Karena pengkhianatan suami dan adik tirinya, Lyara harus mati dengan menyedihkan di medan pertempuran melawan pasukan musuh. Akan tetapi, takdir tidak menerima kematiannya.
Di dunia modern, seorang gadis bernama Lyra tengah mengalami perundungan di sebuah ruang olahraga hingga harus menghembuskan napas terakhirnya.
Jeritan hatinya yang dipenuhi bara dendam, mengundang jiwa Lyara untuk menggantikannya. Lyra yang sudah disemayamkan dan hendak dikebumikan, terbangun dan mengejutkan semua orang.
Penglihatannya berputar, semua ingatan Lyra merangsek masuk memenuhi kepala Lyara. Ia kembali pingsan, dan bangkit sebagai manusia baru dengan jiwa baru yang lebih tangguh.
Namun, sayang, kondisi tubuh Lyra tak dapat mengembangkan bakat Lyara yang seorang jenderal perang. Pelan ia ketahui bahwa tubuh itu telah diracuni.
Bagaimana cara Lyara memperkuat tubuh Lyra yang lemah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
"Nira! Aku ingin berkeliling, kau bisa membawaku melihat-lihat sekitar mansion ini?" ujar Lyra, ia melihat bintang gemintang yang menari-nari di langit melalui jendela kamarnya.
Angin sepoi-sepoi menerbangkan tirai, menelusup dari pintu balkon yang terbuka. Kamar utama itu selalu sepi sejak dia menempatinya. Tak pernah ada kehangatan karena Xavier tak pernah berkunjung ke sana.
"Apa Nona sudah merasa baik-baik saja?" tanya Nira mendekat setelah menutup pintu balkon tersebut.
Lyra berpaling, tersenyum menatap pelayan kecilnya itu.
"Aku merasa sedikit lebih sehat. Tubuh ini harus terbiasa bergerak agar mendapatkan kembali kekuatannya. Aku ingin berjalan-jalan sebentar saja," jawab Lyra.
Nira menelisik dengan saksama wajah sang majikan. Tidak sepucat siang tadi, sedikit lebih sehat dari hari-hari sebelumnya.
"Baiklah. Saya temani Anda berkeliling," ucap Nira seraya mengambilkan mantel dari dalam lemari.
"Nira! Buang pakaian yang ada di dalam lemari. Aku ingin mengganti semua pakaian tak berguna itu. Besok kau bawa aku membelinya," titah Lyra saat melihat sederet pakaian seksi yang kekurangan bahan.
"Tapi, Nona, bukankah Anda sangat menyukai pakaian-pakaian ini? Anda selalu mengatakan tuan Xavier pasti menyukai pakaian seperti ini," beritahu Nira mengingatkan.
Lyra mendengus, menertawakan dirinya sendiri yang begitu bodoh.
Kau bodoh sekali, Lyra. Mempermalukan diri sendiri dengan pakaian seperti itu. Kau sangat berharga, tubuhmu ini begitu berharga. Hanya saja kau tidak menyadarinya.
"Apakah selama ini berhasil?" Lyra tersenyum getir, sungguh malang nasib pemilik tubuh itu.
Nira menggelengkan kepala dan akan mengemasi semuanya setelah pulang menemani sang majikan berjalan-jalan. Halaman belakang tujuan mereka, di mana kolam yang merenggut nyawa Lyra berada.
Lyra tersenyum, memandang langit yang ditaburi bintang malam itu. Taman bunga terlihat indah saat terkena cahaya sang rembulan. Hatinya merasa lega. Namun, tiba-tiba bayangan dirinya yang sekarat di medan perang, hadir di langit. Seolah-olah sedang mengingatkan bahwa dia tidak bisa bersantai. Tangannya mengepal kuat, dendam kesumat meminta dituntaskan.
Ia kembali berjalan diikuti Nira. "Nira, seperti apa dunia luar? Apa kau tidak berkeinginan untuk melihatnya?" tanya Nira yang berhenti di tepi kolam sambil memandang langit malam.
Ia menunduk, menatap air kolam yang beriak dengan tenang.
"Nona, kenapa berhenti di sini?" Nira panik.
"Tidak apa-apa."
Di sinilah Lyra mati meregang nyawa. Ada yang salah dengan tubuh ini.
"Kenapa Nona bertanya seperti itu?" Nira bertanya meski hatinya masih merasa cemas.
Benar, sudah sangat lama sekali Nona tidak pernah melihat dunia luar. Semenjak diserahkan kepada tuan Halon, Nona selalu berdiam di mansion ini.
Lyra tersenyum, kembali menatap rembulan yang terkadang bersembunyi di balik awan.
Mereka menyebut tabib dengan sebutan dokter, bukan?
"Nira, mmm ... apa kau tahu di mana kita bisa menemukan dokter hebat?" tanya Lyra kemudian melirik pelayan kecilnya yang berdiri sedikit di belakang.
"Seingat saya dokter itu sudah mengasingkan diri ke gunung, Nona. Dia tidak mau menerima pasien lagi," jawab Nira prihatin.
Lyra tersenyum dan berkata, "Tidak apa-apa. Kita akan pergi satu minggu lagi, persiapkan semuanya."
Keduanya kembali berjalan menyusuri tepian kolam.
"Jika kau tidak mencintainya, mengapa tidak menceraikannya saja? Lalu, kita bisa menikah."
Sebuah suara samar tertangkap telinga Lyra. Ia melirik ke arah kiri, kemudian tersenyum sinis. Myra dan Xavier sedang duduk mesra berdua di bawah taburan cahaya rembulan.
"Aku tidak bisa. Ayah tidak akan mengizinkannya."
Suara Xavier terdengar, tapi Lyra tidak tertarik sama sekali. Keduanya terus berjalan melintasi punggung sepasang kekasih yang sedang menikmati waktu itu.
"Nona!" lirih Nira, tapi Lyra tetap berjalan tanpa mempedulikan mereka.
Tidak biasanya Nona cuek seperti ini. Biasanya dia akan berlari mengganggu mereka.
Nira tersenyum, suatu perubahan besar terjadi pada majikannya.
"Nona, Anda ingin makan apa?" tanya Nira kemudian.
"Sebaiknya kita membuat sendiri makanan kita, Nira," ucap Lyra sambil tersenyum.
Suara itu mengusik ketenangan Xavier, dia menoleh ke belakang dan menemukan pemandangan yang tak kalah indah. Seorang gadis yang berjalan di bawah cahaya bulan dengan rambut tergerai panjang, meliuk-liuk tertiup angin malam, tubuh dibalut mantel bulu berwarna putih yang menjuntai hingga menutupi betis.
Kenapa dia terlihat berbeda sekali? Bukankah seharusnya dia mendatangi kami? Hah, mungkin ini trik barunya untuk memikat perhatianku. Cih!
lyra dan lyrana bkn org yg berda, mereka satu jiwa.