Terlahir dari orang tua yang membenci dirinya sejak kecil, Embun Sanubari tumbuh menjadi laki-laki yang pendiam. Di balik sifat lembut dan wajah tampannya, tersimpan begitu banyak rasa sakit di hatinya.
Ia tak pernah bisa mengambil pilihannya sendiri sepanjang hidup lantaran belenggu sang ayah. Hingga saat ia memasuki usia dewasa, sang ayah menjodohkannya dengan gadis yang tak pernah ia temui sebelumnya.
Ia tak akan pernah menyangka bahwa Rembulan Saraswati Sanasesa, istrinya yang angkuh dan misterius itu akan memberikan begitu banyak kejutan di sepanjang hidupnya. Embun Sanubari yang sebelumnya menjalani hidup layaknya boneka, mulai merasakan gelenyar perasaan aneh yang dinamakan cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dzataasabrn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Taking Care of Her
Saras mengintip dari balik selimutnya, rupanya Sanu sudah tidak ada di kamar itu.
Ia menghela napas di tengah rasa pusing yang masih menderanya. Wajahnya kini semerah kepiting rebus lantaran apa yang baru saja terjadi.
Sanu baru saja melepas bajuku? Astaga, kurasa aku sudah benar-benar gila!
Saras kembali menenggelamkan kepalanya di balik selimut. Jantungnya berdetak dengan sangat cepat. Tubuhnya yang semula menggigil pun kian terasa panas. Ia memejamkan matanya kuat-kuat, ia memikirkan bagaimana Sanu membuka pakaiannya dengan mata terpejam. Saras merasa terheran dengan sikapnya. Entah ia melakukannya dengan memejam lantaran Saras tidak menarik baginya atau justru karena ia sama malunya dengan Saras.
Tapi bagi Saras, hal itu sungguh tak biasa. Di matanya, semua laki-laki itu sama. Ketika melihat wanita, mereka akan kehilangan akal sehatnya. Jika yang baru saja melepas pakaiannya adalah Dany, Saras yakin laki-laki itu akan langsung menggerayai tubuhnya dan mencuri kesempatan sebanyak mungkin.
Tetapi Sanu berbeda. Ia tak melakukan hal-hal yang membuat Saras tidak nyaman. Meski di hati kecil Saras ia menanti sentuhan suaminya itu, tetapi ia merasa lega saat mengetahui bahwa laki-laki itu bukan orang yang akan menyentuh dirinya tanpa izin.
Atau apa karena aku tidak menarik baginya ya?
Saras menghela napas pelan, bisa saja Sanu tidak menyentuhnya lantaran laki-laki itu tidak tertarik pada tubuhnya.
Di tengah rasa bingungnya itu, Saras mendengar suara pintu kamar kembali terbuka. Terlihat Sanu sedang membawa sebuah nampan yang di atasnya terdapat sebuah mangkuk kaca berwarna putih susu serta sebuah gelas bening berisikan sesuatu berwarna kuning.
Sanu melirik Saras yang rupanya sudah terbangun. Dengan hati-hati, ia meletakkan nampan itu di nakas yang terletak di sebelah kasur. Ia lantas beringsut di lantai dan menempelkan punggung tangannya ke dahi istrinya itu untuk memeriksa suhu badannya.
Saras beringsut lemah, matanya yang sayu menatap mata hazel yang nampak bergerak-gerak karena khawatir itu.
"Kamu demamnya tinggi banget," Sanu menarik tangannya dari dahi Saras. Membuat gadis itu merasa gelenyar kehilangan yang aneh. "Kamu makan dulu ya, setelah itu minum obatnya." ujar Sanu lembut.
Ia memandang Saras dengan tatapan yang hangat, menanti jawaban gadis itu. Saras membuang muka seraya mengangguk pelan.
Sanu tersenyum samar, entah kenapa Saras benar-benar berbeda dari dirinya yang biasa saat sedang sakit begini. Istrinya itu terasa sedikit lebih lembut dan manja dari biasanya.
Sanu mengambil mangkuk berisi bubur yang ada di meja. Ia baru saja berlari-lari dari apotek dan memasakkan bubur agar Saras bisa sekera meminum obatnya.
Sanu membantu Saras untuk bersandar pada titian kasur dan mulai menyuapkan bubur itu lembut.
Saras memakan bubur itu dengan perlahan-lahan. Ia memandang Sanu dengan kedua matanya yang sayu. Ia melihat beberapa bulir keringat di dahi dan leher suaminya itu. Kaos putihnya terlihat lembab, sedikit mencetak tubuhnya dari balik sana. Rambutnya yang biasa nampak rapih terlihat sedikit basah oleh air.
Sesekali jakunnya naik dan turun secara perlahan, tanda ia sedang susah payah menelan ludahnya. Di setiap suapannya, tangan Sanu gemetar entah karena apa.
Apa dia juga kehujanan ya? Saras membatin.
Meski begitu, ia tidak ingin ambil pusing karena dirinya sudah cukup pusing untuk berpikir. Oleh sebab itu, ia memutuskan untuk menghabiskan buburnya tanpa bicara dan meminum obat miliknya. Tidak lama setelah itu, Saras pun terlelap.
----
Sudah tiga hari sejak Saras mengalami demam. Selama itu pula Sanu selalu merawatnya setiap hari. Setiap kali ia pergi ke kampus, bibi akan selalu stand by di dekat Saras untuk memenuhi kebutuhannya. Jika Sanu sedang berada di rumah, ia akan selalu berada di sekitar Saras dan selalu sigap apapun yang dibutuhkan oleh istrinya itu.
Selama tiga hari itu, Saras benar-benar merasa heran dengan Sanu. Ia benar-benar baik terhadapnya dan melakukan semuanya untuknya dengan sabar. Saras tidak bisa tidak berpikir buruk tentang itu. Ia selalu berpikir Sanu mungkin akan meminta hal lain sebagai gantinya.
Tetapi hingga kini, lelaki itu tak pernah meminta apapun dari Saras tidak pula menuntut apa-apa. Ia benar-benar melakukan semuanya dengan sabar dan tulus. Saat Sanu sedang membaca buku, ia akan membuang bukunya dan berlari ke arahnya dengan terburu-buru tiap ia membutuhkan sesuatu. Sanu akan meninggalkan tabletnya tanpa ragu saat mendengar Saras memanggilnya. Ia pun akan berlari ke sana kemari tanpa mengeluh saat Saras meminta ini dan itu. Ia menuruti semuanya tanpa berbicara apa-apa.
Hal itu sedikit membuat Saras tersentuh meski ia tetap membenci dan mencurigai Sanu. Saat itu, ia berpikir mungkin saja Sanu gelum benar-benar membuka topeng aslinya, maka ia harus tetap berhati-hati.
Dan dengan begitulah, tanpa terasa empat hari telah berlalu dan Saras telah sehat kembali. Demamnya sudah mereda dan ia pun tak lagi menggigil dan pusing. Hanya saja, Sanu mengatakan agar Saras beristirahat di rumah beberapa hari lagi. Ia takut kondisinya akan memburuk saat di kampus.
Meski dengan acuh tak acuh, Saras tetap menuruti Sanu. Ya paling tidak ia akan mendengarkan ucapan orang yang sudah merawatnya selama sakit itu sebagai upaya balas budi.
Saat itu, ia belum menyadari bahwa beberapa hari dari situ, akan ada sebuah peristiwa yang kembali menggetarkan hubungan mereka.