Sebuah kejadian yang membuat seorang Anaya Putri (23tahun) harus hamil tanpa seorang suami. Naya harus merelakan kehormatannya ketika insiden tidak disengaja yang ditimbulkan karena salah alamat dan menjadi cinta satu malam bersama dengan pria asing.
Naya hidup sebatang kara, dia harus melahirkan, membesarkan dan merawat anaknya. Saat sang anak sudah besar, ternyata dia memiliki sifat yang sangat genius dan berusaha menyatukan kedua orangtuanya.
Mampukah Anaya menjalani kehidupannya?
Akankah kebahagiaan menyapanya di akhir kisah nanti? Dan siapa pria yang sudah membuat Naya menjadi berbadan dua?
YUK SIMAK KELANJUTANNYA 🥰
JANGAN LUPA SELALU MEMBERIKAN JEJAK MANIS DI SETIAP BAB NYA 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom AL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab #35
Satu minggu kemudian.
Siang ini, Abi dan sang putri sedang berada di ruang rawat milik Anaya. Abimanyu selalu bolak-balik melihat kondisi Anaya, barangkali istrinya itu sudah sadar dari koma karena kata-kata penyemangat yang selalu dia lontarkan. Abi saat ini duduk di kursi tepat sebelah brangkar pasien, dia menggendong bayinya dan mendekatkan bayi itu di samping Anaya.
Bayi yang baru berusia satu minggu itu hanya mampu melihat ke seluruh ruangan, Abi pun mencoba untuk membantu Anaya agar tersadar dari tidur panjangnya.
"Sayang, aku datang lagi bersama dengan putri kita." ucapnya sambil tersenyum ke arah sang bayi.
"Kamu tahu, selama satu minggu ini bayi kita hanya minum susu formula. Aku merasa kasihan, apa kamu tidak ingin segera menyusuinya?" Abi mengelus kepala Naya, dirinya pun menatap wajah pucat milik Anaya.
Abi terlihat sangat sedih karena Anaya tidak kunjung sadar padahal sudah satu minggu dia tertidur dirumah sakit tersebut.
"Naya, kamu tidak bosan dengan bau obat-obatan dirumah sakit ini? Cepat sadar sayang, aku benar-benar sangat merindukanmu." tetesan air mata terjatuh di kedua pipi Abimanyu.
Jari milik Anaya bergerak dengan perlahan, kedua kelopak matanya pun berkedut. Berketepatan dengan hal itu, sang bayi juga ikut menangis. Abi bingung karena tiba-tiba bayinya menangis dengan kencang, dia beranjak dari kursi tetapi ada hal mengejutkan yang terjadi pada Anaya.
Abi kembali duduk dengan masih menggendong bayinya yang terus menangis.
"Sayang, Anaya! Kamu sudah sadar?" Abi benar-benar merasa senang karena melihat kelopak mata Anaya terbuka sedikit begitu dengan jari tangan yang bergerak-gerak.
Abi bergegas keluar dari ruang rawat, sesampainya diluar dia berteriak memanggil Dokter.
"Dokter! Dokter!"
Mama Abi beranjak dari kursi karena terkejut, beliau selalu setia menemani Abi untuk menjaga Anaya.
Dokter datang dan menghampiri Abi, setelah Abi menceritakan semuanya sang Dokter pun langsung masuk ke dalam ruangan milik Anaya.
"Abi, ada apa?" Mama menjadi takut karena melihat Abi menangis.
"Ma, Anaya! Dia sudah sadar." Abi tersenyum haru.
Mama pun ikut tersenyum dan lega mendengar ucapan Abi, dia mengambil alih baby girl lalu Abi segera masuk ke dalam ruangan Naya.
Dokter tersenyum setelah melakukan pemeriksaan, dia mengatakan jika Anaya sudah sadar namun belum stabil. Dokter memberi saran agar Abi atau yang lainnya jangan terlalu membuat Anaya stres dengan begitu banyak pertanyaan.
Abi menyetujui, dia kembali duduk di kursi setelah Anaya sudah membuka kedua matanya.
"Sayang?" Abi mengelus pucuk kepala Anaya.
"Mas, dimana anak kita?" Anaya bertanya dengan nada lirih sambil memegang perutnya yang sudah rata.
"Anak kita baik-baik saja, dia cantik seperti kamu." Abi tersenyum lega karena bisa kembali mendengar suara Anaya.
"Dia perempuan?"
Anaya benar-benar tidak menyangka jika buah hatinya yang kedua berjenis kelamin perempuan karena memang mereka tidak pernah ingin mencari tahu jenis kelamin sang bayi jika menjalani USG.
Abi mengangguk dengan cepat.
"Bagaimana keadaanmu? Apa masih ada yang sakit?"
Anaya menggeleng.
"Perutku sedikit nyeri, itu saja."
"Sayang, aku mohon agar kamu jangan terlalu banyak bergerak. Masalah anak, aku akan mengurusnya sampai keadaan kamu pulih total."
Anaya tersenyum tipis.
"Sudah berapa lama aku pingsan, Mas?"
"Koma, kamu koma sayang. Aku sangat khawatir dan aku sangat merindukanmu." Abi mencium pipi Anaya.
"Berapa lama aku tidak melihat putriku?"
"Dua minggu, selama ini anak kita hanya minum susu formula."
Raut wajah Anaya terlihat sedih. "Maafkan aku, Mas."
"Eh, kenapa harus minta maaf? Ini bukan kemauan kamu, Sayang. Baiklah, yang terpenting sekarang kamu 'kan sudah sadar dan kita akan mengurus anak kita bersama-sama. Kita akan menjadi contoh orang tua yang baik untuk kedua anak kita."
Mereka berdua saling melempar senyum.
Mama masuk ke dalam karena Dokter sudah mengizinkan, hanya saja Mama menunggu waktu karena mungkin saja Abi dan Anaya ingin berbicara berdua.
Abi dan Naya kompak menoleh ke pintu ruangan.
"Nah, itu anak kita."
Mama menyerahkan anak Abi kepada Anaya, dia yakin jika Anaya sangat ingin melihat putrinya.
"Dia sangat cantik." Anaya mengelus lembut pipi sang bayi.
Terlihat bayi itu tersenyum sambil menatap wajah Anaya, dia seakan mengerti jika Mamanya sudah kembali berkumpul bersamanya. Al juga langsung memeluk Anaya, dia sangat merindukan Mamanya.
"Ma, Al kangen sama Mama." ucap Al lirih
Anaya mengelus kepala Al, dia juga sangat merindukan jagoan pintarnya itu.
"Mama juga kangen sama Al, kamu baik-baik saja 'kan sayang?"
"Tentu saja, Papanya menjaga dengan sangat baik. Kamu lihat Abi, Anaya. Dia tidak mengurus dirinya sendiri karena selalu memikirkan kamu, Mama juga hanya membantu sebisanya saja dalam menjaga cucu Mama."
Anaya menatap Abi dengan seksama dari atas sampai bawah, terlihat Abi sangat berbeda, pipinya tirus, badannya sedikit kurus, kantung mata terlihat sangat jelas dan rambutnya sangat gondrong. Bahkan Abi tidak peduli dengan penampilannya yang seperti tidak terurus.
Anaya bersedih dalam hati, dia juga bahagia karena Abi sangat peduli dengannya.
"Anaya, apa kalian berdua sudah mencari nama untuk anak kalian?"
Abi dan Naya saling lirik lalu menganggukkan kepala.
"Az-Zahra Oktaviani Pamungkas." jawab Abi dan Anaya bersamaan dengan senyum tipis.
•
•
•
TBC