Anna diperkosa Dean Monteiro yang menginap di hotel karena mabuk. Anna ancam akan penjarakan Dean. Orang tua Dean memohon agar putranya diberi kesempatan untuk bertanggung jawab. Akhirnya Anna bersedia menikah dengan Dean, tapi Dean berniat ceraikan Anna demi menikahi kekasihnya, Veronica.
Anna terlanjur hamil. Perceraian ditunda hingga Anna melahirkan. Anna yang tidak rela Dean menikah dengan Veronica memutuskan untuk pergi. Merelakan bayinya diasuh oleh Dean karena Anna tidak sanggup membiayai hidup bayinya.
Veronica, menolak mengurus bayi itu. Dean menawarkan Anna pekerjaan sebagai pengasuh bayi sekaligus pembantu. Anna akhirnya menerima tawaran itu dengan bayaran yang tinggi.
Dean pun menikahi Veronica. Benih cinta yang tumbuh di hati Anna membuat Anna harus merasakan derita cinta sepihak. Anna tak sanggup lagi dan memutuskan pergi membawa anaknya setelah mendapat cukup uang. Dean kembali halangi Anna. Kali ini demi Dean yang kini tidak sanggup kehilangan Anna dan putranya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alitha Fransisca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 ~ Kesucian yang Terenggut ~
Pagi itu, Anna kembali menjalani rutinitasnya. Sementara Cindy dan Desi hingga kini masih belum muncul juga. Anna menanti kedatangan mereka dengan sedikit rasa cemas. Merasa khawatir dengan karakter kedua gadis room attendant itu yang masih suka bermain-main. Terkesan kurang disiplin meski selama ini belum pernah terkena sanksi.
Begitu tiba mereka langsung bergegas menyiapkan diri sesuai dengan prosedur. Anna menatap keduanya yang seperti sedang berdebat. Keduanya seperti saling menyalahkan. Anna jadi tak tahan melihat tingkah mereka.
"Makanya Kakak bilang jangan begadang. Kalian malah bandel, sekarang hampir aja kalian telat," ucap Anna menasehati Desi dan Cindy.
"Kalau masalah begadangnya sih aman Kak. Kami bisa bangun pagi tapi perutku ini yang melilit, kebanyakan makan cemilan pedas sih," ucap Cindy sambil meringis menahan mulas.
"Tapi kita dapat tugas berdua lho, Cin," ucap Anna khawatir.
"Hehe, ya Kak, Kak Anna duluan yaa, nanti aku nyusul. Perutku masih belum stabil Kak, takutnya malah merepotkan nanti," ungkap Cindy sambil tersenyum memohon.
"Ya udah, kalau gitu Kakak duluan. Minum obat kalau tidak kunjung membaik," ucap Anna.
Cindy mengangguk sambil tersenyum. Desy telah lebih dulu jalan dan Anna pun melangkah melanjutkan tugasnya. Hari ini Anna dan Cindy bertugas bersama membersihkan kamar kelas presidential suite. Kamar paling mewah di hotel kelas atas itu.
Begitu tiba di depan pintu, Anna mengamati bel digital pintu kamar hotel itu. Panel pintu itu tidak memaksa sign DND atau do not disturb yang menunjukan kalau penyewa tidak ingin diganggu. Jika Anna menjumpai DND, Anna harus mencatat nomor kamar yang diberi tanda pada door lock itu lalu melaporkannya pada supervisor.
Setelah mendapat instruksi dari supervisor barulah seorang room attendant membersihkan kamar tersebut. Anna yakin tidak melihat sign DND atau do not disturb. Artinya tamu mengizinkan Anna melaksanakan tanggung jawabnya untuk bersih-bersih kamar. Dengan master key yang telah dikantonginya, Anna siap masuk ke dalam kamar super mewah itu.
Namun, Anna tercengang melihat apa yang ada dihadapannya. Melihat ke sekeliling kamar, Anna seperti berada di tengah perang dunia kedua. Semua berantakan. Barang-barang bertebaran di mana-mana. Ranjang kehilangan bantal dan gulingnya. Sprei terbang entah ke mana. Anna berkacak pinggang tanpa sadar sambil menghembuskan napas.
Baru kali ini Anna melihat ruangan yang lebih mirip kandang dari pada kamar hotel. Anna kembali menghembuskan napas panjang. Melihat tugasnya yang begitu banyak, Anna menguatkan hati. Memberi semangat untuk dirinya sendiri. Anna pun bergegas mengerjakan semuanya.
Aku yakin penyewa kamar ini sengaja keluar karena malu bikin kamar begitu porak-poranda. Awas aja kalau nggak kasih tips yang banyak untukku, batin Anna.
Sebenarnya Anna tak pernah berharap mendapatkan tips dari tamu hotel. Tamu yang pengertian memang sering meninggalkan tips untuknya. Namun, tidak mendapatkan tips pun tidak apa-apa. Karena bagi Anna, yang dikerjakan memang tugasnya dan dia digaji untuk itu.
Namun, membayangkan beratnya pekerjaan kali ini membuat Anna justru berharap mendapatkan tips dari tamu tak punya hati nurani itu. Melihat banyaknya tugas yang harus dikerjakannya saja, belum apa-apa tubuh Anna sudah terasa letih. Meskipun begitu, akhirnya Anna tetap melaksanakan tugasnya. Merapikan tempat tidur, mengganti seprai, sedot karpet. Membersihkan meja yang penuh dengan sampah dan sisa makanan.
Kenapa room service belum bereskan peralatan makan ini? Tanya Anna dalam hati.
Anna heran tetapi akhirnya tak menggubris semua itu. Anna hanya segera ingin menyelesaikan tugasnya. Perlahan akhirnya kapal pecah itu berubah menjadi kamar yang nyaman kembali. Anna merasa ini adalah tugas terberatnya selama bekerja di hotel itu.
Saking letihnya, Anna bahkan rebah di ranjang yang baru saja dirapikan. Anna meluruskan punggungnya yang terasa pegal. Begitu nyaman hingga hampir saja Anna tertidur. Saat sadar, Anna segera merapikan kembali ranjang yang telah ditidurinya.
Ini gila, ya ampun. Bagaimana kalau tadi aku tertidur lalu tamunya datang. Ih bahaya! Bahaya! Bahaya! aku bisa dipecat, batin Anna segera melanjutkan pekerjaannya yang tersisa.
Mengambil handuk bersih dan tisu baru di trolley untuk ditaruh di kamar mandi. Anna membawanya dengan tergesa-gesa kemudian masuk ke dalam kamar mandi. Langkah Anna terhenti. Matanya terbelalak dan mulutnya menganga. Anna bahkan menjatuhkan tisu toilet itu karena kaget.
"Ma–maaf Tuan," ucap Anna yang tak menyangka di dalam jacuzzi whirlpool bath itu berendam seorang pria yang langsung menatapnya dengan tatapan nanar.
"Vero?"
"Bukan! Bukan! Maaf Tuan," ucap Anna segera mundur dan menutup pintu kamar mandi itu.
Gadis itu menaruh kembali handuk dan tisu yang tadi dipeluknya ke dalam trolley. Anna bergegas ingin meninggalkan kamar itu. Baru saja hendak mendorong trolley-nya menuju pintu, Anna merasakan tubuhnya ditarik kembali. Anna bahkan terhempas ke atas ranjang.
"Vero jangan pergi! Tetaplah di sini bersamaku," ucap laki-laki itu dan langsung menyumpal mulut Anna dengan mulutnya.
Anna menjerit, meronta karena perlakuan tak pantas itu. Namun, sekuat apapun dirinya melawan. Sekuat apapun mendorong tetap saja Anna tak mampu mengalahkan tubuh tegap atletis itu. Anna menangis, memohon, mendorong sekuat-kuatnya tapi tetap saja tak menghentikan perbuatan laki-laki itu. Sekeras apa pun jeritannya tetap mampu diredam oleh bibir laki-laki bertubuh kekar itu.
Air mata Anna mengalir. Gadis itu terguncang saat merasakan dirinya telah dinodai oleh laki-laki yang bahkan memanggilnya dengan nama wanita lain. Tubuhnya yang lelah bekerja semakin tak mampu melawan hasrat kuat laki-laki itu. Hasrat yang seperti tidak tertahankan lagi. Hingga akhirnya laki-laki itu terkulai lemas setelah mendapatkan apa yang diinginkannya.
Semua telah terjadi. Anna yang masih sadar, perlahan bergeser menjauh dari tubuh laki-laki yang tertidur pulas tanpa sehelai benang pun menutupi tubuhnya. Anna menutupi tubuh itu sambil memalingkan wajahnya. Menangis terisak seorang diri, teringat apa yang baru saja terjadi. Dalam sekejap kehormatan yang dijaganya sekuat tenaga itu kini telah terkoyak.
Dengan sisa tenaganya, Anna turun dari ranjang. Merapikan seragam kerjanya yang telah terkoyak karena beberapa kancing yang telah terlepas. Anna menatap noda merah yang terlihat jelas di seprai putih yang baru saja diganti itu dengan hati pedih.
Tanpa sadar Anna meraih pisau makan di atas meja yang baru saja dirapikan. Dengan sebelah tangannya yang menggenggam seragam dan sebelah tangannya menggenggam pisau, Anna menatap tajam laki-laki yang tertidur lelap di ranjang itu.
"Apa yang kamu lakukan!" teriak wanita paruh baya yang tiba-tiba muncul dalam kamar sambil melangkah dengan tergesa-gesa.
Anna terkejut, pisau di tangannya jatuh menimpa piring yang telah tersusun. Mengeluarkan suara yang begitu keras hingga membangunkan laki-laki yang tertidur itu. Sontak terduduk lalu menatap sekelilingnya.
Plak! Bunyi tamparan melayang ke pipi Anna. Rasa panas segera menjalar hingga ke seluruh wajahnya. Anna menatap wanita kelas atas itu dengan tatapan nanar.
"Apa yang kamu lakukan di sini perempuan murahan! Beraninya kamu menggoda putraku. Keluar kamu dari di sini!" bentak wanita paruh baya itu.
"Aku bukan perempuan murahan, Nyonya. Aku tidak menggoda. Aku tidak menyerahkan diri. Aku diperkosa!" seru Anna. Lagi-lagi Anna mendapat tamparan karena seruannya itu.
"Beraninya kamu memfitnah putraku?"
"Cukup!" tegas laki-laki paruh baya yang datang bersama wanita kelas atas itu.
"Aku tidak berbohong, Tuan. Aku diperkosa. Aku akan menuntut tanggung jawab dari …."
"Apa?" tanya laki-laki pemerkosa itu. Langsung turun dari ranjang dengan kain putih yang melilit di pinggangnya.
"Aku akan laporkan perbuatanmu. Aku akan menuntut tanggung jawabmu. Kamu akan dipenjara!" jerit Anna.
Mendengar ucapan Anna, bola mata wanita kelas atas itu langsung terbelalak. Dengan kesal langsung mendorong tubuh Anna hingga jatuh ke lantai. “Berani sekali perempuan murahan seperti kamu menghardik anakku!”
Anna terduduk. Air matanya mengalir perlahan. Tubuh dan hatinya terasa begitu sakit dan lelah.
Apalah daya Anna di tengah orang-orang yang berkuasa. Wanita kelas atas itu jelas bukanlah orang sembarangan. Pria yang telah menodainya menginap di kamar paling mewah di hotel itu. Anna sadar usahanya menuntut keadilan akan sia-sia.
Perlahan gadis itu bangkit dengan isak tangis yang terdengar pilu. Anna melangkah tertatih menuju pintu. Meninggalkan orang-orang yang bertindak semena-mena terhadapnya.
"Nikahi dia! Dean … kamu harus bertanggung jawab terhadapnya!" ucap laki-laki separuh baya itu setelah diam saja mendengar cacian wanita yang merupakan istrinya itu.
Penuh wibawa. Pelan tetapi tegas. Namun, membuat semua orang di ruangan itu langsung terperangah. Suka tidak suka. Setuju tidak setuju. Ucapan pria paruh baya itu harus dilaksanakan karena itu adalah titah yang tidak bisa dibantah.
...🍀🍀🍀 ~ Bersambung ~ 🍀🍀🍀...