Bahkan aku sengaja menyuruh Dion sementara WFH dulu untuk menghindari pertemuan dengan Katty atau mama dan papa."

"Kamu tahu sendiri, ponselnya tidak aktif sejak dia menginjakkan kakinya di Yogya." kata Zaen kesal dengan menyandarkan tubuhnya di kursi.

"Lalu, apa yang membuat Kak Zaen semarah itu tadi?"

"Gimana aku gak marah? Lihat saja seberapa banyak berkas yang harus Rivan tanda tangani itu. Bahkan beberapa di antaranya harus segera di berikan pada klien besok. Aku harap Rivan tidak egois dan membuatku pusing." keluh Zaen sambil menepuk keningnya.

Tentu saja membuat Shayna tertawa. "Makanya, lain kali gak usah sok-sok an mau gantiin si Rivan." sindir Shayna sambil berdiri.

"Mau kemana?"

"Mau melanjutkan pekerjaanku, sebelum aku di marahi lagi."

"Tunggu!"

Shayna berhenti dan membalikkan tubuhnya ke arah Zaen yang sudah berdiri.

"Enak saja, setelah mengganggu konsentrasiku langsung pergi gitu aja!" omel Zaen pura-pura.

"Lalu?"

"Temani aku ke kafe. Aku mau minum kopi latte."

"Kak Zaen sengaja ingin membuatku tantrum ya. Sudah jelas-jelas aku sedang kehilangan sahabatku yang diculik si Rivan. Bisa-bisanya mengingatkanku padanya."

"Kamu pikir aku gak kehilangan anak buah dan bapak buahku?!" sindir Zaen sambil membuka pintu untuk Shayna.

"Bapak buah?"

"Kakakmu itu bapak buahku!"

Spontan Shayna tertawa mendengarnya. Sesekali memukul lengan Zaen yang seenaknya saja membuat istilah.

*****

"Mas Rivan belum tidur?" tanya Bu Kinasih saat melihat Rivandra masih berada di taman depan rumah.

"Masih belum ngantuk, Bu. Sepertinya pemandangan disini terlalu sayang kalau dilewatkan begitu saja. Aku bahkan bisa melihat ratusan bintang dari sini."

Bu Kinasih tertawa lirih. "Sepertinya Mas Rivan memang harus sering-sering liburan."

"Mungkin saja, Bu Asih. Yogya dan desa ini sudah membuatku jatuh cinta."

"Desanya atau yang mengajak ke desa Mas Rivan?" goda Bu Kinasih.

Rivandra menunduk menyembunyikan senyumnya. Rivandra menjadi semakin salah tingkah saat Bu Kinasih menertawakannya.

"Dimana Syilla, Bu?" tanya Rivandra mengalihkan pertanyaan.

"Adik-adiknya meminta Syilla mengajari mereka mengaji dan membacakan dongeng sebelum tidur." jawab Bu Kinasih.

"Ahh,, tahu gitu aku bisa membantunya tadi."

"Mas Rivan sudah capek seharian menemani mereka bermain. Istirahatlah."

"Rasa-rasanya, hari ini hari terbahagia dalam hidupku, Bu. Bisa menemani mereka bermain."

"Aku tahu Mas Rivan ini orang yang baik."

"Bu Asih terlalu berlebihan." Rivandra dan Bu Kinasih menjadi tertawa.

"Apa aku boleh mampir ke rumah ini ke depannya nanti Bu? Ehmm,, maksudku,, meskipun tidak bersama Syilla." tanya Rivandra harap-harap cemas.

"Pintu rumah ini selalu terbuka untuk siapapun yang mampir, Mas Rivan. Apalagi untuk orang seperti Mas Rivan yang bersedia kotor-kotoran bersama anak-anak."

Rivandra kembali tertawa. Sesekali melihat Bu Kinasih, ingin bertanya lebih jauh tentang kehidupan Arsyilla tapi bingung harus darimana memulainya.

"Apa Mas Rivan ingin mengatakan sesuatu?" tanya Bu Kinasih heran.

"Iya, Bu. Tapi aku bingung.." jawab Rivandra keki.

"Mau bertanya tentang orang yang menghadang Mas Rivan dan Syilla tadi pagi?" tebak Bu Kinasih mengerti.

"Iya!" jawab Rivandra senang. Karena Bu Kinasih paham dengan maksud Rivandra.

"Ehhhmm,,, Bagong itu adik dari Ayah Syilla, Mas."

"Adik? Maaf, tapi kenapa sepertinya orang itu tidak menganggap Syilla sebagai keponakannya? Aku sempat mendengar tentang pernikahan?" tanya Rivandra heran.

"Ayah Syilla dan Bagong itu saudara kembar tapi identik. Mereka mempunyai wajah yang hampir sama tapi dengan karakter yang berbeda. Ayah Syilla memiliki kecerdasan di atas rata-rata anak seumurannya waktu itu. Sedangkan Bagong memiliki penyakit disleksia, penyakit itu tentu membuat Bagong sedikit lebih lamban. Karena itu, baik orang tua mereka ataupun warga banyak yang membanding-bandingkan, dan tentu saja cenderung lebih menyukai Ayah Syilla. Lambat laun, Bagong menjadi sangat membenci saudara kembarnya sendiri.

Apalagi, mereka menyukai wanita yang sama. Dia berasal dari kampung sebelah. Silahkan di minum teh hangatnya, Mas Rivan. Biar makin enak ngobrolnya."

Rivandra mengikuti Bu Kinasih meminum teh hangat yang di seduhkan Bu Kinasih. Udara malam makin terasa dingin bagi Rivandra tapi tidak menurunkan niatnya untuk ingin tahu lebih banyak tentang bagaimana kehidupan Arsyilla sebelum mengenalnya.

"Lalu, Bu?" tanya Rivandra penasaran.

"Setelah lulus kuliah, baik Ayah atau Ibunya ingin mengamalkan ilmu yang mereka pelajari di kampung halaman mereka. Mereka bekerja sama untuk mengedukasi warga cara bercocok tanam dengan hasil yang memuaskan. Dalam waktu tiga bulan sejak mereka mengajarkan warga di sini untuk bercocok tanam yang lebih baik. Kampung di sini dan kampung sebelah menjadi maju.

Akhirnya, mereka memutuskan untuk menikah. Respon Bagong? Tentu saja marah. Apalagi keduanya mendapatkan restu dari orang tua masing-masing. Setelah menikah, orang tua Syilla mendirikan rumah ini tanpa sepengetahuan orang lain. Yang mereka tahu, tanah ini warisan dari orang tua ibu. Padahal tanah ini, adalah pemberian dari kakek dan nenek Syilla dari pihak ibu kandungnya."

"Kebahagiaan warga karena lahirnya Syilla semakin menambah rasa benci di hati Bagong. Apalagi, ibu kandung Syilla meninggal setelah melahirkan Syilla. Dan Ayah Syilla mendapat serangan jantung setelah mendengar berita kematian istrinya. Bagong menganggap Syilla pembawa sial karena orang-orang di sekitarnya selalu meninggal."

Rivandra tanpa sadar meneteskan air matanya. Sedari lahir Arsyilla sudah mengalami kepahitan hidup.

"Lalu, kenapa rumah ini menjadi panti asuhan?" tanya Rivandra bingung.

"Karena ibu ingat betul, tidak ada satupun keluarga dari pihak ayah ataupun pihak ibu Syilla bersedia merawat Syilla. Mereka sibuk saling memperebutkan harta. Akhirnya ibu mengusulkan Syilla di rawat di panti asuhan saja. Dan warga menyetujuinya. Padahal rumah ini memang warisan dari kakek dan nenek Syilla."

"Apa Syilla tahu tentang ini?"

"Tidak ada satupun warga yang tahu. Hanya Mas Rivan yang tahu. Ibu sudah pernah membicarakan ini pada Syilla tapi dia tidak perduli . Baginya ini rumah untuk anak-anak sepertinya, terbuang sedari bayi."

"Lalu, apa yang dimaksud Bagong dengan kejadian malam itu?"

"Malam itu, Bagong mabuk parah. Dan Syilla sudah berusia tujuh belas tahun. Yang dilihat Bagong saat melihat Syilla waktu itu, Arini, ibu kandung Syilla. Bagong memeluk Syilla bahkan berusaha mencium Syilla. Tapi, sumpah demi Allah, Mas Rivan, hanya itu yang terjadi. Karena ibu langsung memukul kepala Bagong sampai pingsan. Syilla pun juga pingsan saking takutnya. Selama ini Syilla selalu trauma melihat Bagong. Apalagi Bagong selalu mengingatkannya pada kejadian malam itu. Padahal tidak terjadi apapun. Keduanya tidak tahu apa-apa karena pingsan."

"Syukurlah. Pantesan saja, Syilla begitu takut waktu berpapasan dengan Bagong tadi."

"Yah begitulah." Bu Kinasih tersenyum senang saat Rivandra mengusap wajahnya dengan kedua tangannya. Raut wajah puas terpancar jelas di wajah Rivandra.

"Ibu senang akhirnya Syilla bisa membuka hatinya dan berteman dengan laki-laki. Setelah sekian lamanya sejak kematian Ryan, sahabatnya." jelas Bu Kinasih.

Rivandra menoleh kaget, saat mendengar nama Ryan disebut setelah kematian. Maksudnya?

"Ryan? Setelah kematiannya?" tanya Rivandra bingung.

'Apa Ryan yang sama yang telah mengajarkan Syilla mesin kopi yang ada di kantor?' pikir Rivandra.

"Apa Mas Rivan juga mengenal Ryan?" tanya Bu Kinasih senang.

'Ah, Syilla. Kamu bahkan sudah menceritakan tentang Ryan pada Mas Rivan ini. Pasti Mas Rivan ini orang yang spesial bagimu.' batin Bu Kinasih.

1
budak jambi
harta tidak akn di bawa mati tuan danie..jgn egois jd ortu pikir kn perasaan ank biar kn mereka milih jln hidup mereka
Davi 04
cerita bagus
Nurul Widyastutik: terima kasih kak
total 1 replies
Sumar Tono
Luar biasa
Nurul Widyastutik: terima kasih🙏🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!