Bagaimana rasanya jatuh cinta?
Pastinya indah bukan? Namun bagimana jika jatuh cintanya kepada istri orang? Sakit banget pastinya ya?
Mau pergi terlanjur cinta, tidak pergi tak bisa memiliki.
Itulah yang dirasakan oleh seorang pria bernama Lukas Abraham yang berprofesi sebagai seorang Jaksa Penuntut Umun. Saat dirinya terlanjur menjatuhkan hatinya kepada wanita cantik dan pendiam bernama Nadhya Almira, yang merupakan kliennya sendiri.
Lukas baru menyadari jika cintanya harus bertepuk sebelah tangan sebab Nadhya adalah istri orang.
"Aku akan melupakanmu, Nadh... " Ucap Lukas.
Namun tiba-tiba dia mendengar jeritan suara seorang wanita dari arah luar rumahnya.
"Lukas.... tolongin aku.. " - Nadhya Almira
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lv Edelweiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GELANG PENGIKAT HATI
Pagi-pagi sekali Aina sudah menata rapi rumahnya. Seperti yang dia katakan kepada putranya kemarin, kalau hari ini teman lamanya akan datang bertamu.
Lukas sudah turun ke bawah. Dia langsung menghampiri Bundanya itu. Duduk di kursi meja makan seraya melihat Aina membuat teh.
"Tumben kamu nggak joging hari ini?" tanya Aina pada Lukas. Lukas hanya tersenyum.
Orang lagi patah hati, mana sanggup joging Bu, syukur-syukur masih sanggup napas. 🤣
"Banyak banget Bunda bikin tehnya? Emang yang datang rame ya?" tanya Lukas.
"Uh, rame. Semua anak-anaknya Tante Emma ikut. Termasuk itu tuh, si Laura. Yang kuliah di S1 Keperawatan. Dia juga datang loh." jelas Aina.
"Oh..." respon Lukas biasa saja.
Padahal dia tidak tahu tujuan Aina mengundang Emma datang kerumah mereka. Aina ingin mempertemukan Laura dengan sang Jaksa Penuntut Umum tersebut. Sebab Aina berharap anak lanangnya itu, segera menikah dengan seorang gadis yang cantik.
Tak lama dari Lukas dan Aina ngobrol, tiba-tiba ada suara dari luar rumah.
"Assalamu'alaikum..." ucap suara tersebut.
"Eh, itu mereka udah sampai. Yuk.." ajak Aina pada Lukas. Mereka pun segera menuju ke depan rumah.
"Waalaikumsalam..... Hai... Emma. Sampai juga ternyata." ucap Aina penuh semangat. Dia segera memeluk teman lamanya itu.
"Iya, setelah menempuh perjalanan dua jam, akhirnya kami sampai juga. Dan ini semua tuh, demi ketemu sama kamu loh..." ucap wanita bernama Emma tersebut. Aina. tertawa mendengar penjelasan Emma.
"Ayo ayo Masuk." ajak Aina.
Emma dan anak-anaknya pun segera masuk. Atensi Emma pun langsung tertuju kepada Lukas.
"Ini pasti Lukas." tebak Emma.
"Iya Tan..." Lukas mengulurkan tangannya menyalami Emma.
"Ganteng banget putramu, Na." ucap Emma dengan mata terus melihat kepada Lukas.
"Anak mu juga cantik banget Ma.." balas Aina.
"Eh iya, mereka belum kenalan ya. Lukas, kenalin, ini Laura, anak tante." ucap Emma.
Lukas pun mengulurkan tangannya ke arah gadis berambut pendek itu.
"Lukas..."
"Laura..."
"Ayo, silahkan duduk..." ajak Aina lagi.
Emma dan anak-anaknya pun langsung duduk. Aina segera mengambil minum di dapur dan langsung menghidangkannya ke atas meja.
"Aduh, kuenya belum nyampe lagi." ucap Aina.
"Pesan kue dari luar ya, Na?" tanya Emma.
"Iya, mungkin sebentar lagi orangnya sampai." ucap Aina.
"Jadi gimana nak Lukas, kapan rencana nikahnya? Apa belum punya calon?" tanya Emma to the point.
Lukas hanya diam saja mendengarkan pertanyaan Emma. Begitu juga dengan Laura. Dia hanya melirik Lukas sesekali. Meski Lukas tidak melirik padanya sama sekali. Sampai seseorang datang dan mengucapkan salam di depan pintu.
"Assalamu'alaikum..." ucap orang itu. Semua orang pun langsung menoleh ke arah pintu yang memang sedang terbuka lebar itu. Termasuk sang Jaksa.
"Waalaikumsalam... " jawab Aina.
Mendengar ada yang datang, Lukas pun melihat ke arah pintu. Dan betapa terkejutnya dirinya. Saat Lukas melihat ke arah pintu, tampaklah wanita yang sangat ia cintai, berdiri di sana seraya memegang sekotak kue.
"Nadhya...?" Lukas langsung berdiri.
"Saya, mau mengantar kue pesanan ibu." ucap Nadhya seraya menyerahkan kotak kue kepada Aina.
"Owh, jadi kamu putrinya Nana ya? Teman kecilnya Lukas kan?" tebak Aina. Nadhya hanya tersenyum dan sedikit menganggukkan kepala.
"Sebentar, dia yang viral sama kamu waktu itu bukan sih? " tanya Emma kepada Lukas. Lukas hanya diam saja tak menjawab pertanyaan Emma.
"Emma..." Aina memberikan isyarat kepada Emma agar wanita itu menghentikan ucapannya.
"Kenapa? Memang dia kan?" Emma berdiri dan mendekati Nadhya.
"Gimana? Udah baikkan sama suami kamu? atau, sebentar lagi kamu bakal menyandang status janda? Saran saya, cari yang duda aja, jangan bujang." sindir Emma lagi.
"CUKUP TANTE!" teriak Lukas. Pria lajang itu pun berjalan ke arah pintu.
"Lukas..." tegur Aina kepada putranya itu.
Air mata Nadhya jatuh seketika, dan Lukas bisa melihat itu dengan sangat jelas.
"Maaf, saya permisi dulu." Nadhya langsung berlari meninggalkan rumah Lukas. Namun Lukas tidak tinggal diam, dia langsung mengejar Nadhya.
"Nadh...tunggu..NADHYA!!!" panggil Lukas.
Namun Nadhya tidak memperdulikan Lukas. Dia tetap berjalan menuju kepada motornya, yang terparkir di depan rumah Lukas.
Namun belum sempat Nadhya menghidupkan motornya, Lukas sudah lebih dulu menahan Nadhya. Di pegangnya tangan istri orang tersebut.
"Nadh..." ucap Lukas. Nadhya pun berhenti, lalu menoleh kepada Lukas. Dengan air mata yang masih betan mengalir di wajah indahnya. Membuat hati sang Jaksa begitu sakit melihatnya.
"Hei... kenapa kamu nangis, Nadhya? Nggak perlu nangis? Udah, kamu nggak usah masukin hati ucapan tante Emma tadi. Semua akan baik-baik saja. Ada aku di sini." ucap Lukas seraya mengusap air mata Nadhya dengan kedua tangannya.
"Jangan begini Lukas, aku mohon. Aku bisa mati kalau kamu terus seperti ini." Bukannya berhenti, Nadhya justru semakin terisak mendapat perlakuan lembut sang Jaksa.
Lukas pun menjatuhkan kepala Nadhya di dadanya. Membuat Nadhya menangis sejadi-jadinya.
"Kalau kamu mati, aku juga mati Nadh. Udah, jangan nangis lagi ya?" ucap Lukas seraya mengelus kepala Nadhya.
Dan tanpa mereka ketahuilah, Aina, Emma dan Laura melihat mereka dari jauh. Entah apa yang saat ini ada di pikiran mereka tentang hubungan Nadhya dan Lukas. Yang jelas, Lukas lebih memilih bodo amat.
"Kita ke pohon itu yuk Nadh." ajak Lukas tiba-tiba. Nadhya mengangkat kepalanya dan melihat kepada Lukas.
"Po... hon?" tanya Nadhya bingung.
"Iya, mana sini kunci motor mu?" pinta Lukas. Nadhya pun menyerahkan kunci motornya kepada Lukas.
Lukas langsung naik ke motor Nadhya. Dia meng-stater motor tersebut dan menepuk kursi di belakangnya. Isyarat untuk menyuruh Nadhya naik.
Nadhya pun tersenyum dan segera naik dengan duduk menyamping.
"Pegangan. Pesawat akan segera lepas landas." canda Lukas yang membuat Nadhya tertawa.
Lukas meraih tangan Nadhya dan meletakkannya di pinggangnya. Mereka pun bergerak meninggalkan rumah Lukas menuju ke sebuah pohon, yang entah pohon apa yang sang Jaksa maksud. Nadhya sendiri tidak ingat.
"Anak mu nampaknya benar-benar menyukai istri orang itu, Na." ucap Emma.
"Apa? Ah, nggak mungkin lah Ma." Aina tertawa pelan dan membantah dugaan temannya itu.
"Tapi keliatan sekali dari cara dia melihat wanita itu." sambung Emma.
"Dia itu Nadhya, teman kecil Lukas. Nadhya nggak menyukai Lukas. Kan kita ada lihat pengakuan dia di pengadilan beberapa waktu yang lalu." jelas Aina.
"Tapi Lukas tidak membantahnya saat di pengadilan jika dia menyukai Nadhya, Na. Kamu sepertinya harus bisa berlapang dada nanti Ma, saat kamu bermenantukan seorang janda." ucap Emma sadis.
Astaga Lukas, kamu mau membunuh Bunda apa? - Aina
Saat para ibu-ibu sedang adu argumen, lain halnya dengan dua sejoli yang sedang nekat menabrak semua norma itu. Tidak, sebenarnya tidak seperti yang dibayangkan. Sebab Lukas masih tahu akan batasannya kepada Nadhya. Dia tentu tidak akan segila itu, meski pun cintanya memang cinta gila kepada Nadhya.
Dan setelah menempuh perjalan sekitar sepuluh menit, akhirnya Nadhya dan Lukas pun sampai di sebuah pohon besar yang keliling oleh padang ilalang yang hampir menguning.
Nadhya pun turun dan langsung duduk di bawah pohon itu. Dia menikmati tiupan angin yang berhembus lembut. Yang menggoyang-goyangkan kerudungnya.
Sedang Lukas lain lagi. Dia justru pergi agak jauh dari pohon itu. Entah mau kemana pria tampan itu akan pergi, Nadhya hanya memperhatikannya saja. Namun tak lama kemudian, Lukas pun sudah kembali. Dia langsung duduk di samping Nadhya.
"Apa itu?" tanya Nadhya.
"Taaraaaa..." ucap Lukas. Sang Jaksa mengeluarkan seikat bunga Hanjeli.
"Kamu mau bikin gelang lagi?" tanya Nadhya seraya tertawa.
"Iya..." Lukas juga ikut tertawa. Dia pun mulai merangkai butir-butir Hanjeli pada batang tanaman menjalar yang ada di sekitar pohon. Dan tak butuh waktu lama, sebuah gelang pun sudah selesai terangkai.
"Sini tangan mu Nadh." ucap Lukas. Nadhya pun mengulurkan tangannya. Lukas langsung memakaikan gelang itu ke tangan istri orang tersebut.
"Makasih ya?" ucap Nadhya.
"Nadh..." panggil Lukas dengan tatapan matanya tak terputus dari melihat Nadhya.
"Iya?" ucap Nadhya yang masih melihat kepada gelang tadi.
"Menikahlah dengan ku Nadh..." ucap Lukas. Nadhya menoleh perlahan kepada Lukas.
Entah kali keberapa sudah, Nadhya mendengar tawaran itu dari Lukas. Namun selalu Nadhya tolak dengan berbagai alasan. Dan apakah kali ini, dirinya juga akan melakukan hal yang sama. Setelah semua pengorbanan dan apa yang sang Jaksa lakukan, mungkinkah Nadhya akan luluh hatinya. Dan bagaimana dengan keadaan Nadhya saat ini yang sedang mengandung janin calon anak David.
Nadhya menatap Lukas....
*Bersambung...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Jika setengah mati tidak akan membuatmu benar-benat mati, lantas... apa lagi yang mau kamu cari? - LV Edelweiss
rindu...siapa...(bojone uwong)
kalau cinta milik orang lain, ya percuma saja...🤣🤣🤣
nyari penyakit emang...😅
salah banget kalau sampai Nadya bilang mencintai Lukas.... karena posisinya dia istri orang...🤭😋
cinta tak harus memiliki Luk...🤭