Sedang tahap REVISI
"Mari kita bercerai! Sesuai yang dituliskan di kontrak, kamu akan menceraikan aku setelah dua tahun."
Aillard tersenyum smirk, "Siapa yang akan mematuhi kontrak itu? Apakah kamu tidak tau bahwa pihak A bisa merubah isi kontrak sesuai keinginan mereka?"
Clarisse segera membalik kertas itu berulang-ulang kali, ketika dia menemukan bahwa ketentuan itu ada di dalam kontrak, wajahnya langsung memucat ketakutan.
Sial, dia telah ditipu.
***
Clarisse Edith van Leonore adalah seorang putri dari kerajaan Leonore. Kehidupannya sangat menderita hingga semua anggota kerajaan membencinya.
Di kehidupan sebelumnya dia meninggal karena dibunuh oleh pemberontak. Tidak puas dengan kematiannya yang tidak adil, Clarisse menggunakan pusaka klannya memutar balik waktu kembali ke dua tahun yang lalu.
Dia bertekad untuk mengubah takdirnya dengan cara menikahi Grand Duke yang terkenal kejam dan membalas dendam kepada orang yang telah menyakitinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KimHana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 23 - DIA ADALAH SAUDARIKU
Clarisse membuka matanya menatap pantulan dirinya di depan cermin. Seorang gadis mengenakan gaun berwarna hijau dengan riasan cantik di wajahnya. Rambutnya yang dulu hanya di kepang sederhana, sekarang tertata rapi yang membuat tampilannya menjadi lebih elegan.
Anne membiarkan beberapa helai rambutnya terurai di dekat telinganya lalu mengikatnya sebahagian. Setelah itu, Anne juga menyematkan jepitan rambut mutiara di belakang kepalanya.
"Wow, ini benar-benar cantik." Clarisse menutup mulutnya syok karena terkejut dengan penampilannya sendiri. Seumur hidup dia baru tau kalau Anne benar-benar berbakat dalam merias seseorang. Ini mungkin saja karena dia yang tidak pernah pergi ke pesta-pesta sebelumnya, membuat Anne tidak bisa menampilkan bakatnya.
"Anne, kamu benar-benar hebat. Aku bahkan tidak menyangka kalau ini adalah diriku." ujar Clarisse tak habis pikir. Sungguh sia-sia jika hanya membiarkan bakat Anne layu begitu saja.
Apakah dia harus membuka salon kecantikan? Clarisse mengetuk-ngetuk pelipisnya mempertimbangkan hal itu dengan cermat.
"Apa yang Anda katakan Yang mulia?" seru Anne salah tingkah karena di puji oleh Clarisse.
"Saya hanya memoles anda sedikit. Pada dasarnya andalah yang sangat cantik hingga riasan sederhana saya saja membuatnya menjadi tampak hebat."
Kali ini giliran Clarisse yang tersipu. Ia berdeham menutupi rona merah samar yang menjalar di pipinya, "Ehm, sudahlah. Aku tidak ingin mendengar ocehanmu lagi. Ini sudah mulai senja, aku harus segera berangkat."
"Baik, Yang mulia. Saya akan mengambilkan sepatu anda."
Clarisse menganggukkan kepalanya menunggu Anne yang sedang mengambil sepatunya. Sekali lagi ia mematut dirinya di depan cermin sambil mengangguk-angukkan kepalanya. Ini benar-benar bagus. Ia berharap dengan memakai gaun ini, putri Adeline tidak akan mencari banyak masalah dengannya.
"Yang mulia, silakan!" kata Anne sambil mendorong sepasang sepatu berwarna putih ke arah Clarisse.
Clarisse memasukkan kakinya lalu berjalan dengan pelan. "Apakah anda yakin saya harus memakai ini?" ujar Clarisse tidak nyaman karena hak sepatunya yang tinggi membuat dia agak kesulitan untuk berjalan.
Anne menganggukkan kepalanya dengan tegas, "Harap bertahanlah Yang mulia! Tidak mungkin anda memakai sepatu yang lusuh itu ke pesta Putri Adeline."
"Bagaimana kamu tau yang ada di pikiranku?" tanya Clarisse membelalak kaget.
Anne memutar bola matanya jengah karena perkataan Clarisse, lalu dengan sinis menjawab, "Itu tertulis jelas di kening Yang mulia."
Refleks Clarisse mengusap keningnya dengan cepat yang membuat Anne tertawa cekikikan. Ia berdeham menetralkan emosinya lalu dengan serius berkata, "Ehm, sebaiknya anda segera berangkat sebelum pestanya segera dimulai."
Clarisse menganggukkan kepalanya lalu merapikan pakaiannya yang sedikit berantakan, "Aku akan pergi, Anne."
"Hati-hati Yang mulia. Jika putri Adeline terus menganggu anda, kabur saja dari pesta itu."
"Hahaha, baiklah. Aku akan menuruti saranmu." jawab Clarisse sambil tertawa kecil.
...----------------...
Manusia tak henti-hentinya berlalu lalang, mengenakan pakaian mewah dan gemerlap dari ujung kepala sampai ujung kaki. Raut wajah ceria tidak henti-hentinya lepas dari wajahnya menyaksikan kemeriahan pesta yang di selenggarakan oleh putri Kaisar. Hanya kalangan bangsawan muda yang bisa datang, karena kali ini putri Adeline hanya mengundang anak muda yang belum menikah, untuk menjalin persahabatan dengan sesama bangsawan.
Banyak yang berharap dengan menghadiri pesta ini, mereka akan mendapatkan koneksi dan banyak juga yang berharap kalau mereka akan mendapatkan posisi yang lebih tinggi. Hal itu jugalah yang membuat para bangsawan sangat tertarik untuk menghadiri pesta bangsawan kelas atas ataupun anggota kerajaan.
Dengan dalih berkenalan mereka bisa menjalin hubungan dengan keluarga kerajaan atau menikahi bangsawan yang lebih tinggi.
Clarisse mengepalkan tangannya lalu menarik nafas dalam-dalam. Ia berdiri di belakang yang lainnya, ikut mengantri untuk bisa masuk ke dalam ruangan. Dalam hatinya ia berdoa, semoga saja putri Adeline tidak melihat kehadiran dirinya supaya ia bisa bergerak leluasa di pesta ini.
"Apakah anda punya undangan?"
Clarisse menganggukkan kepalanya lalu menyerahkan undangan yang sedari tadi di pegangnya.
"Silahkan masuk!" ujar prajurit itu setelah memeriksa undangan Clarisse.
Clarisse menganggukkan kepalanya lalu berjalan dengan pelan menuju ballroom. Sepatu hak tinggi yang di kenakannya membuat ia harus ekstra hati-hati dalam melangkah. Banyak orang yang tidak di kenalnya dalam pesta Adeline yang langsung membuatnya merasa canggung. Ia berjalan menuju tempat sepi berharap bisa meminimalkan kehadirannya supaya tidak ada yang melihatnya.
Sayangnya hal itu tidak berlaku, karena penampilannya yang sangat cantik membuat orang langsung terpikat ke arahnya. Samar-samar ia bisa mendengar bisikan para tamu dan tatapan menyelidik orang-orang yang datang ke arahnya.
"Siapa dia? Apakah dia anggota kerajaan?"
"Rambutnya berwarna pirang platinum dan pastinya dia salah satu anggota kerajaan."
"Apakah dia kerabat jauh Kaisar."
"Tidak mungkin. Hanya keturunan murni yang bisa mewarisi warna rambut seperti itu, saya yakin dia adalah anak Kaisar."
"Apakah dia anak haram Kaisar?"
Ini benar-benar membuatnya risih. Sekuat tenaga Clarisse mengacuhkannya, tetapi pandangan orang-orang itu terus membuatnya tidak nyaman. Bagaimana ia bisa bertahan sampai tiga jam ke depan? Clarisse meragukan dirinya apakah dia bisa bertahan selama itu.
Disaat dia termenung memikirkan bagaimana bertahan hidup di pesta ini, ia melihat sosok familiar yang berjalan ke arahnya.
Sial. Kenapa dia datang kesini? Apakah dia sudah mengawasiku dari tadi? Karena itulah begitu aku datang, dia langsung menghampiriku.
"Saudari, apakah itu benar-benar anda?"
Clarisse memaksakan senyum palsu sambil menganggukkan kepalanya dengan pelan.
"Wow, anda benar-benar sangat cantik. Saya bahkan sampai tidak mengenali itu adalah anda."
Clarisse tetap tersenyum menanggapi pujian Adeline.
"Kapan anda datang? Kenapa anda tidak menghampiri saya terlebih dahulu? Saya bahkan berpikiran kalau anda tidak akan datang karena anda tidak kunjung membalas surat saya." ujar Adeline sambil tersenyum pahit.
Orang pasti menyangka dia telah melakukan kesalahan besar. Clarisse menahan untuk tidak mencibir sambil memaksakan senyum di wajah cantiknya.
"Apa yang anda katakan, saudari? Saya tidak membalas surat anda karena pelayan anda baru saja memberikannya tadi siang, jadi mana mungkin saya bisa membalas surat anda. Apakah anda tidak ingat?"
"Saya pikir dengan datangnya saya tiba-tiba ke pesta ini, anda akan sangat senang, tetapi tampaknya... anda tidak terlalu menyukai hal ini." ujar Clarisse sambil menundukkan kepalanya smabik tersenyum sedih.
Apakah kamu saja yang bisa berakting? Aku juga bisa. Lihatlah, aku akan membuat kamu terjerumus ke dalam lubang yang telah kamu gali sendiri, saudari.
"Tidak." sanggah Adeline dengan cepat. "Mana mungkin saya tidak menyukainya, saya malahan sangat bersemangat karena anda ke pesta saya."
"Baiklah, saya turut bahagia mendengarnya." balas Clarisse sambil tersenyum lebar.
Mulut Adeline berkedut, tetapi teringat dia akan memberi wanita ini pelajaran membuat suasana hatinya membaik kembali.
"Ayo saudari! Saya akan memperkenalkan anda kepada teman-teman saya."
Clarisse menganggukkan kepalanya mengikuti di belakang Anne.
"Perkenalan semuanya, wanita cantik yang berada di sampingku adalah adikku. Kelak jika ada yang menganggunya, sama saja kalian mengangguku."
Semua orang sontak menolehkan kepalanya secara bersamaan, melihat sorotan yang menjadi topik utama hari ini.