Rania Salsabila, gadis berusia 15 tahun, yang memiliki paras cantik, pintar dan sopan. Rania memiliki seorang ayah dan 2 kakak laki-laki,mereka sangat membenci rania.
Rania pun harus rela terusir dari rumahnya, hanya karena sang ayah yang tidak bisa menerima dirinya atas kematian bu Indah istrinya. Tapi, dibalik terusir nya Rania, takdir membawa dirinya menuju ke kehidupan yang lebih baik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rika sukmawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
siang harinya Rania pergi menemui Ilham. Ia juga penasaran dengan apa yang akan Ilham bicarakan.
"Hi Ran, Maaf aku telat. Tadi jalan nya macet." ucap Ilham sembari duduk di depan Rania.
"Gapapa ham, aku juga belum lama nyampe nya."
"Kita pesan makanan saja dulu, habis itu baru kita bicara." ucap Ilham dibalas anggukan Rania.
Tidak lama, mereka pun selesai makan. "Bagaimana ham, apa yang ingin kamu bicarakan?" Rania memulai pertanyaan.
"Emmm, sebelumnya aku minta maaf ran. Mungkin ini terlalu cepat, tapi aku juga sudah memikirkan nya sejak pertama kali kita bertemu." ucap Ilham.
"Memangnya apa ham?"
"Aku.... Aku suka sama kamu Ran."
DEGH!
Rania terkejut mendengar ucapan Ilham, ia tidak menyangka ilham akan bicara hal itu. Dia bingung harus menjawab apa.
"Kamu pasti bercanda kan ham." ucap Rania yang tidak percaya.
"Aku serius Ran, Sejak pertama kita bertemu aku langsung menyukai mu." ungkap Ilham.
"Aduhhh bagaimana ini, aku harus jawab apa sekarang." batin Rania sambil melamun.
Karena sedari tadi Rania hanya diam, ilham pun menyadarkannya. " Ran?"
"Ehh, I-iya ham, maaf malah jadi melamun." ucap Rania.
"Gak papa ran, aku juga minta maaf mungkin kamu kaget karena aku bicara nya secepat ini. Tapi kamu enggak usah di pikirin, aku nggak akan minta kamu langsung menjawab. Aku akan kasih kamu waktu untuk berfikir."
"Makasih ham, Maaf kalau aku belum bisa menjawab nya sekarang."
"Iya ran, enggak papa kok. Tapi aku akan tunggu jawaban dari kamu secepatnya."
"Iya ham, Kalau begitu aku permisi dulu. Ada pekerjaan yang harus aku selesaikan."
"Silahkan Ran, hati-hati di jalan."
Ilham yang menatap Rania pergi menjauh, mulai tersenyum sinis. "Sabar Ilham, Sebentar lagi kamu akan mendapatkan nya." batin Ilham.
Didalam ruang kerja, Rania memikirkan ucapan Ilham. Dia tidak menyangka ilham akan menembak nya.
"Aduhh, aku harus bagaimana. Aku bingung, tapi aku juga nyaman saat ngobrol dengan ilham." batin Rania.
"Apa aku terima saja ya, toh dia juga kelihatannya baik, dan enggak neko-neko." guman Rania.
Sore harinya Rania pulang kerumahnya. Dia langsung menghampiri bu Delina yang sedang duduk di ruang tv.
"Assalamualaikum bunda." sapa Rania.
"Waalaikumsalam sayang."
"Ayah dimana bun?" tanya Rania yang tidak melihat keberadaan sang ayah.
"Dikamar Ran, mungkin sedang tidur. Tadi katanya sedang tidak enak badan, udah bunda kasih obat juga." jawab bu Delina. Rania mengangguk.
"Bun, ada yang ingin Rania tanyakan sama bunda."
"Apa sayang?"
"Bun, waktu pertama kali ayah dan bunda bertemu bagaimana ceritanya?"
"Tumben kamu nanyain ini sayang, ada apa?" tanya bu delina yang kaget mendapat pertanyaan dari Rania.
"Enggak papa bun, hanya ingin tahu saja hehehe." rania tertawa.
"Panjang sayang ceritanya, Yang pasti bunda langsung suka saat melihat ayah kamu itu. Dia baik, sopan dan yang penting penyayang, enggak pernah kasar sama bunda walaupun sedang marah."
"Terus, yang pertama kali nembak itu siapa bun?"
"Ayah kamu, saat itu dia bilang enggak mau pacaran dulu maunya langsung nikah. Yaudah, bunda langsung bilang saja kalau serius harus langsung menemui bapak, baru nanti bunda jawab."
"Ehh besoknya, ayah kamu beneran datang dengan keluarganya. Jadi bunda langsung terima saja, karena sudah melihat keseriusan dia." ucap bu Delina tersenyum mengingat masa-masa itu.
Rania tersenyum membayangkan hal itu, ia juga ingin seperti bundanya. Di ratukan oleh orang tersayang.
"Ayo, kenapa senyum-senyum sendiri?" tanya Bu Delina yang melihat Rania senyum-senyum sendiri.
"E-enggak papa bun hehehe." ucap Rania gugup.