Cinta memang tidak pandang usia. Seperti itulah yang dialami oleh seorang gadis bernama Viola. Sudah sejak lama Viola mengangumi sosok adik kelasnya sendiri yang bernama Raka. Perbedaan usia dan takut akan ejekan teman-temannya membuat Viola memilih untuk memendam perasaannya.
Hingga suatu kejadian membuat keduanya mulai dekat. Viola yang memang sudah memiliki perasaan sejak awal pada Raka, membuat perasaannya semakin menggebu setiap kali berada di dekat pemuda itu.
Akankah Viola mampu mengungkapkan perasaannya pada Raka disaat dia sendiri sudah memiliki kekasih bernama Bian. Mungkinkah perasaannya pada Raka selamanya hanya akan menjadi cinta terpendam.
Simak dan kepoin ceritanya disini yuk 👇👇👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajar Riyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 : Bidadari turun ke sawah.
Viola mengamati penampilan dirinya di cermin. Daster kuning yang sedikit kedodoran membuat penampilannya mirip sekali dengan mbak Asih, asisten rumah tangga dirumahnya. Seumur hidupnya baru kali ini dia memakai pakaian dengan model seperti ini.
Viola mengambil ponselnya dari dalam tas. Tak lupa dia mengambil selfie dirinya dan mengirimkannya pada Amel.
[ Udah cocok belum jadi istrinya Raka? ]
[ Awas! Jangan disebar luaskan ya, nanti gue langsung trending. ]
Viola memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas tanpa menunggu jawaban dari Amel. Raka sudah menunggu di depan bersama dengan Dodo dan Bu Sumi. Selang beberapa menit kemudian Viola keluar dari kamar yang biasa digunakan oleh Raka, dulu itu adalah kamar Delisa putrinya Bu Sumi. Sejak Delisa menikah dua tahun yang lalu kamar itu dikosongkan dan diisi oleh Raka selama beberapa bulan terakhir ini.
Penampilan Viola sukses mencuri perhatian tiga orang yang sedang duduk di kursi panjang dan satu bangku. Mereka menatap takjub bagaikan melihat bidadari yang baru turun dari khayangan. Daster dengan kerutan dibagian dada hingga ke pinggang itu sangat cocok dipakai oleh Viola.
"Wah, cantik ya Bu. Sudah cocok dijadikan istri ini Bu." Ujar Dodo yang langsung mendapatkan jeweran dari Bu Sumi. "Adududuh sakit Bu." Dodo memegangi telinganya yang terasa sakit akibat jeweran dari ibunya.
"Kamu ini, istri istri! Sekolah dulu yang bener, lah wong nilaimu aja merah semua kok malah mikirin istri," sewot Bu Sumi. Raka dan Viola menertawakan kelakuan ibu dan anak itu. Suasana menjadi semakin hangat, padahal Viola baru mengenal keluarga itu beberapa menit yang lalu, tapi rasanya mereka sudah seperti sebuah keluarga sungguhan.
"Bu, kami pamit mau ke sawah dulu ya," pamit Raka yang dijawab anggukan oleh Bu Sumi.
"Ya ya_ jangan kesorean pulangnya ya?" jawab Bu Sumi.
"Iya Bu."
Ketiganya berjalan meninggalkan rumah. Pemandangan hamparan sawah menjadi pemandangan yang sejuk dipandang mata. Suara air sungai bahkan sudah terdengar dari kejauhan. Mereka juga melewati lapangan dimana banyak anak-anak dari usia kecil hingga remaja sedang bermain bola. Dipinggiran sawah, beberapa anak juga sedang bermain layang-layang.
Sebagai gadis kota, Viola jarang sekali atau bahkan hampir belum pernah mendatangi tempat-tempat seperti ini. Mungkin ini bisa dianggap sebagai kencan pertamanya dengan Raka.
Beberapa pemuda yang melihat kehadiran Viola dibuat tidak berkedip. Mereka seperti melihat bidadari turun ke sawah. Raka yang menyadari tatapan para pemuda disana langsung menggandeng tangan Viola dan menggenggamnya erat.
"Kita bentaran aja ya? Takut kamu pulangnya kemaleman," ujar Raka.
Viola hanya mengangguk. Hampir saja dia terpeleset jika Raka tidak memeganginya melewati jalan kecil ditengah sawah yang memang hanya cukup untuk dilewati satu orang saja. Dodo sudah lebih dulu berlari didepan sana dan hampir sampai di sungai.
"Jadi benar kamu sedang mendapatkan hukuman dari papa kamu?" Tanya Viola. Langkah Raka terhenti, dia berbalik untuk menatap wajah kekasihnya.
"Hilda yang cerita sama kamu?"
Viola mengangguk, ada rasa kekhawatiran disorot matanya, "Raka__ jangan ikut balap-balapan liar lagi. Aku tidak mau kamu kenapa-kenapa. Aku__" Viola menjeda kalimatnya. "Aku takut kehilangan kamu."
Raka tersenyum dan mengusap rambut Viola. "Iya, enggak," jawabnya lembut.
Sesampainya di sungai, Raka mengajak Viola duduk disebuah batu besar yang ada ditengah air sungai. Mereka duduk saling bersebelahan.
"Dodo mana?" tanya Viola saat menyadari Dodo sudah tidak ada disekitar mereka. Padahal Dodo tadi jalannya paling depan dan paling cepat, tapi sekarang tiba-tiba hilang seperti ditelan tuyul.
"Paling juga lagi sama teman-temannya. Udah biarin aja, nanti juga dia balik." Raka mengambil beberapa batu kerikil dan mulai melemparkannya satu persatu ke air.
Raka menoleh ke arah Viola, "Kamu nggak suka ya aku ajak kesini?"
Viola menggeleng cepat, "Eh, enggak kok, kata siapa? Aku suka kok, suka!"
Keduanya kembali terdiam dan saling menikmati pemandangan disekitar. Dodo datang sambil berlari dengan membawa ember kecil ditangannya.
"Kak, mau lihat gak?" tanya Dodo pada Viola.
"Lihat apa?" Viola merasa penasaran dengan apa yang ingin ditunjukkan oleh Dodo.
Dodo tidak menjawab, dia mengambil sebuah belut dari dalam ember dan menunjukkannya tepat didepan wajah Viola. Reflek Viola langsung menjerit dan mengalungkan tangannya di leher Raka.
"Raka ada ular!" Viola sangat ketakutan sekali, bahkan dia belum sadar jika posisinya sekarang sedang memeluk tubuh Raka.
"Ha__haaa___" Dodo tertawa puas karena sudah berhasil mengerjai Viola. Bocah remaja itu mengedipkan sebelah matanya pada Raka kemudian menaruh belut itu kembali ke dalam ember.
"Tidak ada ular, itu hanya belut." Raka berusaha menenangkan.
"Tidak mau, aku tidak mau lihat lagi. Aku takut!" Viola membenamkan wajahnya di leher Raka. Aroma tubuh Raka membuatnya tersadar akan sesuatu. Dengan cepat Viola menjauhkan tubuhnya dari Raka dan melepaskan pelukannya. "Ma_maaf__"
Raka mengangguk canggung. Wajah Viola sudah sangat merona seperti kepiting rebus. Ini sudah kesekian kalinya dia membuat dirinya malu didepan Raka. Buru-buru Viola bangun dan berdiri dengan tegak.
Raka mendongak, "Vio kamu mau kemana?"
Viola tidak menjawab, baru saja dia hendak melangkah turun, sandal yang dipakainya licin dan membuatnya terpeleset hingga tubuhnya jatuh ke air sungai.
Byuuuurrrr___!!!
"Ha_hahaa___"
Dodo tertawa puas, perutnya bahkan sampai terasa kaku karena dia tidak bisa berhenti tertawa. Sementara Raka berusaha untuk menahan tawanya yang hampir meledak.
"Aaah, lagi-lagi malu-maluin didepan Raka." Viola menutup wajahnya dengan kedua tangan. Dia sangat malu sekali.
-
-
-
Hilda datang ke sebuah cafe untuk menemui seseorang. Didalam cafe Beni sudah menunggunya sejak setengah jam yang lalu. Rupanya Hilda memang sudah membuat janji ketemuan dengan Beni.
"Sorry nunggu lama ya?" Hilda duduk di salah satu bangku dihadapan Beni.
"Gak masalah. Ngapain Lo nelfon dan minta ketemuan disini?" Tanya Beni menyenderkan tubuhnya di punggung kursi.
"Ini soal Raka. Raka cerita sama Lo gak kalau dia jadian sama cewek itu." Hilda masih penasaran dengan status Raka dan Viola. Jujur dia masih belum ikhlas Raka memutuskan hubungan secara sepihak. Apalagi jika Raka harus jatuh ke tangan gadis lain, sungguh Hilda tidak rela.
"Gak tau, itu bukan urusan gue," jawab Beni acuh.
Hilda menarik nafas panjang. Beni memang cuek sekali orangnya. Tapi untuk hal satu ini, mungkin hanya Beni yang bisa membantunya. "Ben, Lo harus bantuin gue."
"Bantuin apa lagi sih Da? Jelas-jelas Raka udah gak mau sama Lo."
"Ben! Gue bakal bantu papa Lo supaya naik jabatan di perusahaan papa gue. Tapi Lo harus bantu gue buat ngebujuk Raka. Gue mau Raka menerima tantangan Erik buat tanding balap."
Beni terkejut dengan permintaan Hilda, gadis ini memang sudah tidak waras. "Gila Lo!!! Raka sedang menjalani hukuman dari papanya. Lo mau Raka dapat masalah lagi hah???"
"Gak bakal. Gue jamin kali ini Raka gak bakal dapat masalah lagi sama papanya. Gue cuma pengen Raka gue kembali, Ben."
Beni menggeleng sambil tersenyum kecut, "Gila Lo ya! Sint!Ng!!"
Tak ingin berdebat lebih lama lagi, Beni memilih pergi meninggalkan Hilda. Tak peduli Hilda meneriakinya seperti orang gila.
"Kalau Lo gak mau bantu gue buat ngebujuk Raka. Gue pastiin papa Lo bakal dipecat dari perusahaan papa gue!!!"
...🍁🍁🍁...
seharusnya kamu bangga,punya cowok brondong...😆😆😆
5🌹 dulu buat ka author biar semangat up
aku kadang sampe kaget... nukan histeris lho ya.. kalo liat belut hutan yg gedenya kek ular
Viona ada drama kecebur gak?? si Raka kasih cpr... ehhh🤭🤭🤭
awas... ntar tersebar luas,, mualuu lhoo🤣🤣