berkali-kali tertipu, sehingga membuat mereka terbiasa dengan hal tersebut,
karena sering kali kena tipu,Aya dan Jaka pun memulai bisnis mereka hingga akhirnya mereka pun bisa membedakan mana penipu dan mana orang yang benar-benar tulus,
mari baca novel pertama aku,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri cobain 347, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
berbagi modal
Setelah mendapatkan izin dari suaminya,
Aya pun akhirnya memberikan sedikit modal usahanya untuk Rena, teman lama nya, yang pernah bekerja di satu pabrik dulu.
"Rena, kita ketemu diwarung bakso bang somad, biar kita tidak terlalu jauh saat kembali setelah jam istirahat."
Ucap Aya dalam pesan singkatnya yang dikirim kan untuk Rena.
"Apa kamu sudah dapat izin dari suami kamu Aya?,"
Tanya Rena yang ingin tahu tentang modal yang akan dia pinjam pada Aya.
"Nanti saja kita bahas disana, aku sedang sibuk Rena, yang jelas aku sudah bawa uang nya,"
Jawab Aya pada pesan terakhir untuk Rena.
Jam istirahat pun berbunyi, para karyawan pun keluar untuk makan siang, dan istirahat sebentar setelah selesai makan.
Aya pun langsung mendatangi warung bakso pak somad, dimana disana sudah ada Rena yang sudah menunggu nya.
"Rena, apa kamu sudah lama menunggu ku."
tanya Aya yang langsung memeluk Rena.
"Tidak, aku baru saja keluar Aya."
Jawab Rena yang sudah memesan bakso kesukaan Aya.
Sambil makan siang, Rena pun langsung berbicara pada Aya, tentang usaha yang sedang dijalani nya, dan jumlah nominal uang yang Rena butuhkan.
"Aya, aku butuh lima puluh juta, untuk bisa menutupi semua, pesanan langganan aku, mereka sudah biasa, tidak mungkin akan mengecewakan kita."
Ucap Rena yang mulai membahas inti dari pertemuan nya.
"Lima puluh juta?, mau buat berapa orang Rena?, perasaan dipabrik kamu karyawan nya hanya sedikit, dibandingkan dengan karyawan di tempat ku."
Tanya Aya yang merasa kaget.
Aya mengira jika modal yang Rena minta, terlalu besar untuk awal mula.
"Kamu jangan salah paham dulu Aya, aku jalani usaha ini berdua dengan mas Imran, kamu tahu kan kalau mas Imran kerja disebelah pabrik kamu."
jawab Rena yang menjelaskan, kenapa dia mau mengambil nominal yang besar pada Aya.
"Oh, aku tidak tahu, kalau kamu berdua dengan suami kamu, ya sudah, karena jumlah nominal nya terlalu besar, lebih baik, aku transfer saja ke rekening kamu."
jawab Aya yang langsung meminta nomor rekening Bank milik Rena.
"Ingat Rena, kita gajian tanggal sepuluh, aku minta dalam waktu tiga hari, kamu sudah bisa mengembalikan uang itu, dengan biaya lima belas persen dari total uang modal,"
Ucap Aya yang mengingat kan Rena.
Rena pun menyanggupi permintaan Aya, Karena Rena sudah tahu, jika bos besar meminta sepuluh persen dari modal yang diberikannya kepada Aya.
Sudah sewajarnya,jika Aya mengambil untung lima persen dari modal yang diberikan kepada Rena.
Tak lama kemudian, Aya pun langsung mengirimkan bukti transfer uang kepada Rena, setelah selesai, mereka pun langsung bergegas pulang kembali ke pabrik masing masing.
Sesampainya di depan pintu gerbang pabrik.
"Aya!, aku mau minta tolong sama kamu."
Teriak Dela yang tiba tiba mengejar Aya.
"Apa Dela, tumben kamu memanggil aku."
Jawab Aya yang berhenti sejenak dari langkah kaki nya.
"Aya, aku butuh bantuan kamu, aku tahu, aku sering bersalah sama kamu, bahkan aku juga sering melaporkan kamu, pada pak Yusuf manager produksi kita.
Semua itu aku lakukan,Karena aku takut kalah saing sama kamu."
Ucap Dela yang memegang tangan Aya.
"Sudah lah Dela, aku juga tidak mau ambil pusing, yang sudah biarkan berlalu, aku tidak mau kembali ke masa itu, walaupun sebenarnya saat itu aku tersudut sendiri."
Jawab Aya yang mencoba menerima permintaan maaf Dela.
"Syukurlah kalau begitu, sebenarnya aku butuh sesuatu, aku dengar dari anak anak, kalau kamu bisa memberi kami pinjaman, kalau boleh aku mau ikut ambil Aya."
Ujar Dela yang memberi tahu maksud nya.
"Iya, memang benar Dela, aku bisa memberi kan yang memang kamu perlukan, tapi tidak boleh lebih dari tiga ratus ribu perbulan nya."
Jawab Aya yang memberi persyaratan saat Dela akan meminta tolong pada Aya.
"Ya sudah aku mau aya, aku mau dua ratus lima puluh."
Jawab Dela yang justru menyebut kan nominal uang pada Aya.
"Dela, aku tidak meminjam kan uang, aku hanya memberikan barang yang kamu butuhkan, kalau berbentuk uang, aku tidak bisa Dela."
Jawab Aya yang menolak permintaan Dela.
"Maaf Aya aku tidak tahu, kalau begitu,aku akan menulis pesanan nya."
Ucap Dela yang akhirnya pergi meninggalkan Aya.
Akhirnya Aya bisa keluar dari pabrik, jam sudah menunjukan pukul sebelas malam, belum lagi perjalanan pulang yang mencapai waktu setengah jam perjalanan, sudah pasti jam setengah dua belas malam Aya baru sampai di rumah.
"Aya, kamu itu kerja apa dikerjain?,"
Tanya Jaka suami Aya, yang sudah lama menunggu kepulangan Aya,
"Pabrik mau export kita harus selesai sebelum pagi, masih untung aku pulang jam segini, lihat saja dipabrik, masih ada yang harus pulang pagi."
Ucap Aya yang baru sampai di rumah nya.
"Tapi kamu kan tahu aku juga kerja Aya, kalau cuma ngurus anak doang,aku masih bisa Aya."
Jawab Jaka yang sedang bersiap siap untuk pergi kerja.
"Bukan hanya kamu yang kerja malam, aku pun harus menjaga anak anak, terlebih Nunu, sudah pasti aku harus menggendong nya, ditambah aku harus mengerjakan laporan yang tidak sempat aku kerjakan."
Ucap Aya yang juga tidak mau kalah.
"Suruh siapa kamu bawa pulang, ngga usah sok bisa makanya, kalau kamu ngga bisa, kamu tinggal bilang saja pada atasan kamu, ingat kalau kamu kerjakan laporan ini dirumah, sama saja kamu kerja dua puluh empat jam."
Jawab jaka yang langsung melempar laporan kerja Aya.
"Sudah, lebih baik kamu kerja aja sana, Percuma disini juga, hanya menambah masalah."
Ujar Aya yang langsung membereskan laporan nya, yang berantakan dilantai kamar mereka.
Jaka pun akhirnya pergi, tidak akan ada ujungnya jika harus terus bertengkar dengan Aya, Hari Sabtu.
Aya biasanya lembur, hanya karena ada barang datang, mau tidak mau Aya pun harus masuk.
Sementara telepon Aya terus saja berdering, langganan Aya sudah menanyakan barang pesanan yang akan mereka ambil, Nina langsung memotret barang yang baru turun dari kontainer, memberi tanda pada para langganan nya, jika hari ini, dia masih bekerja.
Setelah selesai mengecek barang datang, Aya pun harus memilih posisi mana yang akan dipakai untuk susunan barang baru, tentu bukan waktu yang sebentar, apa lagi harus mengatur langsung, Akhirnya pekerjaan bisa selesai saat jam menunjukkan pukul satu siang, dengan cepat Aya pun langsung pulang dengan naik angkutan umum.
Sepulang dari pabrik, Aya sudah ditunggu oleh teman temannya yang ingin mengambil barang pesanan nya.
"Ayah,bantuin aku dulu yah, aku kerepotan disini, setidaknya bantu aku lah sedikit."
Ucap Aya yang baru pulang dan harus bekerja kembali.
Sebenarnya Jaka tidak mau membantu Aya, hanya saja, jaka Kasihan saat melihat wajah Aya yang sudah pucat pasi, pasti karena dia kelelahan, karena merasa kasihan, Jaka pun langsung menbantu Aya.
Tak terasa, pelanggan Aya semakin banyak, membuat mereka harus selesai dipukul sepuluh malam, sedangkan sisanya baru akan datang besok pagi.
"Akhirnya selesai juga ayah."
Ucap Aya pada Jaka suaminya.
"Ya iyalah, coba kalau ngga di bantu, sudah pasti tidak akan selesai jam segini, yang ada kita ditegur warga karena ada banyak kumpulan orang tanpa izin usaha."
Jawab Jaka yang terkesan menakuti Aya.
"Ya elah, usaha kecil begini masih dimintain pajak, ngga cukup apa pendapatan gaji aku sebulan yang selalu dipotong."
Ujar Aya yang terlihat sedang menggendong Nunu anak nya yang paling kecil.
Seperti biasa, tengah malam, Jaka pun harus bergiliran untuk bekerja.
Sepintas Aya rasakan,uang yang sudah terkumpul banyak tak bisa dia nikmati sepenuhnya.
Tentu saja, jika setiap hari harus bekerja dan terus bekerja, kapan mereka bisa menikmati kehidupan, yang sudah mereka rintis sebegitu padat nya.
Aya pun sempat berpikir, untuk apa sebenarnya, jika kehidupan rumah tangga nya yang harus jadi korban nya.
Lantas, apa kelanjutan kehidupan mereka, Apakah akan berakhir bahagia, atau kah akan berakhir bencana.