NovelToon NovelToon
Jodohku Mas Duda Jutek

Jodohku Mas Duda Jutek

Status: tamat
Genre:Tamat / Duda / Pernikahan Kilat
Popularitas:6M
Nilai: 4.9
Nama Author: Asri Faris

Setelah kepergian istrinya, Hanan Ramahendra menjadi pribadi yang tertutup dan dingin. Hidupnya hanya tentang dirinya dan putrinya. Hingga suatu ketika terusik dengan keberadaan seorang Naima Nahla, pribadi yang begitu sederhana, mampu menggetarkan hatinya hingga kembali terucap kata cinta.

"Berapa uang yang harus aku bayar untuk mengganti waktumu?" Hanan Ramahendra.

"Maaf, ini bukan soal uang, tapi bentuk tanggung jawab, saya tidak bisa." Naima Nahla

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asri Faris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

"Nah ini dia anakmu pulang Pak," pekik Ibu memanggil suaminya.

"Anakmu juga to Bu," sahut Bapak berjalan cepat menyambut kepulangan putrinya.

Nahla sendiri berjalan cepat menuju rumahnya sambil mengucapkan salam.

"Ndok, kenapa semalam tidak pulang? Memangnya acara pikniknya pulang jam berapa?" Ibu mencecar putrinya dengan wajah kepo. Perempuan dari dua anak itu jelas khawatir, walau tetap berpikir positif.

"Maaf, Bu, semalam Icha sendirian, jadi terpaksa menemani karena di rumah tidak ada orang. Pak Hanan belum pulang, mungkin hampir pagi beliau sampai rumah," jelas Nahla sembari melepas hijabnya. Itu pun hanya dugaannya saja, karena lebih tepatnya Pak Hanan pulang jam berapa Nahla tak tahu.

"Waduh ... beneran nginep di sana, terus kamu tidur sama siapa? Jangan sembarangan menginap," tegur Ibu yang tentu saja khawatir dan antusias mendengar ceritanya.

"Tidur sama Icha lah Bu ... sama siapa lagi, Pak Hanan? Tidak mungkin Ibu sayang ...."

"Iya juga sih, ya sudah sarapan dulu, kamu pasti lapar."

"Banget, Nahla mandi dulu Bu, selebihnya mau langsung berangkat ke sekolah," ujarnya beranjak.

"Emang tidak capek, Ndok. Pulang malam paginya harus ngajar," ujar Ibu merasa kasihan. Wajahnya saja terlihat banyak tekanan.

"Capek Buk, tapi nggak pa-pa, kemarin udah absen nggak mungkin absen lagi," sahut Nahla mempertimbangkan tanggungjawabnya.

Perempuan itu keluar dari kamar menuju kamar mandi sambil menenteng handuk dan pakaian ganti. Mandi kilat lebih tepatnya karena agak terlambat. Tak lupa mencicipi nasgor buatan Ibu beberapa suapan karena waktu kadung beranjak siang.

"Habisin dulu Na!" tegur Ibu menenteng piring yang telah ditinggalkan empunya. Nahla sendiri tengah sibuk memakai sepatunya.

"Sini buka mulutmu!" Ibu benar-benar super ngeyel, bela-belain nyuapin anak gadis yang sudah kawakan.

"Sudah Bu, kenyang. Berangkat Bu, Pak. Assalamu'alaikum!" ucap gadis itu beranjak setelah menyalim takzim kedua orang tuanya. Menstater motor kesayangannya lalu melesat membawa pergi.

Hari-hari biasa perempuan dua puluh tiga tahun itu mengajar di sebuah sekolah swasta. Perempuan yang baru memulai karirnya sejak dua tahun terakhir ini semenjak lulus S1 pendidikan baru bergabung dengan SMA Tunas Bangsa sejak delapan bulan yang lalu.

Nahla berangkat pagi layaknya anak sekolahan, dan akan pulang sore hari. Belum lagi jika berkegiatan di luar, waktunya bisa habis tersita di luar. Hari-harinya pulang cukup sore seperti biasa setelah mengisi jadwal tambahan di beberapa tempat. Kadang ada yang mengambil shif petang. Tergantung peminatnya. Sudah hampir satu tahun ini, Nahla membuka jasa les untuk anak-anak yang mau belajar di rumah.

Seperti hari aktif lainnya, setelah pulang sekolah ia akan menuju rumah-rumah terjadwal yang sudah dibagi harinya oleh Nahla sendiri. Hari ini terasa capek sekali, mungkin karena kemarin habis bepergian, lalu siangnya harus kerja. Beruntung tidak ada jadwal les apa pun hari ini. Ia bisa langsung pulang ke rumah setelah dari sekolahan.

"Duh ... kok kliyengan ya?" keluh Nahla masuk ke kamarnya langsung merebah. Sepertinya ia butuh tidur barang sejenak. Sedikit lelah membuatnya cepat terlelap.

Bapak yang sore itu baru pulang dari masjid, bertanya-tanya perihal keberadaan putrinya. Motornya ada di rumah, tetapi ke mana orangnya. Belum nampak batang hidungnya.

"Bu, Nahla sudah pulang?" tanya Bapak sembari mengambil duduk di ruang tamu.

"Sudah, tapi tidak keluar kamar dari tafi," jawab Ibu sembari menenteng teh di tangannya. Menyajikan tepat di depan meja Bapak.

"Bangunin Bu, waktu ashar tidak boleh tidur," pesan Bapak sembari menyeruput teh hangatnya. Ibu baru menggeser bokongnya hendak beranjak, tetiba suara Nahla mengisi ruangan.

"Udah bangun kok Pak, cuma rebahan dikit," sahut Nahla berjalan ke ruang tamu dengan selimut menudung kepalanya.

"Kamu kenapa, Na? Selimutan kaya gitu, sakit?" tanya Bapak memperhatikan putrinya. Mukanya kucel, rambut berantakan sehabis berdebat dengan bantal.

"Nggak, tapi sedikit lelah dan ngantuk, aku butuh tidur kalau nggak ingat waktu ashar," ujar perempuan itu menempati kursi lalu duduk meringkuk mengangkat kedua kakinya berselimut manja.

"Mandi Na, terus sholat, sudah lewat waktu ashar!" tegur Bapak duduk santai. Sesekali mencomot bakwan di piring yang baru saja Ibu sajikan.

"Lima menit lagi, belum kok, masih jam setengah lima," jawab Nahla menunda-nunda. Terlalu asyik dengan selimut hangat yang membelit dirinya.

"Nanti dijengukin Pak Hanan kamu repot sendiri loh belum mandi," ujarnya setengah becanda.

"Apa iya Pak Hanan mau ke sini, kayaknya nggak mungkin Pak, dia sibuk, apalagi sore begini," jawabnya santai sekali. Masih enggan beranjak sama sekali.

"Ya bisa jadi, barang kali mau main." Sepertinya Bapak ngarep sekali.

"Nggak mungkin Pak, tolong jangan diganggu, biarkan diriku duduk dengan tenang."

"Jangan-jangan jangan, jangan lah diganggu, biar diriku duduk dengan tenang!" Ibu menyahut sambil berdendang.

"Konsernya nanti Bu, lebih baik siapkan makan malam," tegur Bapak menggeleng sambil tersenyum.

"Na, Pak Hanan beneran datang!" pekik Bapak membuat gadis yang tengah selimutan itu tergeragap dari kursinya langsung berdiri. Ngibrit meninggalkan ruang tamu. Sumpah demi apa sore-sore begini bertamu.

"Mana? Bohong ah, Bapak bisa aja." Nahla sampai ngacir masuk ke dalam sambil mengintip sekitar menyibak korden yang terpasang di pintu.

"Nggak ada juga, Bu, Bapak bohong tuh!" lapor Nahla mrengut kembali duduk selimutan. Ketenangannya sore ini terganggu gegara kekonyolan Bapak sendiri.

"Mbak, cepetan kalau mandi, Tio udah," interupsi adik kesayangannya itu.

"Bentar, mager, males, ngantuk," ucapnya enggan beranjak sama sekali.

Suara deru mesin mobil yang memasuki pekarangan terdengar cukup jelas. Membuat orang di ruang tamu melongok dengan rasa penasaran. Siapakah yang datang bertamu sore itu. Orang yang disangka tidak akan datang, benar-benar muncul menjadi kenyataan.

"Tuh kan bener, dia datang," kata Bapak setelah mengintip luar.

"Waduh ... beneran Pak! Alamak ... mati aku!" Nahla melesat ke dalam tanpa rem. Bergegas ke kamar mandi.

"Assalamu'alaikum ...!"

1
Rhenii RA
Jungkir balik ngomongnya
Rhenii RA
Silent
Rhenii RA
“Sama Saya?” Sama ibu sendiri pakai Saya Saya?
Jhy Rahma Syahruddin
klw aku nahla aku gak mau pulang dulu.
mars
Luar biasa
Alfa Rizki
tipo thor
Irma Damayanti Manurung
Luar biasa
Irma Damayanti Manurung
Buruk
Lina Nez
keluarga somplak..... 🤣🤣
Qta Aini
Lumayan
Mma Aldi
Luar biasa
Shah Azmn
Maju mas duda🤭😂
Hera
👍🏻👍🏻👍🏻
Desri Yasmita
Lumayan
Ketawang
Suami kalo pengen emang gitu,gak sabaran🤭🤭
Ketawang
Tanda" kecebong mas Hanan sdh brhasil
Ketawang
udah dpt madunya,balik ke mode cuek+dingin
Ketawang
akhirnya mas Hanan berbuka dg yg ting ting,stelah 6 th semedi di dlm sangkar😅😅
Ketawang
alamaaaakkkk,baru stengah jln.. bocil kematian sdh dtg🤣🤣🤣🤣
Ketawang
mas duda udah gak sabar
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!