Evelyn hanya seorang gadis desa yang pergi merantau ke kota untuk mencari pekerjaan. Beruntung sekali karena dia mendapat pekerjaan di Mansion Revelton, keluarga kaya nomor satu di Spanyol.
Namun siapa sangka ternyata kedatangannya malah membawa petaka untuk dirinya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MeNickname, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lima
Dengan tubuh yang gemetar, Eve mencoba untuk mengetuk pintu di depannya. Sampai pintu itu terbuka otomatis dari dalam.
Dan tampaklah seorang Keineer yang sangat tampan, mata dan tangannya terlihat begitu sibuk dengan layar monitor di hadapannya.
Di tengah-tengah konsentrasinya Keineer tersenyum tipis, dia pikir Eve tidak akan datang.
"Kemari dan suapi aku!"
... ---...
Eve ragu, dia tidak berani bergerak sama sekali.
"Kau tuli?" kesal Keineer yang sudah merasa kelaparan.
Gadis itu berjingkat kaget karena suara Keineer yang terdengar menyeramkan di telinganya, "Saya.."
"Berani kau melawanku!"
Dengan takut-takut akhirnya mau tidak mau Eve mengambil makanan itu dan berjalan pelan mendekati meja Keineer.
"Duduk!" Keineer menepuk pahanya supaya Eve duduk diatas pangkuannya.
"Disini saja, Tuan." pinta Eve dari sebelah meja.
Terlanjur kesal Keineer langsung menarik tangan Eve sampai air sup di dalam mangkuk yang Eve pegang tumpah ke bagian bajunya.
Keineer menelan ludahnya karena setelan pelayan yang Eve pakai menjadi basah dan mencetak jelas kedua buah dadaanya yang ternyata mempunyai ukuran yang cukup besar. Keineer adalah pria normal jadi jangan salahkan dia jika seperti itu.
"Sa-saya akan membereskannya Tuan." Eve yang panik akan kemarahan Keineer langsung berjongkok ingin membersihkan kekacauan yang ada.
Tapi Keineer langsung menangkap tangan Eve, membuat Eve menoleh takut.
"Ambil saja buahnya, aku sudah lapar!"
"Ba-baik Tuan."
Beruntung Keineer tidak memarahinya. Eve langsung mengambil buah-buahan yang sudah ia potong sebelumnya sebagai hidangan penutup.
"Kemari dan jangan membangkang kecuali kalau kau memang ingin melihatku marah!"
Mau tidak mau Eve pun menurut tanpa protes, gadis itu duduk di atas pangkuan Keineer dengan canggung. Kedua tangannya ia gunakan untuk menyuapi dan memegang piring buah.
Sementara mata Keineer menjadi tidak fokus, tepat di depannya terdapat sebuah pemandangan lain yang bisa membangkitkan sesuatu kapan saja.
Padahal baru tiga hari sang istri pergi tapi gairahnya seakan sudah tidak terkontrol lagi dan biasanya tidak seperti ini. Banyak wanita yang rela merendahkan dirinya bahkan terang-terangan bertelanjaang hanya untuk menjerat seorang Keineer Revelton meskipun mereka semua tahu jika pria itu sudah beristri. Dan tidak satupun dari mereka yang berhasil.
Tapi dengan Eve? Jujur saja sejak pertama kali bertemu Keineer merasa ada sebuah ketertarikan. Padahal dilihat dari segi manapun Eve itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Clara yang lebih dari kata sempurna. Eve hanya seorang pelayan miskin sementara Clara adalah Desainer terkenal.
Mungkinkah tatapan Eve yang selalu menatapnya dengan penuh ketakutan sudah mengusik hatinya. Karena dia menyukai itu.
Keineer memang tidak waras!
Eve yang duduk di atas pangkuan Keineer merasa ada sesuatu yang bergerak dibawah bokongnya, gadis itu berjingkat kaget dengan teriakan yang tertahan.
"Diamlah!" Keineer menggeram kesal karena semakin Eve bergerak maka gairahnya semakin naik.
"Ma-maaf Tuan, ada sesuatu yang bergerak. Sa-saya takut itu kecoa."
What? Kecoa katanya? Pedang tumpulnya yang tampan dan gagah ini disamakan dengan binatang jorok itu? Keterlaluan!
"Kau itu polos atau bodoh?"
Untuk yang ke sekian kalinya Eve menunduk takut, sepertinya dia sudah melakukan kesalahan lagi.
"Aku sedang berbicara, tatap aku!"
"Maafkan saya, Tuan. Jangan menghukum saya lagi." cicitnya.
Cup.
"Itu hukuman untukmu yang selalu membangkang!" ucap Keineer yang melabuhkan ciuman singkat di bibir Eve. Dia tidak merasa jijik sama sekali sudah mencium seorang pelayan.
"Kenapa? Mau lagi?" tanya Keineer karena Eve hanya diam saja, dia terkejut dengan apa yang sudah Keineer lakukan.
Mungkin ini kesempatan Keineer untuk menyicipi bibir mungil pelayannya. Sebagai seorang pria yang sudah berpengalaman Keineer menubrukan bibirnya dengan sangat lembut, giginya menggigit sampai mulut lawan mainnya terbuka dan dengan leluasa dia bisa menerobos masuk.
"Gerakan lidahmu!" geram Keineer.
Eve yang tidak mengerti hanya membalas seadanya tapi siapa sangka ternyata gerakan kecil Eve bisa membuat akal Keineer menghilang. Ciuman lembut yang berubah menjadi menuntut. Dia melupakan Eve yang masih belum terbiasa, gadis itu sudah kesusahan bernafas tapi Keineer masih belum mau melepaskannya.