Karya terbaru dari Author "Berondong Bayaran CEO Cantik."
Ig : oh_ya_ra
tiktok : link di ig
Ananta Nayra Santoso, tiba-tiba mengandung anak dari sahabatnya sendiri yakni Sean Alejandro Blanco. Semua bermula ketika mereka pergi ke sebuah bar dan mabuk berat. Keduanya sama-sama tak sadar telah melakukan hal tersebut. Mendengar kabar kehamilan Nayra, orang tua mereka yang berselisih selama ini pun kembali cekcok. Nenek keduanya menginginkan mereka menikah, tetapi mereka berdua sudah memiliki kekasih masing-masing. Bagaimana kah kisah selanjutnya?. Ikuti saja cerita ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pratiwi Devyara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memeriksa
"Nay, Lo sama Sean tuh gimana sih?. Gue liat lo berdua udah bareng lagi sekarang.
Ochi teman sekampus Nayra bertanya, ketika mereka kuliah di hari Sabtu.
"Iya, waktu itu lo musuhan kan sama dia?" imbuh Milka.
"Ah, nggak koq."
Nayra berusaha menutupi apa yang sebenarnya terjadi.
"Lah tempo hari lo berdua kayak diem-dieman gitu." ujar Ochi.
"Iya." timpal Milka.
"Itu mah lagi biasalah, namanya juga berteman. Dia sibuk, gue juga sama. Jadi adalah ngambek-ngambek dikit."
Nayra memperpanjang kebohongannya.
"Tapi lo berdua tuh gemes banget tau nggak. Kenapa nggak pacaran aja sih?. Cocok tau, iya kan Mil?" Ochi meminta persetujuan Milka.
"Iya, muka kalian juga mirip." ujar gadis itu.
"Nggak mungkin lah gue pacaran sama dia, orang kita temenan dari kecil. Lagian dia punya cewek dan gue punya cowok." jawab Nayra.
"Tapi lo berdua koq bisa sih temenan nggak ada perasaan gitu?. Kalau gue udah ugal-ugalan pasti." ujar Milka.
"Iya, mana si Sean spek CEO novel online lagi. Impian banget anjir." Ochi menambahi.
Lalu Nayra pun tertawa.
"Dari cowok lo masih gantengan Sean tau, Nay. Kalau kata gue mah." lagi-lagi Milka nyeletuk dan Nayra jadi makin tertawa.
Tetapi dalam hatinya mengakui semua itu. Memang Sean terlihat lebih tampan dibanding Philo, meski ketampanan Philo juga tak bisa diremehkan.
"Sean tuh tipe-tipe yang kalau lagi live, penontonnya bisa hamil online tau nggak."
Ochi berkata lalu ia dan Milka sama-sama tertawa.
"Murah banget lu." celetuk Milka kemudian.
Nayra ikut mentertawakan hal tersebut, tetapi ia ingat di perutnya kini ada bayi Sean. Dia tidak hamil online melainkan hamil betulan.
"Gue kalau punya anak sama Sean, kira-kira bentukannya gimana ya?" Milka berandai-andai.
"Gue ke toilet dulu."
Nayra yang agak terganggu dengan candaan tersebut kini menuju ke toilet. Sesampainya disana, ia masuk ke dalam salah satu bilik lalu duduk diatas kloset yang bahkan tidak dibuka
Kebetulan toilet kampus mereka sangat bersih, seperti toilet-toilet yang berada di mall-mall besar.
"Gue kalau hamil anak Sean, kira-kira bentukannya gimana ya?"
Nayra mengingat kata-kata temanya itu, dan kini ia memegang perutnya sendiri. Di usap-usapnya bagian tersebut dengan pikiran yang terus melayang kesana-kemari.
Ia mulai bimbang soal menggugurkan anak itu. Tetapi disisi lain ia terdesak oleh ajakan Philo untuk bertunangan, dan juga rencana pernikahan Sean dan Felicia.
Seketika wajah Sean melintas dalam benak perempuan berusia 25 tahun tersebut. Ia mengingat bagaimana mereka bertemu pertama kali di sekolah SD.
Saat itu Sean merupakan siswa pindahan, dan ia adalah adik kelas Nayra. Mereka berkenalan saat Nayra diganggu oleh salah seorang anak nakal dan Sean datang untuk membelanya. Bahkan Sean berkelahi saat itu demi Nayra.
Sejak saat itulah mereka berteman, apalagi mengetahui jika mereka adalah tetangga depan rumah.
Meski ternyata ibu mereka saling mengenal sejak SMA dan bermusuhan tanpa diketahui sebabnya, namun hal tersebut tak menciutkan besarnya rasa persahabatan diantara mereka.
Sean dan Nayra terus tumbuh dengan dunia yang mereka bangun sendiri. Melihat Nayra akan segera lulus, Sean yang tak rela kehilangan belajar dengan ekstra sehingga ia bisa loncat kelas. Alhasil mereka menjadi satu angkatan di SMP.
Persahabatan mereka tak terpisahkan. Dimana ada Sean, disitu ada Nayra dan begitupula sebaliknya. Sampai kemudian mereka masuk SMA. Sean jatuh cinta pertama kali pada Felicia.
Selang Nayra jatuh cinta pada anak sekolah lain, yang mereka temui saat kedua sekolah tengah tawuran. Nayra hendak menarik Sean dari kerumunan, sebab temannya itu terluka.
Tetapi kemudian Nayra dilempari batu, sampai datang Philo untuk menolong. Ia lalu membawa Nayra dan Sean ketempat yang aman.
***
"Nay, ada klinik di daerah Bintaro. Katanya sih bisa, mau nggak?"'
Sean mengirim pesan singkat pada Nayra. Saat ini dirinya masih berada di toilet kampus. Nayra ragu dan tenggelam dalam diam. Namun tak lama kemudian ia pun menjawab.
"Mau."
"Ya udah tunggu, gue masih ada mata kuliah satu lagi." balas Sean.
"Iya." jawab Nayra.
Sejatinya ia juga masih ada kelas satu lagi. Dan ketika semuanya selesai, Nayra menemui Sean di halaman parkir kampus lalu masuk ke dalam mobil pemuda itu.
Tak lama kemudian mereka mulai bergerak, menuju ke klinik yang di rekomendasikan oleh Sean. Tetapi setibanya disana, mereka malah dihadapkan pada situasi yang serba salah.
Pasalnya dokter tersebut melakukan USG kepada bayi yang ada di dalam kandungan Nayra. Dan semua itu disaksikan langsung oleh Sean. Posisi pemuda itu kini ada di samping Nayra.
"Kalian yakin mau membuang anak kalian sendiri?. Ini bayi kalian loh."
Sang dokter memperlihatkan layar komputer dan terlihatlah sesuatu yang bergerak disana. Memang belum begitu jelas, tapi Nayra dan Sean dapat melihat adanya kehidupan yang mulai terbentuk.
Hati mereka pun seolah terpukul, dan irama jantung keduanya seperti tak menentu. Ada rasa haru, sedih tapi juga takut yang mereka rasakan.
Tanpa terasa air mata keduanya pun menetes. Dokter tersebut berhasil menyentuh relung hati mereka yang terdalam.
"Anak ini tidak salah apa-apa, mas, mbak." ujarnya.
"Saya bisa membantu, asalkan kalian pikirkan dulu masak-masak. Bicarakan dulu hal ini kepada orang tua kalian. Kalau memang sudah ada keputusan dan kalian memang sepakat, saya akan bantu nanti." lanjutnya lagi.
"Saya hanya menjaga agar kalian tidak gegabah dan menyesal di kemudian hari." ujarnya.
Nayra dan Sean pun akhirnya mengurungkan niat mereka. Kini keduanya tampak melangkah keluar dari ruangan dokter tersebut. Setibanya di halaman parkir, mereka sama-sama masuk dan terdiam di dalam mobil.
Nayra membuang tatapannya ke sisi jalan, sementara Sean menatap jauh ke depan. Hati mereka sama-sama terasa gundah.
"Kita jangan pulang dulu, aku belum siap untuk pura-pura baik-baik aja di rumah."
Nayra berujar ketika Sean akhirnya menghidupkan mesin mobil. Maka pemuda itu pun mengangguk. Lalu mereka menyusuri jalan demi jalan, hingga sampailah mereka ke pinggir sebuah pantai yang sepi.
Sean mengajak Nayra keluar dan berjalan-jalan di pinggir pantai tersebut. Sambil menikmati terpaan angin yang cukup kencang.
Tak lama Nayra mulai tampak kedinginan, lalu Sean melepas jaket dan memakaikannya pada perempuan itu. Mereka lalu duduk di pasir dan diam menatap ombak yang berkejar-kejaran.
"Nay."
"Hmm?"
"Kita lahirkan aja anak ini."
Sean melontarkan kata-kata yang membuat Nayra terhenyak lalu menoleh.
"Aku nggak berani untuk buang dia, dan kamu juga nggak kan?" tanya pemuda itu.
Nayra diam, lalu menjatuhkan pandangannya ke bawah.
"Please!. Aku nggak mau seumur hidupku nanti dihantui rasa bersalah."
Sean meletakkan tangan kanannya di perut Nayra. Tak lama Nayra pun merebahkan kepalanya ke dalam pelukan Sean, meski ia tak memberikan jawaban apa-apa.
***
mudah2an g terjadi perang bintang y....