Menikah dengan gadis yang dicintai adalah impian semua pria. Namun, Anggasta Bimantara, seorang kapten polisi harus menelan kekecewaan karena lamarannya ditolak oleh kekasihnya. Kekasih yang sudah dia pacari selama lima tahun lebih memilih pria kaya raya demi untuk kemajuan karir modelingnya.
Di tengah keterpurukannya putus cinta, dia terpaksa menikahi gadis tengil yang bernama Intan hanya karena kesalahpahaman.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizbethsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Maafkan Mas
Intan tidak menoleh ke belakang. Dia sangat tahu bagaimana harus bersikap, dan itu membuat Anggasta melirik bangga istri imutnya ternyata tangguh juga.
"Kamu ndak takut?" Tanya Anggasta dengan bahasa Jawa medoknya.
Intan menyahut tanpa menoleh ke Anggasta, "Nggak"
"Aku ndak nyangka ternyata kamu tangguh juga, ya"
"Bukan tangguh, tapi sudah terbiasa dibuntuti"
Anggasta sontak menoleh kaget ke Intan sambil membanting setir ke kanan dan tancap gas lalu menyemburkan, "Terbiasa?!"
"Iya. Meskipun aku ini bukan model tapi cukup banyak cowok yang naksir aku dan sering ngebuntutin aku"
"What?!" Anggasta sontak mencekal erat kemudi mobilnya karena mendadak dia dibakar rasa cemburu.
"Itu benar. Kamu boleh nanya ke temen-temen sekolahku. Lepas dari Bagas, ya, karena dia pacarku dan sekarang dia udah jadi mantanku, emm, bentar. Oh, iya, Jordy dia kakak kelasku. Lalu, Leo dia anak IPS, kemudian Danu dia guru magang di sekolahanku dan ada......."
"Stop! Jangan diteruskan!" Anggasta semakin erat mencekal kemudi mobilnya bahkan dia ingin menggigit kemudi mobilnya karena terbakar api cemburu.
"Ya, kau benar. Aku harus diam karena kita sedang dibuntutin, kan" Intan lalu bersandar di jendela untuk memandang dari kaca spion samping, "Menurutmu, siapa itu?"
Anggasta melirik kesal ke Intan.
"Ah, iya. Kita harus diam karena mereka masih membuntuti kita" Intan berbisik sambil melirik Anggasta.
Anggasta menghela napas panjang lalu membatin, bukan karena kita dibuntutin, Tan, tapi aku kesal mendengar kamu menyebut banyak sekali nama cowok selain namaku.
Intan melirik Anggasta dan kembali berkata lirih, "Aku masih penasaran siapa mereka?"
"Entah, jadi cobalah jangan ganggu aku selama beberapa menit" Anggasta menggeram kesal.
"Oke" Sahut Intan dengan suara lirih.
"Apa kau merasa takut sekarang ini?"
"Tidak"
"Kalau begitu pegangan!" Setelah mengucapkan itu, Anggasta berbelok tajam dan menambah kecepatan. Saat laju mencapai seratus kilometer per jam, Intan berkata pelan, "Oke, bisakah lebih pelan? Aku merasa sedikit pusing dan mual"
"Pegangan lebih erat!" Anggasta berbelok lagi, memasuki jalan bebas hambatan.
"Sial! Kau memang tidak pernah mau menuruti permintaanku!" Intan semakin erat berpegangan.
Anggasta tersenyum tipis lalu dia bertanya, "Kamu bisa nyetir?"
Intan sontak menoleh ke Anggasta dengan senyum ceria dan menyemburkan, "Bisa"
"Sial! Lupakan saja! Kau masih lima belas tahun dan aku bisa kena sanksi kalau membiarkan anak di bawah umur menyetir. Tapi, mereka trus membuntuti kita kalau begini terus aku terpaksa berhenti di sini lalu duel dengan mereka"
"Bisa! Aku bisa. Ini blind spot, kan. Kita berhenti di sini dan buruan tuker tempat duduk. Aku akan menyetir mobil dan kau lakukan yang ingin kau lakukan"
Anggasta masih melakukan mobil dan menoleh ke Intan dengan ragu.
"Ayo! Cepat!"
"Sial!" Anggasta mengumpat kaget lalu dia mengerem dadakan mobil Jeep kesayangannya...... ckiiitttt!!!!!!
Lima menit kemudian Intan sudah melajukan mobil jeepnya Anggasta bertepatan dengan munculnya kembali dua mobil Van hitam yang sedari tadi membuntuti mereka.
"Nyetir model paan, nih?! Katanya bisa nyetir, cih!"
"Dilarang berbicara dengan supir kalau Anda ingin selamat, Tuan!" Sembur Intan kesal.
"Sial!" Anggasta hanya bisa menghela napas panjang.
"Dan dilarang mengumpat di depan anak yang masih di bawah umur" Intan melirik tajam ke Anggasta.
"Dasar......"
"Eh! Nggak boleh ngumpat!" Sembur Intan yang masih melirik tajam Anggasta.
"Terserah!" Geram Anggasta sembari mengeluarkan pistol dari dalam dashboard dan memeriksa pistol itu dengan cepat. Lalu, dia melepaskan pengaman pistol tersebut dan membuka kaca jendela mobil Jeep kesayangannya.
"Bawa Jojo dengan benar! Aku akan menembak ban mobil mereka"
"Jojo?" Intan bertanya tanpa menoleh ke Anggasta karena dia harus fokus menatap ke depan karena jalanan mulai gelap.
"Iya. Mobil ini namanya Jojo" Sahut Anggasta sembari membidikkan pistol ke belakang dari balik kaca jendela.
"Dasar gila! Kau memberi nama ada mobil? Dan namanya Jojo? Sial! Itu nama cewek apa cowok?"
"Dilarang ngumpat, Tan! Kamu masih anak sekolah"
"Gila, gila, gila!!!!!" Pekik Intan kesal.
Anggasta tersenyum tipis lalu terdengarlah suara dooooor!!!!!!
Intan tersentak kaget dan mengerem dadakan mobil Jeep yang diberi nama Jojo itu...... Ckiiittttt!!!!!!!
Sementara di belakang terdengar suara ledakan yang memekakkan telinga saat mobil Van di depan ditembak bannya oleh Anggota dan mobil Van yang ada di belakang menabrak mobil Van yang selip dengan sangat keras dan terjadilah suara ledakan.
Anggasta menoleh kaget dan langsung menonaktifkan pistolnya saat dia mendengar suara isak tangis istri kecilnya.
Anggasta sontak membuka sabuk pengaman dan menarik Intan ke dalam pelukannya. Dia merasakan tubuh Intan bergetar sangat hebat dan seketika itu juga dia menyesali perbuatannya menembak ban mobil Van yang kini sudah terbakar hebat di tengah pematang sawah.
"Ssstttt! Maafkan Mas sudah membuatmu kaget dan takut karena suara pistol" Anggasta terus mengusap lembut kepala Intan.
Sial! Dia pasti teringat kembali suara letusan pistol di masa lalunya. Kenapa aku bisa lupa kalau Intan trauma dengan suara letusan. Batin Anggasta.
Karena panik tubuh istri kecilnya terus bergetar hebat dan Intan terus terisak menangis, Anggasta menciumi wajah Intan dan menghapus airmata Intan dengan bibirnya sambil terus mengusap lembut kepala Intan dan berbisik, "Tenang, Tan. Ssstttt! Sudah aman sekarang. Tenanglah ada Mas"
Namun, Intan masih belum tenang bahkan Anggasta merasakan tubuh Intan semakin bergetar hebat dan isak tangis Intan semakin kencang.
Anggasta mengerang frustasi lalu dia memagut bibir Intan yang tampak gemetar.
Intan tanpa sadar merangkul leher kokoh suami tampannya di saat Anggasta menggigit lembut bibir Intan agar Intan membuka bibirnya sehingga pria tampan itu bisa menyusupkan lidahnya. Lidah Anggasta menari nari menjelajahi mulut manisnya Intan dan suami istri yang baru saja menikah itu saling menghisap dengan penuh gairah.
Pelan pelan Anggasta menarik Intan ke dalam pangkuannya. Anggasta melepas bibi Intan untuk memberikan kesempatan istrinya bernapas sejenak. Anggasta menatap wajah cantik bersemu manis yang ada di depannya dengan debaran jantung yang sangat kencang. Lalu, pria tampan itu mengangkat tangan untuk membelai rahang Intan.
Intan masih merangkul leher kokoh suaminya dan masih memejamkan mata dengan debaran jantung abnormal.
Anggasta kemudian mengerang sambil menundukkan wajahnya lalu dia mencium kedua kelopak mata Intan dengan penuh perasaan sayang, kemudian beralih ke telinga Intan. Intan mendesau saat Anggasta mempererat pelukannya dan gadis berumur lima belas tahun itu tanpa sadar membelai rambut suami tampannya.
Bibir Anggasta sudah mendarat di leher Intan dan pria tampan itu menciumi kulit putih mulus nan wangi dengan menggebu-gebu.
Di belakang telinga Intan, Anggasta memberikan gigitan kecil yang membuat Intan sontak merintih lirih.
Anggasta kembali mencari-cari bibir Intan dengan erangan dan ketidaksabaran. Dan saat dia sudah kembali menemukan bibir manis yang sudah menjadi candu baginya, dia mencium bibir Intan lebih liar dan lebih intens. Saat Intan mengerang lirih, tangan Anggasta tanpa permisi menyelinap masuk ke dalam kaosnya Intan dan mulai bermain-main di atas penutup gundukan kenyal. Anggasta membelai dan meremas dada Intan dengan lembut dan intens sambil terus memainkan lidahnya di dalam mulut manis Isti kecilnya..................
2 iklam mndarat kak