Sebuah pengkhianatan seorang suami, dan balas dendam seorang istri tersakiti. Perselingkuhan sang suami serta cinta yang belum selesai di masa lalu datang bersamaan dalam hidup Gladis.
Balas dendam adalah jalan Gladis ambil di bandingkan perceraian. Lantas, balas dendam seperti apa yang akan di lakukan oleh Gladis? Yuk di baca langsung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadisti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
dua mahluk tidak tau malu
Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh lewat lima belas menit malam. Namun, sampai saat ini Evan masih belum pulang juga tidak memberikan kabar sama sekali kepada Gladis membuat Gladis merasa khawatir dan gelisah.
Beberapa kali Gladis mengirimkan pesan whatsapp kepada suaminya itu. Tetapi sepertinya ponsel sang suami mati, karena terlihat dari pesan yang ia kirimkan hanya ceklis satu saja.
Gladis membuang nafasnya kasar, ia menatap ponselnya yang masih menampilkan kontak nama suaminya.
Tersenyum kecut, merasa ada yang aneh karena tidak biasanya sang suami tidak memberinya kabar seperti ini. Biasanya juga Evan selalu memberikan kabar jika dirinya akan pulang terlambat atau sekedar memberitahu bahwa dirinya harus lembur dan meminta Gladis untuk makan malam sendirian.
"Kemana mas Evan? Kenapa belum pulang juga? Apakah dia lembur? Apakah ponselnya kehabisan baterai?" Batin Gladis bertanya-tanya sendirian. Memikirkan keadaan suaminya saat ini, membuat Gladis khawatir sekaligus curiga.
"Apakah dia serang bersama... Ah tidak,,, tidak... Dia tidak mungkin bersama Amelia. Dia,,, dia tidak mungkin.... Aaaahh kenapa aku berpikiran negatif seperti ini? Bukankah seharusnya aku mendoakan suamiku agar baik-baik saja?" Gladis mengusap wajahnya kasar, meletakkan ponselnya di atas meja, lalu menatap putrinya yang saat sedang bermain dengan boneka kesayangannya.
Gladis tersenyum, lalu menghampiri putri kecilnya itu. "Sayang, kita makan dulu yuk. Sepertinya papamu akan pulang terlambat," ucapnya seraya mengelus lembut puncak kepala Sera membuat Sera langsung mendongak dan menatap sang mama dengan seulas senyuman di sudut bibirnya yang mungil itu.
"Iya, mah. Tapi nanti Ceya maen yagi ya." Sahut putri kecil itu dengan manja dan menggemaskan.
Gladis tersenyum, ia pun mengangguk menyetujui ucapan putrinya tersebut. "Baiklah, tapi Sera harus makannya yang banyak, biar Sera kuat dan sehat."
"Ciap mama. Ceya mau makan banyak cama ayam goyeng. Yeeeee.... " Gadis kecil itu sangat menyukai ayam goreng, bahkan hampir setiap hari Gladis memasak ayam goreng kesukaan putrinya itu. Selain ayam goreng, Gladis juga memasak sayur bayam yang juga di sukai oleh putrinya tersebut.
"Yasudah, bonekanya simpan dulu di sini. Sekarang Sera cuci tangan sama mama." Ucap Gladis sambil mengambil alih boneka dari tangan Sera, lalu meletakkan boneka itu di atas kursi kecil yang menjadi tempat duduk Sera bermain bersama boneka kesayangannya. Setelah itu Gladis pun berdiri, dan membawa Sera menuju Wastafel.
Berbeda dengan Gladis yang memikirkan suaminya dengan hati yang gelisah, Evan justru saat ini sedang bermesraan dengan Amelia. Kedua mahluk sialan itu saling suap sambil sesekali mengeluarkan obrolan ringan.
Wanita yang menjadi kekasih suami orang itu, sengaja mengenakan pakaian minim berwarna merah dengan belahan dada yang rendah memperlihatkan belahan gunung milik wanita itu. Ia juga sengaja tidak memakai bra, agar terihat semakin seksi dan menggoda.
"Bagaimana rasa masakanku? Enak tidak, mas?" tanya Amelia dengan manja, menatap nakal suami orang itu.
Evan mengangguk, kemudian ia pun menyantap kembali makanan yang sengaja di masak oleh Amelia khusus untuk dirinya.
"Sangat enak. Aku tidak menyangka kalau kamu bisa masak seenak ini, sayang." Ucap Evan membuat Amelia bahagia luar biasa. Dalam hati, ia merasa puas, karena bisa memuaskan lidah kekasihnya, dan sebentar lagi ia akan memuaskan hasratnya. Ah rasanya Amelia sudah tidak sabar untuk melakukan hal terlarang itu.
"Mas bisa saja buat aku seneng. Tapi, syukurlah kalau masakannya enak. Aku sangat senang mendengarnya." Amelia tersenyum, ia pun kembali menyendok makanannya lalu menyodorkan ke arah Evan.
Evan tersenyum, kemudian ia pun membuka mulutnya. "Mas, kamu mau yang lebih enak lagi gak?" tanya Amelia setelah satu sendok makanan itu masuk ke dalam mulut kekasihnya.
Evan mengunyahnya, namun tatapan matanya masih tertuju pada Amelia yang terlihat cantik malam ini.
"Apa itu?" tanya Evan setelah makanan itu masuk ke dalam perutnya.
Amelia tersenyum nakal, ia menggigit bibir bawahnya, lalu menjulurkan lidah, dan menjilati bibirnya sendiri, membuat tubuh Evan yang sensitif itu tegang seperti tersengat listrik.
"Tentu saja bercinta denganku," ucap Amelia dengan tidak tahu malu. Persetan dengan harga dirinya, Amelia sudah lama menahan hasratnya yang menggebu, dan ini adalah kesempatan dia untuk membuat Evan menyentuhnya.
Uhuukkkk....
Evan hampir saja kesedak saat ia mendengar ucapan Amelia barusan. Dengan segera Amelia pun memberikan segelas air putih kepada kekasihnya tersebut.
"Jangan buru-buru, mas. Jadi tersedak kan." Kekeh Amelia merasa gemas ketika melihat rona merah di wajah Evan saat ini.
"Ucapanmu yang bikin aku tersedak, Mel." Kesal Evan setelah itu meneguk habis segelas air putih itu.
"Loh, memangnya kenapa mas? Apa ada yang salah dengan ucapanku tadi? Sepertinya tidak." Kata Amelia pura-pura bego.
"Sudahlah, lebih baik kita habiskan dulu makanannya, setelah itu aku akan pulang. Kasihan Gladis pasti menungguku." Ucap Evan membuat raut wajah Amelia berubah dalam hitungan detik.
Amelia sangat tidak suka jika Evan membicarakan istrinya di hadapan dirinya. Ia merasa sangat cemburu, ia ingin Evan hanya tertuju pada dirinya saja.
"Mas, jangan bahas istri kamu. Aku tidak suka. Lagian, aku tidak akan membiarkanmu pulang malam ini. Aku akan memberikanmu service yang memuaskan." Kata Amelia tanpa merasa malu. Urat malunya sudah putus, kini yang ada hanya urat lehernya saja.
"Amelia.... "
Belum sempat Evan melanjutkan ucapannya, Amelia sudah mengecup bibirnya, lalu tangannya meraba dada bidang milik Evan, mengelusnya dengan sangat lembut membuat pria brengsek itu mendesah, merasa nikmat. Padahal hanya di elus dadanya saja, bagaimana kalau alat tempurnya?
"Lihat mas. Baru aku elus dadamu saja, kamu sudah mendesah, bagaimana kalau aku mengelus punyamu. Pasti kamu akan ketagihan dan mendesah panjang." Bisik Amelia merasa puas ketika ia melihat ekpresi wajah Evan saat ini.
"Benarkah? Kalau begitu kita habiskan dulu makan malam kita, sayang. Baru setelah itu kamu mengelus punyaku. Aku tidak sabar ingin merasakan lembutnya tanganmu juga milikmu." Evan sudah tidak dapat menahan hasratnya lagi. Amelia benar-benar sudah membuatnya gila dan membangkitkan hasratnya saat ini. Ia sudah tidak perduli lagi dengan perasaan istrinya, toh istrinya tidak akan tahu dengan apa yang akan dia lakukan bersama Amelia nanti.
Amelia tersenyum nakal, ia pun lantas memberikan kecupan nya pada bibir Evan, membuat Evan semakin tidak tahan.
"Dengan senang hati, mas. Kamu tunggu saja nanti. Aku pastikan kamu akan mengerang hebat di atas tubuhku." Ucap Amelia terdengar begitu menggoda dan manja.
Evan sangat senang mendengarnya, kepemilikannya sudah sangat tegang, minta di lepaskan saat itu juga. Namun, ia harus sedikit menahannya, karena mereka saat ini sedang makan malam, mengisi perutnya yang kosong. Jika makan malamnya di tunda, takut energinya tidak cukup untuk bercumbu dengan selingkuhannya itu.
Rasa bersalah karena telah mengkhianati Gladis perlahan mulai memudar, di kalahkan oleh nafsu dunianya. Evan bahkan sudah tidak lagi memikirkan Gladis saat ini. Pikirannya hanya fokus pada tubuh wanita yang sedang duduk di depannya.
Tubuh wanita itu begitu seksi dan menggoda, baru kali ini Evan memperhatikannya dengan seksama.
"Jangan menatapku terus, sayang. Cepat habiskan makananmu, setelah itu kita pergi ke surga bersama." Ucap Amelia yang menyadari tatapan lapar dari kekasihnya itu. Amelia juga mengedipkan matanya dengan nakal, menjilat bibirnya sendiri dengan sensual, membuat Evan semakin tidak sabar untuk memakannya.
"Kamu sangat nakal, sayang. Lihat saja, aku tidak akan membiarkanmu tidur malam ini." Ucap Evan seraya mencubit gemas hidung Amelia yang tidak mancung itu.
"Hmm kita lihat saja nanti, apakah kamu sekuat itu sampai-sampai kamu tidak akan membiarkanku tidur. Atau justru sebaliknya."
"Menantangku hmmm. Jangan nangis kalau kamu tidak bisa tidur nanti."
"Untuk apa aku nangis, justru aku sangat senang." Sahut Amelia dengan seringai menggoda. Tangannya mengelus lehernya yang putih, lalu mengelus bibirnya, sengaja ingin menggoda Evan yang memang sudah tergoda sedari tadi.
makasih Thor🙏💪