SIAPKAN KANEBO UNTUK MENYEKA AIR MATA!!!
"Manakah yang akan membunuhnya, siksaan suami atau penyakit mematikan?"
Demi menghindari perjodohan dengan seorang pria yang merupakan mafia, ia menjebak seorang montir dan memaksa menikahinya. Tanpa disadari olehnya, bahwa sang montir ternyata adalah bekas seorang bos mafia.
Bukannya bahagia, Naya malah mendapat perlakuan buruk dari sang suami. Mampukah Naya bertahan dengan siksaan Zian di tengah perjuangannya melawat maut akibat penyakit mematikan yang menggerogoti tubuhnya?
IG otor : Kolom Langit
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemana Zianku?
"Bagaimana proyek pembangunan gedung Yayasan yang baru? Aku dengar sedang bermasalah," tanya asisten wanita itu.
"Aku masih terus mengawasinya, Anita. Masalahnya sekarang, aku sedang menghadapi kendala lain," kata pria itu.
"Kendala?"
"Ya, kendala itulah yang ingin aku bereskan secepatnya. Makanya aku akan membutuhkan bantuanmu," Pria itu menyandarkan tubuhnya di kursi kebesarannya, mengurut pangkal hidungnya.
"Aku benar-benar penasaran, kendala apa yang membuatmu sepusing itu," Wanita itu duduk di kursi, menuangkan minuman.
"Aku akan memberitahumu secepatnya. Mungkin hanya kau yang bisa membereskan kendalaku itu,"
****
Malam harinya...
Naya mondar-mandir di depan rumah menunggu Zian. Sudah pukul 10 malam, Zian belum juga menampakkan batang hidungnya.
"Zianku kemana? Kenapa dia tidak bilang mau kemana. Aku hampir gila menunggunya..." gumam Naya.
Tidak lama kemudian, Zian datang dengan mengendarai sepeda motornya. Naya segera membuka pagar agar Zian bisa langsung memasukkan motornya di halaman rumah.
"Kenapa kau di luar?" tanya Zian dengan nada datar.
Naya berusaha menunjukkan senyum penuh semangatnya, menjawab pertanyaan sang suami.
"Aku menunggumu, Saa..." Gadis itu baru akan menggunakan panggilan sayangnya, namun segera mendapat pelototan dari Zian. Terpaksa ia mengulum bibirnya seraya menunduk.
Zian masuk ke rumah itu, meninggalkan Naya yang masih mematung di tempatnya.
"Kalau kau tidak masuk, kau akan tidur di luar malam ini!" teriak Zian dari dalam rumah.
Naya bergegas masuk ke rumah dan menutup pintu. Zian duduk di sofa melepas sepatunya.
"Boleh aku tanya sesuatu?"
Zian melirik Naya sekilas dengan ekor matanya.
"Apa?"
"Kau darimana? Tadi aku ke tempat kerjamu membawakan makan siang. Dimas bilang setiap senin kau libur..."
"Aku tidak mau menjawabnya,"
Ya ampun, suamiku yang galak ini benar-benar seksi.
"Kenapa?" tanya Naya lagi.
"Aku tidak punya kewajiban menjawab pertanyaanmu. Lagipula itu bukan urusanmu." jawab Zian ketus.
"Hehe, aku kan istrimu," kata Naya.
Zian kembali menunjukkan wajah tidak bersahabatnya. Menatap Naya dengan tajam. Ia lalu bangkit dari duduknya, berdiri berhadapan dengan gadis yang hanya setinggi bahunya itu.
"Kau menjebakku dan memaksaku menikahimu. Aku tidak pernah menganggapmu sebagai istriku."
DUARRR
Bagai petir menyambar menghantam hati gadis itu. Ia hanya mampu menunjukkan senyum getirnya. Sementara Zian berlalu dan masuk ke kamarnya, membanting pintu membuat Naya terlonjak kaget seraya mengusap dadanya.
Untung jantungku kuat. Kalau tidak, aku pasti sudah mati berdiri menghadapi kegalakannya. batin Naya.
Gadis itu kemudian menuju dapur, menghangatkan makanan yang dia siapkan untuk suami tercintanya. Selang beberapa lama, Zian tak juga keluar kamar.
Tok Tok Tok
Terdengar suara ketukan pintu. Naya berdiri di depan pintu, menunggu sang pangeran muncul. Tidak lama kemudian, Zian membuka pintu.
"Ada apa?"
"Aku sudah hangatkan makan malam untukmu," kata Naya.
"Aku sudah makan di luar." jawab Zian singkat lalu kembali menutu pintu kamarnya tanpa permisi.
Naya masih mematung di depan pintu itu, lalu tersenyum tipis. Ia kemudian kembali ke ruang makan. Naya pun akhirnya makan malam seorang diri dengan menu yang telah di pisahkan dengan Zian. Saat memasak, sebelum menambahkan bumbu penyedap, Naya memisahkan dahulu untuk dirinya.
Yang kuat, Naya... Zianmu hanyalah manusia biasa. Dia bukan malaikat yang tidak punya kekurangan. Naya membatin seraya meneteskan setitik air mata, sehingga air matanya berjatuhan mengenai makanannya.
Gadis itu mencoba menguatkan hatinya yang rapuh. Zian adalah pilihannya. Apapun yang Zian lakukan padanya, sekasar apapun Zian, Naya akan bertahan seperti batu karang, yang tetap kuat walau diterpa ombak besar.
***
Zian di kamarnya sedang duduk selonjoran seraya memangku laptop. Entah mengerjakan apa. Dia kemudian teringat Naya, penasaran sedang apa gadis itu.
Pelan-pelan, dia keluar dari kamar. Mengendap-endap seperti pencuri menapaki tangga. Hingga akhirnya sampai di depan pintu yang terbuka sedikit.
Tampak Naya sedang duduk di atas kasur lipatnya, bersandar di dinding kamar, dengan buku di pangkuannya. Seperti sedang menggambar sesuatu.
Tiba-tiba Zian merasakan sesuatu yang lain, Naya memang seorang gadis yang sangat cantik, senyumnya sangat indah dengan semangat yang berkobar seperti api.
Namun, Zian yang egois itu segera menepis perasaannya dengan meyakinkan hatinya bahwa kehadiran Naya dalam hidupnya seperti sebuah malapetaka. Zian kembali ke kamarnya, dengan perasaan anehnya.
****
Pagi hari Zian sudah rapi, keluar dari kamar dan langsung menuju meja makan. Lelaki jangkung itu memulai sarapan pagi dengan menu nasi goreng buatan Naya.
"Aku akan keluar kota selama beberapa hari, aku ada pekerjaan di luar," kata Zian di tengah-tengah sarapannya, membuat Naya tersentak.
Keluar kota? Apa dia akan meninggalkanku sendirian di sini?
"Keluar kota? Kemana?" Naya memberanikan diri bertanya.
"Apa aku memberimu hak untuk bertanya?" Zian kembali melirik Naya dengan tatapan dinginnya.
"Hehe, tidak... Aku akan menunggumu dengan sabar."
"Aku tidak memintamu menungguku," ucapnya sambil memberi tatapan tajam.
Terserah kau saja, Sayang! Aku akan tetap setia menunggumu. Haha, apa aku menyedihkan, aku bahkan hanya bisa memanggilnya sayang dalam hati saja. batin Naya.
Setelah selesai sarapan, Zian segera beranjak dari meja makan tanpa mempedulikan sang istri. Zian benar-benar menunjukkan rasa tidak sukanya pada gadis yang terbilang masih usia remaja itu.
Naya mengekor di belakang Zian, memperhatikan punggung suaminya itu yang sudah berada di luar rumah.
Bukankah dia bilang mau keluar kota? kenapa dia tidak membawa pakaian ganti?
"Selama aku pergi, berhati-hatilah. Aku tidak mau kau membakar rumah ini seperti waktu itu," ucap Zian yang baru akan menaiki sepeda motornya.
"Baiklah, aku akan berhati-hati..." Naya menyahut dengan menerbitkan senyumnya seperti biasa.
Zian segera melajukan motornya meninggalkan rumah itu. Tinggallah Naya sendirian mematung. Menatap punggung suaminya yang terus menjauh.
"Kenapa aku jadi sedih dia meninggalkanku," gumamnya.
***
Hampir sebulan berlalu sejak kepergian Zian, Naya menjalani hari-harinya dengan kehampaan.
Bahkan, Naya tidak tahu kemanakah sang suami pergi. Walaupun gadis mencoba menghubunginya, namun Zian tidak pernah menjawab teleponnya dan pesan tidak pernah di balas. Zian hilang bagai di telan bumi.
Hingga berminggu-minggu, Zian oergi tanpa memberi Naya kabar sedikitpun. Naya pun hanya dapat bersabar. Sikap Zian padanya tidak melunturkan sedikitpun cintanya pada sosok pangerannya itu.
Dan, siang itu, Naya mendatangi bengkel milik Zian untuk menanyakan keberadaan sang suami pada Dimas. Tanpa basa-basi Naya langsung masuk dan bertanya pada Dimas.
"Apa kau tahu kemana perginya suamiku?" tanya Naya.
"Kau kan istrinya, kenapa kau tanya aku. Harusnya aku yang tanya padamu kan?"
Naya mengerucutkan bibirnya, "Kau kan tahu kenapa dia mau menikahiku, dia kan tidak pernah menganggapku..."
Mendengar ucapan Naya, Dimas hanya terkekeh pelan.
"Kau sadar dia tidak menganggapmu, lalu kenapa kau masih bertahan bersamanya. Kau ini cantik, masih muda. Kau bisa mendapatkan laki-laki lain di luar sana. Lalu kenapa kau harus menjebak bos dengan perniakahan palsu kalian itu?"
Naya terdiam mendengar ucapan Dimas yang frontal itu. Gadis itu tetap berusaha tersenyum.
"Bos itu memang sering menghilang selama beberapa hari. Mungkin ada pekerjaan di luar. Aku juga tidak mengerti."
"Benarkah?" Naya semakin penasaran, gadia itu merasa suaminya itu sangat misterius.
"Lebih baik kau menyerah. Kalau bos sudah bilang tidak suka, artinya tidak. Apapun yang kau lakukan, dia tidak akan bisa menyukaimu. Kau ingat kan, perjanjian kalian... Jika dalam satu tahun kau tidak bisa membuatnya jatuh cinta padamu, kau harus angkat kaki dari rumahnya."
glek
Naya menelan salivanya.
"Apa dia sekeras itu?" tanya Naya.
"Kau buktikan saja sendiri." Dimas menyunggingkan senyum miring. Lalu kembali bekerja.
Tidak lama kemudian, suara bising dari proyek pembangunan gedung di samping bengkel itu membuyarkan konsenterasinya. Dimas mengumpat dengan keras, membuat Naya terlonjak.
"Apa yang mereka lakukan di sebelah. Mengapa suaranya bising sekali?" gumam Dimas
"Mereka sedang membangun apa memangnya?" tanya Naya seraya menutup telinganya yang terasa berdengung.
"Aku tidak tahu," jawab Dimas singkat, "Kalau kau sudah tidak ada urusan, lebih baik kau pulang sana. Aku mau bekerja."
"Aku mau ke rumah Mia saja!"
Naya pun berlalu meninggalkan Dimas dengan ribuan sumpah serapahnya.
"Kau dan bosmu sama. Sama-sama ketus,"
****
BERSAMBUNG
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Zin yg menculik Naya buat bulan madu.. 🤣🤣🤣🤣
jawab aja dalam sebulan 4x wanita datang bulan... 🤣🤣🤣