Malam sial itu membuat Ruby harus kehilangan mahkotanya demi menggantikan seorang wanita yang diincar seorang mafia yang harus menyalurkan syahwatnya karena dijebak oleh saingan bisnisnya.
"Tuan. Tolong...! jangan lakukan itu...!" Ruby mendorong pria tampan yang dikenal sebagai mafia bringas.
"Aku sudah membayarmu maka, layani aku...! " Ujar Sean menyeringai licik.
Sean mengira Ruby adalah wanita penghibur namun ternyata Ruby adalah gadis baik-baik yang masih suci. Ia yang ingin kembali ke negaranya ternyata harus menjadi korban salah tangkap oleh anak buahnya mafia.
"Bagaimana kelanjutan kisah antara Ruby dan Sean sang mafia?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. Menemuinya
Iklan yang disebarkan oleh Sarah berhasil menarik sejumlah ibu-ibu yang sedang menyusui mau menjadi ibu susu untuk putrinya. Namun setiap kali diantara mereka mencoba untuk menyusui baby Jasmine yang sudah berganti nama baby Oliver tidak bisa membuat baby Oliver merasa nyaman.
Ia menangis dan terus menangis membuat Sarah dan Sean menjadi kasihan pada bayi malang itu. Ini sudah berlangsung tiga hari dan baby Oliver akhirnya jatuh sakit.
Melihat keadaan putrinya, Sean akhirnya menghentikan sayembara itu. Ia tidak mau membuat putrinya setres karena tidak nyaman dengan para ibu yang datang menyusuinya secara bergantian.
"Sudahlah. Hentikan semua ini...! Tutup iklan itu dan sekarang kalian bisa tinggal di rumahku. Oh iya, aku lupa. Bukan kalian, tapi cukup bayiku saja yang akan tinggal bersamaku," ucap Sean tegas.
"Tapi, dia putriku juga. Aku tidak mau berjauhan dengan bayiku," ucap Sarah penuh drama dengan air mata buaya nya untuk mendapatkan perhatian Sean.
"Baiklah. Tapi kamu harus ingat satu hal. Bukankah kita punya kesepakatan awal yaitu, jika kamu melahirkan bayi itu dan itu adalah anak kandungku maka kau harus pergi dari hidup kami karena aku hanya menginginkan bayiku bukan dirimu.
Namun, jika kamu menolaknya, maka kamu boleh membawa bayi ini pergi bersamamu dan jangan coba-coba menuntut hakmu atau hak anak ini dari diriku karena aku tidak ingin direpotkan akan hal itu. Bagaimana Sarah?" tanya Sean dengan tatapan sinisnya.
Untuk sesaat, Sarah terlihat syok. Ia tidak menyangka jika Sean membuktikan perjanjiannya diantara mereka.
"Sial....! Aku tidak mungkin membawa bayi ini bersamaku karena dia hanya anak angkat bagiku. Lain halnya kalau dia adalah putri kandungku, maka bagaimanapun juga aku akan merawat putriku sendiri tanpa harus melibatkan bajingan sialan ini," geram Sarah membatin.
"Begini saja Sean. Beri aku kesempatan untuk mendampingi bayiku selama enam bulan saja. Setelah itu aku akan meninggalkan dia denganmu.
Bukankah kamu nanti pastinya sangat sibuk dengan urusan pekerjaanmu? bagaimana mungkin kamu akan menyerahkan bayimu pada para pelayan atau baby sitter mu saat kamu jauh dari bayi kita?" ucap Sarah masih berharap Sean akan berubah pikiran sejalannya waktu untuk mencintainya.
Untuk sesaat Sean merenungi perkataan Sarah dan ia pun akhirnya menyetujui karena Sarah adalah ibu kandung bayinya. Bagaimanapun juga seorang anak butuh kasih sayang dari kedua orangtuanya yang tinggal seatap.
"Tuan. Nona kecil...!" ucap sang maid gugup yang saat ini sedang menggendong baby Oliver.
"Kenapa Nanny? Ada apa dengan bayiku?" tanya Sean seraya menghampiri maid tersebut.
"Nona kecil demam tuan," gugup Nanny.
Sean mengusap dahi dan pipi bayinya. Ia mengambil bayinya dari gendongan sang maid.
"Aku akan membawa Oliver ke rumah sakit. Kamu bisa menyusul kami dengan membawa baju Oliver," ucap Sean segera menuju ke mobilnya di mana Dick juga menunggunya di lobby apartemen yang ditempati Sarah.
Mobil hitam itu bergerak cepat menuju rumah sakit terdekat. Wajah bayi malang itu terlihat sangat pucat. Dada Sean makin terasa sesak. Ia tidak tahu harus berbuat apa sekarang kecuali menangis sambil membenamkan ciumannya pada kening dan pipi sang bayi.
"Hai cantiknya Daddy...! Daddy yakin kamu gadis kecil Daddy yang paling kuat. Tolong bertahan untuk Daddy. Daddy akan melakukan apapun untukmu asalkan kamu hidup untuk menjadikan Daddy seorang Daddy yang baik untukmu," ucap Sean dengan pipi bercucuran air mata.
Ini adalah kali ke duanya Dick melihat Sean menangis. Pertama kehilangan Rubby dan sekarang untuk bayinya. Benar-benar luar biasa. Cinta hadir untuk mengubah tabiat manusia batu seperti Sean bisa menjadi sensitif.
Sean menemani bayinya diperiksa oleh dokter. Sean menjelaskan apa yang terjadi pada bayinya yang bergantung pada ASI ibunya sendiri dan menolak asi ibu lain apalagi susu formula. Dokter menyimak dengan baik penuturan Sean. Dokter Wina menarik nafas berat. Ia akhirnya berkomentar tentang apa yang dialami oleh baby Oliver.
"Coba lagi mencari ibu yang bisa menyusui bayimu tuan dan tentunya dalam pengawasan kami agar ibu susu dan bayimu memiliki ikatan emosional dengan begitu bayimu bisa meminum ASI dari ibu susunya itu tanpa ada kendala," ucap dokter Wina membuat Sean hanya mendengus kesal.
"Apakah tidak ada cara lain, dokter? Aku masih trauma dengan penolakan bayiku. Mendengarnya menangis berontak membuat hatiku terasa nyeri."
"Itu adalah cara yang terbaik agar putrimu mendapatkan asupan ASI karena dia sudah mendapatkan ASI dari awal ia lahir. Apa salahnya kita mencoba dan harus yakin dengan usaha kita kali ini," pinta dokter membuat Sean menatap wajah cantik bayi yang terlihat sangat pucat bahkan bibirnya mulai membiru karena dehidrasi. Hanya cairan infus yang membantunya bertahan.
"Sabar ya nak...! Semoga ada wanita baik yang sehati denganmu untuk menyusuimu. Daddy mau cari dulu wanita itu untukmu." Sean membenamkan ciumannya pada kening bayinya lalu pamit pada dokter Wina.
Dick menyambutnya di luar sana dan menanyakan apa yang terjadi pada bayinya Sean. Sean menjelaskan perkataan dokter tadi.
"Kira-kira adakah wanita yang kita kenal sedang menyusui bayinya, master?" tanya Dick memikirkan beberapa karyawan mereka yang mungkin saat ini sedang cuti melahirkan. Begitu juga dengan Sean.
Sean langsung teringat pada gadis bercadar karyawan mitra bisnisnya yaitu nyonya Broke. Sean tersenyum mengingat pertemuannya dengan wanita bercadar beberapa bulan lalu.
"Dick. Aku sudah menemukan orangnya. Tolong tunggu di sini untuk menemani putriku. Jangan biarkan Sarah mendekatinya...!" Sean langsung berlari meninggalkan rumah sakit itu setelah menyambar kunci mobil dari Dick.
Sean menghubungi nyonya Broke untuk mendapatkan alamat tinggal Rubby." Hallo nyonya Broke...!"
"Hallo...tuan Sean...! Ada yang bisa saya bantu?" tanya nyonya Broke.
"Iya. Saya sangat butuh bantuan anda dan ini sangat krusial."
"Ada apa?"
"Begini. Saya pernah melihat karyawanmu yang berpakaian aneh dengan mengenakan cadar. Bukankah dia sedang hamil? Apa mungkin sudah melahirkan?" tanya Sean.
"Maksud anda itu adalah nona Rubby?"
"Iya benar sekali."
"Dia sedang cuti melahirkan saat ini. Dia baru melahirkan di Minggu lalu. Ada keperluan apa ya tuan kalau boleh saya tahu?"
"Apakah anda bisa memberikan alamatnya pada saya. Nanti saja saya ceritakan. Tolong kirim alamatnya pada saya nyonya Broke...!" pinta Sean sedikit memelas.
"Baiklah. Saya akan mengirim alamatnya ke ponsel anda. Tunggu sebentar karena saya harus cari alamatnya di berkas pribadinya," ucap nyonya Broke.
"Terimakasih nyonya. Saya tidak akan melupakan kebaikan anda yang satu ini." Sean menunggu sebentar chating dari nyonya Broke. Setelah mendapatkannya, Sean langsung menancap gas menuju ke apartemennya Rubby.
Setibanya di unit apartemennya Rubby dan Nicole, Sean memencet bel berkali-kali. Wajahnya terlihat sangat tegang dengan pompaan jantung seakan mau meledak saat ini.
Mendengar bel pintu berbunyi, Rubby yang saat ini sedang duduk termenung sambil menangis mengenang putrinya harus bangkit dari duduknya untuk melihat siapa yang datang. Rubby melihat monitor cctv di depan pintu.
Matanya langsung membeliak saat melihat siapa yang berdiri dibalik pintu saat ini.
"Dia....? Mau apa dia kemari? Apakah dia sudah tahu kalau aku adalah wanita yang pernah ia perkosa sampai hamil?" geram Rubby dan memilih untuk tidak membukakan pintu.
Sean tetap menunggu dengan sabar dan sesekali memencet bel pintu itu. Lagi-lagi Rubby tidak mau membukanya. Ia berharap Sean bosan menunggu lalu meninggalkan unit apartemennya.
"Mungkin saja wanita itu pergi. Sebaiknya aku menunggunya di sini..Aku harus bertemu dengannya. Jika melalui telepon, itu sangat tidak etis," ucap Sean. Ia lalu duduk di depan pintu itu dengan kaki tertekuk.
Tidak lama kemudian datanglah si Nicole yang baru pulang kerja karena saat ini sudah pukul delapan malam. Nicole menghentikan langkahnya sambil meneliti orang sedang duduk di pintu itu dengan wajah tertunduk sambil memeluk kedua kakinya.
"Selamat malam tuan...!" sapa Nicole santun dan Sean mengangkat wajahnya melihat wajah sahabatnya Rubby.
Nicole terlihat syok saat melihat wajah tampan yang menjadi idola sejuta wanita yang rela menjadi simpanan pria ini.
"Oh maaf...! Bukankah anda sahabatnya nona Rubby?" tanya Sean.
"Benar." Nicole mendengar alasan Sean mendatangi unit apartemennya.
Sean lalu menceritakan keperluannya pada Nicole yang tidak menyangka bahwa Sean sudah memiliki istri dan sekarang sedang membutuhkan Rubby sebagai ibu susu untuk bayinya.
"Kenapa tidak menyembunyikan bel lagi?
"Baiklah. Silahkan masuk, tuan Sean. Mungkin saat ini sahabatku lagi tidak ingin diganggu karena kehilangan putrinya," ucap Nicole membuat Sean mengerutkan keningnya sambil mengikuti langkah Nicole.
Sementara itu Rubby sudah kabur ke dalam kamar dan pura-pura tidur saat Nicole membawa masuk Sean.
"Ya Allah. Kenapa Nicole malah menyuruhnya masuk. Aduh. Bagaimana ini?" geram Rubby.
Rasanya masih pengin 😭😭😭
Rubby selalu saja hidup mu dalam bahaya semoga kamu baik' saja iya Rubby