NovelToon NovelToon
RanggaDinata

RanggaDinata

Status: tamat
Genre:Teen / Tamat / Cintapertama / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Bad Boy / Idola sekolah
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: patrickgansuwu

"Rangga, gue suka sama lo!"

Mencintai dalam diam tak selamanya efektif, terkadang kita harus sedikit memberi ruang bagi cinta itu untuk bersemi menjadi satu.



Rangga Dinata, sosok pemuda tampan idola sekolah & merupakan kapten tim basket di sekolahnya, berhasil memikat hati sosok wanita cantik yang pintar dan manis—Fira. Ya itulah namanya, Fira si imut yang selama ini memendam perasaannya kepada kapten basket tersebut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon patrickgansuwu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21. Ciuman di bawah bintang

Malam telah larut, dan sebagian besar siswa yang mengikuti kegiatan camping mulai kembali ke tenda mereka. Suara api unggun yang berkobar-kobar semakin meredup, menyisakan bara yang menyala lembut. Suasana di perkemahan menjadi hening, hanya sesekali terdengar suara serangga malam dan angin yang berhembus pelan di antara pepohonan.

Di sisi lain perkemahan, Fira dan Rangga berjalan beriringan, menyusuri jalan setapak menuju tepi danau kecil yang tidak jauh dari area camping. Keduanya terdiam, membiarkan keheningan malam menyelimuti mereka. Meski tak banyak kata yang terucap, kehadiran masing-masing sudah cukup memberikan kenyamanan yang mereka butuhkan.

Fira melirik Rangga dari sudut matanya, tersenyum kecil melihat ekspresi tenang di wajah cowok itu. Setelah beberapa bulan penuh ketidakpastian dan drama, mereka akhirnya menemukan momen di mana semuanya terasa damai. Meskipun baru saja menyelesaikan pembicaraan panjang tentang perasaan mereka, Fira merasa lebih dekat dengan Rangga daripada sebelumnya. Ada perasaan lega yang muncul setelah berani mengakui perasaan mereka satu sama lain.

"Lo kedinginan?" tanya Rangga tiba-tiba, menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Fira.

Fira menggelengkan kepala, meski ia memang merasakan sedikit angin dingin yang berhembus. "Enggak, gue baik-baik aja. Udara di sini malah enak."

Rangga tersenyum kecil dan tanpa ragu meraih tangan Fira, menggenggamnya dengan lembut. Sentuhan itu membuat jantung Fira berdebar lebih cepat, tapi bukan karena kegugupan—melainkan karena perasaan hangat yang menjalar di antara mereka.

Mereka akhirnya sampai di tepi danau yang tampak tenang di bawah cahaya bintang. Pantulan bintang-bintang di permukaan air menambah kesan magis pada malam itu. Rangga berhenti sejenak, menatap langit yang bertaburan bintang, lalu menoleh ke arah Fira yang masih menggenggam tangannya.

"Lo tahu, malam ini kayak sempurna banget," kata Rangga pelan, suaranya rendah tapi terdengar jelas di tengah keheningan malam.

Fira menatapnya dan tersenyum lembut. "Iya, gue juga ngerasa gitu. Rasanya semua yang berat akhirnya bisa gue lepasin."

Rangga menatap Fira dalam-dalam, seolah mencari sesuatu yang lebih dalam dari kata-kata yang diucapkan. “Gue seneng kita bisa kayak gini lagi, Fir. Gue pikir gue udah kehilangan lo selamanya.”

Fira mendekat, kini lebih dekat dari sebelumnya. "Gue juga pikir begitu, Rangga. Tapi gue sadar, gue nggak bisa bohong sama hati gue sendiri. Gue masih sayang sama lo."

Mata Rangga berbinar saat mendengar kata-kata itu. Dalam keheningan yang semakin intim, mereka berdua saling mendekat, dan sebelum Fira bisa berkata lebih banyak, Rangga meraih wajahnya dengan lembut. Tanpa banyak bicara, ia menunduk sedikit dan menyatukan bibir mereka dalam sebuah ciuman yang penuh makna.

Ciuman itu tidak hanya sekadar ungkapan fisik, tetapi juga perwujudan dari semua perasaan yang selama ini tertahan—kerinduan, cinta, dan kelegaan. Fira merasakan jantungnya berdetak kencang, tetapi dalam ciuman itu, ia merasa seluruh dunia di sekitarnya menghilang. Hanya ada dia dan Rangga, dua orang yang saling mencintai meski harus melalui banyak keraguan dan ketidakpastian.

Waktu seolah berhenti saat mereka berdiri di bawah langit malam, saling menyatakan perasaan mereka tanpa kata. Angin berhembus lembut, seakan membelai mereka, dan suara air danau yang tenang menjadi musik latar bagi momen tersebut. Ketika akhirnya mereka melepaskan ciuman itu, Fira menatap Rangga dengan tatapan yang penuh kebahagiaan, meski sedikit gugup.

“Rangga…” bisik Fira, tak mampu menyembunyikan senyumnya.

Rangga tertawa kecil, masih menggenggam tangan Fira. “Gue udah lama nunggu momen ini.”

Fira merasakan dadanya bergetar. “Gue juga.”

Namun, di balik semua kebahagiaan dan keheningan yang mereka rasakan, ada sepasang mata yang tidak sengaja menyaksikan momen itu dari kejauhan—Ezra dan Dinda. Mereka sedang berjalan kembali menuju tenda setelah menikmati obrolan ringan di dekat api unggun. Ketika mereka berbelok melewati jalan setapak menuju perkemahan, tanpa sengaja mereka melihat Fira dan Rangga yang tengah berciuman di tepi danau.

Ezra menghentikan langkahnya seketika. Jantungnya seolah terhenti untuk beberapa detik. Meski ia sudah berusaha keras untuk menerima kenyataan bahwa Fira memilih Rangga, melihat mereka berciuman seperti itu tetap menyakitkan. Ciuman itu adalah simbol nyata bahwa Fira benar-benar telah kembali ke pelukan Rangga.

Dinda, yang berjalan di sebelah Ezra, melihat ekspresi cowok itu yang tiba-tiba berubah. Ia mengikuti arah pandangan Ezra dan segera menyadari apa yang terjadi. "Ezra…" bisiknya pelan, seolah ingin menenangkan Ezra.

Ezra tidak langsung merespons. Matanya tetap tertuju pada Fira dan Rangga, yang tampak begitu bahagia bersama. Ada perasaan yang menyesakkan di dadanya, namun ia berusaha untuk menenangkan dirinya. Ini bukan pertama kalinya ia merasakan kehilangan, tetapi kali ini lebih nyata. Ia tahu bahwa ia harus merelakan Fira sepenuhnya, dan ini adalah momen di mana ia harus menghadapi kenyataan tersebut.

Dinda menyentuh lengan Ezra dengan lembut, mencoba memberikan dukungan tanpa kata-kata. Ezra akhirnya menghela napas panjang dan menoleh ke arah Dinda. "Gue baik-baik aja," kata Ezra dengan suara yang terdengar berat, tapi tenang. "Gue harus baik-baik aja."

Dinda mengangguk, meski jelas terlihat bahwa ia khawatir. "Ez, lo nggak harus kuat sendirian. Lo boleh ngerasa sakit. Gue di sini buat lo."

Ezra tersenyum tipis pada Dinda, meski matanya masih menyimpan rasa sakit. “Makasih, Din. Gue nggak akan bohong, ini berat. Tapi gue tahu gue harus ngelaluin ini.”

Mereka berdua terdiam sejenak, hanya berdiri di sana sambil menatap Fira dan Rangga yang masih tidak menyadari bahwa mereka sedang diawasi. Ezra akhirnya menarik napas panjang lagi, mencoba menata kembali emosinya. Ia tahu bahwa apa yang ia lihat barusan adalah tanda bahwa sudah waktunya untuk benar-benar melepaskan Fira dan melanjutkan hidupnya.

“Mungkin ini pertanda kalau gue harus mulai nyari kebahagiaan gue sendiri,” kata Ezra pelan, lebih kepada dirinya sendiri daripada kepada Dinda.

Dinda, yang berdiri di sebelahnya, menatap Ezra dengan penuh pengertian. "Gue yakin lo bisa nemuin kebahagiaan lo sendiri, Ez. Dan gue bakal ada di samping lo, apapun yang terjadi."

Ezra tersenyum, kali ini dengan lebih tulus. “Gue beruntung punya lo sebagai temen, Din.”

Dinda tertawa kecil dan menepuk bahu Ezra. "Dan mungkin lebih dari sekedar temen nanti, siapa tahu?"

Candaan ringan Dinda itu membuat Ezra tertawa kecil, meski hatinya masih sedikit berat. Namun, untuk pertama kalinya sejak kejadian dengan Fira, Ezra merasa bahwa mungkin, hanya mungkin, ada harapan untuk masa depan yang lebih baik.

•••

Di tepi danau, Fira dan Rangga akhirnya menyadari bahwa malam semakin larut. Mereka memutuskan untuk kembali ke tenda, tetapi sebelum pergi, Fira menatap Rangga sekali lagi dengan tatapan yang penuh cinta. “Gue seneng kita akhirnya bisa sampai di titik ini, Rangga.”

Rangga tersenyum lembut, lalu mengecup kening Fira. “Gue juga, Fir. Ini baru awal buat kita.”

Mereka berdua pun berjalan beriringan kembali ke perkemahan, tanpa menyadari bahwa momen intim mereka telah disaksikan oleh Ezra dan Dinda dari kejauhan. Meski ada banyak yang terjadi di antara mereka, Fira dan Rangga kini siap memulai babak baru dalam hubungan mereka—dan begitu pula Ezra, yang secara perlahan mulai membuka hati untuk sesuatu yang baru, sesuatu yang mungkin bisa ia temukan bersama Dinda.

1
Rea Ana
wes fir.... fir... semoga kau tak stress, hidup kau buat tarik ulur, pusing dibuat sendiri
Rea Ana
fira labil
Rea Ana
bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!