Bratt Wilson, pria berdarah Inggris-Indonesia yang sudah menginjak usia 35 th. Diusianya yang sudah matang, Bratt memilih untuk tidak menikah. Karena trauma melihat kehancuran rumah tangga orangtuanya, membuat Bratt menganggap pernikahan hanya lah tempat untuk menambah masalah hidup.
Meski tidak menikah, Bratt masih bisa menyalurkan hasratnya dengan memakai jasa wanita bayaran.
Hingga akhirnya Bratt bertemu dengan Alea Andara. Rasa ingin memiliki Alea sangat lah besar meski Bratt tahu kalau Alea sudah memiliki suami.
Apakah rasa ingin memiliki itu hanyalah sekedar obsesi Bratt atau karena memang Bratt telah jatuh cinta pada Alea?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Nath, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 : Modus Bratt
Saat Alea sedang presentasi, mata Bratt bukan mengarah pada tablet yang Alea pengang, melainkan Bratt terus memandangi Alea.
Merasa jarak diantara mereka cukup jauh, Bratt pun menarik tangan Alea.
"Sini lebih dekat, saya tidak terlalu jelas melihat." Ucap Bratt.
Jantung Alea berdebar semakin kencang karena sekarang dirinya dan sang Boss tidak memiliki jarak.
"Lanjutkan." Perintah Bratt karena Alea menjeda presentase-nya.
Dengan jantung yang berdebar sangat kencang dan tangan yang gemetaran karena gugup, Alea pun melanjutkan presentasi-nya.
Sedangkan Bratt, sekalipun matanya sekarang mengarah di layar tablet yang Alea pegang, tapi hidungnya mencium aroma rambut Alea sambil pikirannya memunculkan fantasi liar bersama Alea.
*
*
*
Setelah kurang lebih dua puluh menit, Alea pun selesai memberikan presentasi.
"Apa ada yang ingin Anda tanyakan Tuan Bratt?" Tanya Alea. Perlahan Alea menjauhkan duduknya dari Bratt.
Mendengar suara Alea, fantasi liar Bratt pun buyar seketika.
"Hmm.. tidak ada." Balas Bratt. Bagaimana mau bertanya kalau Bratt sejak tadi sama sekali tidak mendengar apa yang Alea bicarakan.
Alea diam. Ia tak tahu apalagi yang harus ia bicarakan dengan Bratt, dia pun menunggu sampai Bratt yang mengatakan sesuatu atau menanyakan sesuatu padanya.
Ruangan pun hening sejenak.
"Oh iya dari CV mu yang saya baca, kau telah menikah. Sudah berapa lama kau menikah?" Tanya Bratt memecahkan keheningan ruangan itu.
"Tiga bulan lagi kami anniversary yang ke dua, Tuan." Jawab Alea.
"Mmm.. masih baru yah. Apa kalian sudah memiliki anak? Maaf, saya tidak melihat keterangan tentang anak." Tanya Bratt lagi.
Alea menggelengkan kepalanya sambil menggigit bibir bawahnya.
Melihat Alea menggigit bibir bawahnya, Bratt semakin kehilangan akal. Hasrat Bratt ingin menerkam Alea meronta-ronta. Obsesinya untuk bercinta dengan Alea semakin merajalela.
Tapi Bratt tidak boleh gegabah seperti saat dirinya mendekati Malika. Kali ini ia ingin membuat Alea lah yang menjatuhkan dirinya dalam pelukan Bratt.
Bratt mengusap wajahnya kasar karena harus menahan hasratnya pada Alea.
"Tuan baik-baik saja?" Tanya Alea saat melihat wajah Bratt yang sudah memerah.
Bratt menarik nafasnya dalam-dalam.
"Ya, aku baik-baik saja." Jawab Bratt dengan nafas yang berat.
Merasa Boss-nya itu sedang berbohong, Alea kembali mendekatkan dirinya pada Bratt lalu meletakkan punggung tangannya ke kening Bratt.
Mata Bratt membulat, sentuhan Alea makin membuatnya hilang kewarasan.
"Apa yang kau lakukan!" Tanya Bratt dengan nada sedikit meninggi. Suara Bratt yang meninggi itu membuat Ayla berpikir kalau Bratt sedang membentaknya karena dirinya telah lancang menyentuh kening Bratt.
"Ma-maaf Tuan, sa-saya hanya ingin memeriksa suhu tubuh Anda saja. Sa-saya tidak bermaksud lancang." Jawab Alea dengan suara yang bergetar ketakutan. Alea pun menundukkan wajahnya merasa bersalah.
Tahu Alea sedang ketakutan, Bratt menaikkan dagu Alea hingga bola mata mereka saling bertatapan.
Tak ada kata yang Bratt ucapkan pada Alea, ia hanya menatap bola mata Alea yang hitam kecoklatan itu untuk beberapa detik, lalu matanya turun memandang bibir Alea yang menurut Bratt sangat seksi.
Sadar tidak sadar Bratt mendekatkan wajahnya mendekati bibir itu. Seperti sedang terhipnotis, mulai dari Bratt menaikkan dagunya, hingga sekarang Bratt sedang mendekatkan wajahnya pada wajah Alea, Alea hanya diam mematung.
Sampai saat bibir Bratt sedikit lagi menyentuh bibirnya, barulah Alea tersadar.
Refleks Alea mendorong tubuh Bratt agar menjauh darinya.
"Maaf Tuan, kalau kira-kira tidak ada lagi yang harus dibicarakan, saya permisi kembali keruangan saya." Ucap Alea sambil berdiri dari tempat duduknya lalu keluar dari dalam ruang kerja Bratt.
"Shiiit!!!!" Umpat Bratt kesal. Bratt bukan mengumpat Alea, melainkan mengumpat dirinya sendiri karena tidak bisa menahan hasratnya.
*
*
*
Bersambung...