"paman jelas-jelas kamu juga mencintai aku akan tetapi kenapa kamu tidak mau mengakuinya"
Alena jatuh cinta kepada paman angkatnya sejak dia masih kecil, akan tetapi paman selalu menganggap dia seorang gadis kecil yang sangat imut, apakah si dokter jenius itu akan tergerak hatinya untuk menerima Alena, ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AMIRA ARSHYLA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 10
Tiba-tiba saja pintu ruangan itu terbuka lebar.
"Alena...!"terdengar suara yang sangat keras dari arah belakang Alena.
Alena dan geri terkejut dan langsung menoleh ke arah suara tersebut.
"Alena, ayo cepat pulang denganku...!"ujar Narendra sambil menatap tajam ke arah mereka berdua.
"tidak paman, aku harus tetap berada di sini untuk menjaga Geri."ujar Alena sambil menggenggam tangan Geri.
"Alena, ada beberapa hal yang tidak kamu ketahui, pulanglah bersama denganku sekarang ya."ujar Narendra.
Alena menggelengkan kepalanya.
"jika ada Maslah katakan saja di sini paman, Geri adalah pacarku, dan dia juga calon suamiku, aku harus terus menjaganya."ujar Alena sambil menundukkan kepalanya.
"Alena, bocah br3ngs3k itu tidak pantas untukmu...!"ujar Narendra dengan intonasi suara yang keras.
"tapi paman kamu juga tidak boleh memukul dia...!"ujar Alena sambil menatap wajah Narendra.
"aku memukuli dia karena memang dia pantas untuk di pukul..! kemarin dia masih bilang jika dia benar-benar serius kepadamu dan dia juga ingin menikah denganmu, akan tetapi hari ini dia malah menyatakan cinta kepada gadis lain...!"ujar Narendra sambil menatap tajam ke arah Geri.
"meski pun dia benar-benar salah, paman juga tidak boleh memukuli dia."ujar Alena.
Narendra kemudian menggelengkan kepalanya.
"anak ini benar-benar ya."ujar Narendra terkejut mendengar ucapan Alena tersebut.
"hei...Alena, sadarlah dia sekarang sedang menipumu...!"ujar Narendra dengan intonasi suara yang sangat keras.
"paman, aku tidak punya apa-apa, untuk apa Geri menipu aku."ujar Alena sambil meneteskan air matanya.
Geri kemudian menatap wajah Alena, dan mengusap pundaknya.
"Alena, pokoknya sekarang kamu harus ikut aku pulang dulu, kamu Jagan berhubungan lagi dengan pria br3ngs3k ini..!"ujar Narendra sambil menarik tangan Alena.
Alena kemudian langsung menepis tangan Narendra dari lengannya.
"paman, tolong Jagan perduli denganku lagi...! Jika kamu tidak bisa membalas perasaanku maka kamu Jagan pernah perduli denganku lagi dan Jagan sok-sok bersikap baik kepadaku...!"ujar Alena sambil meneteskan air matanya.
"jika paman terus bersikap seperti itu, maka aku bisa salah paham..! salah paham...! apakah paman berpikir jika paman sedang menjagaku...? Ini namanya bukan menjaga tapi lebih ke menyakiti...!"ujar Alena berteriak keras.
"paman apakah kamu tahu, setiap kali aku bertekad untuk melepaskan dirimu, kamu selalu datang dan memberikan aku sebuah harapan, dan membuat aku berharap kepadamu lagi, paman kebaikan yang kamu berikan bagaikan racun di hatiku...!"ujar Alena sambil menatap tajam ke arah Narendra.
"racun...!"ujar Narendra.
"sudahlah Alena, tenangkan dirimu."ujar Geri sambil mengusap bahu Alena.
Alena kemudian menangis di hadapan Geri.
"Alena, maafkan aku...!"ujar Narendra pelan.
Alena kemudian memeluk Geri sambil menangis keras.
Huaaaa...!
Huaaa...!
Terlihat bahu Alena bergetar hebat.
Narendra kemudian langsung berjalan keluar dari dalam ruangan tersebut.
Narendra bersandar pada pintu sambil memegangi kepalanya.
Narendra teringat dengan peristiwa beberapa tahun yang lalu.
Huaaaa...!
Huaaa...!
terlihat seorang gadis kecil menangis kencang di bawah ranjang rumah sakit.
"nenek...! Nenek...!" ujar gadis kecil itu.
sesekali gadis kecil itu berteriak ke arah ranjang yang terdapat seseorang Pasien yang sudah meninggal dunia.
Narendra terpaku melihat ke arah gadis kecil tersebut.
"tuan muda...?"ujar bibi lin sambil melihat ke arah Narendra.
akan tetapi Narendra masih saja fokus melihat ke arah gadis kecil tersebut.
"eh...?"ujar bibi lin ketika dia tahu apa yang sedang di perhatikan oleh Narendra.
"bukankah itu adalah anak kecil yang pernah di tolong oleh tuan muda...?"ujar bibi lin.
"tuan muda pertama sudah mengorbankan nyawanya demi untuk menolong orang tua gadis kecil itu, akan tetapi mereka berdua tetap saja tidak bisa di selamatkan, apakah sekarang gadis kecil itu juga kehilangan neneknya...?"ujar bibi lin sambil menatap ke arah Alena kecil yang sedang menangisi kepergian neneknya.
sesaat kemudian seorang pria berjalan mendekati mereka yang berada di dalam ruangan tersebut.
"merampas apanya...? Aku ini satu-satunya yang berhak sebagai pewaris...! Milik kakakku sama saja dengan milik ibuku, dan milik ibuku sama dengan milikku...!"ujar pria itu sambil berdecak pinggang.
Kemudian seseorang anak laki-laki menyenggol kaki pria tersebut.
"anak s*alan...! pergi main-main yang jauh sana."ujar pria tersebut sambil menatap tajam ke arah anak laki-lakinya.
"ayah, lihat anak cengeng ini menangis lagi."ujar anak laki-laki itu sambil menarik rambut Alena kecil.
Huaa...!
Hua...!
Terdengar suara tangisan Alena kecil yang sangat menyayat hati.
pria itu adalah paman Alena adik dari ayahnya dan bocah laki-laki itu adalah Adi saudara sepupu Alena.
Beberapa hari kemudian di kediaman Narendra.
"nak, mulai hari ini aku bibi lin dan paman yan yang akan menjadi orang tua angkat mu ya."ujar bibi lin sambil tersenyum lebar ke arah Alena kecil.
Gadis kecil itu kemudian tersenyum lebar ke arah mereka bertiga.
Narendra kemudian tersadar dari lamunannya.
"Alena...!"ujar Narendra lirih sambil memijat pelipisnya.
Huaaaa...!
Huaaaa...!
Masih saja terdengar suara tangisan Alena dari dalam ruangan tersebut.
" Alena, percayalah jika aku adalah satu-satunya orang yang tidak ingin kamu tersakiti."ujar Narendra dalam hatinya.
Narendra kemudian langsung berjalan meninggalkan tempat itu.
Keesokan harinya.
Narendra terkejut mendengar notifikasi dari ponselnya.
Narendra kemudian langsung meraih dan membuka layar ponselnya.
"paman, aku sudah hampir Sampai di kota T, aku sudah memutuskan untuk tinggal di kota T bersama dengan Geri, kamu, paman yan dan bibi lin tidak perlu khawatir terhadap diriku...! aku sekarang sudah dewasa, aku bisa menjaga diriku sendiri, aku akan pulang jika hari raya tiba, kamu tenang saja...!"isi pesan dari Alena.
Narendra kemudian langsung menghubungi Alena.
"nomor yang anda tuju sedang tidak dapat di hubungi cobalah beberapa saat lagi."terdengar suara notifikasi dari ponsel Narendra.
CK...!
Narendra kemudian langsung berjalan masuk ke dalam kamar mandi.
Sementara itu di bandara kota T.
terlihat Geri dan Alena baru saja turun dari dalam pesawat.
"Alena, jika kamu tidak mau menjawab telponnya maka matikan saja "ujar Geri sambil menatap wajah Alena.
"iya, kamu benar."ujar Alena sambil mematikan ponselnya.
"Geri, aku merasa jika yang aku lakukan ini tidaklah sopan, akan tetapi aku juga sudah tidak punya tenaga untuk meladeninya lagi."ujar Alena sambil menundukkan kepalanya.
"Alena,tapi menurutku tindakanmu itu sudah sangat benar kok, sudahlah Jagan selalu merasa bersalah."ujar Geri sambil merangkul pundak Alena.
"tapi Geri bagaimana pun juga paman sudah menjagaku selama ini."ujar Alena sambil menatap wajah Geri.