Dania adalah wanita yang lemah lembut dan keibuan. Rasa cintanya pada keluarganya begitu besar.
Begitupun rasa cintanya pada sang suami, sampai pada akhirnya, kemelut rumah tangganya datang. Dengan kedua matanya sendiri Dania menyaksikan penghianatan yang di lakukan oleh suami dan kakaknya sendiri.
Penghianatan yang telah di lakukan orang-orang yang di kasihinya, telah merubah segalanya dalam hidup Dania.
Hingga akhirnya dia menemukan cinta kedua setelah kehancurannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ara julyana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. Terbongkarnya Rahasia
Dania duduk di samping Bobby. Siang itu mereka menghabiskan waktu bersama anak-anak.
Hingga Bobby dan anak-anaknya tertidur.
Kring, kring, kring...
Telepon rumah berdering.
Dania mengangkatnya.
"Hallo selamat siang, apa benar ini rumah Sinta?"
"Iya benar, ini dengan siapa?"
"Ini teman kerja Sinta, apa Sintanya ada?"
"Kak Sinta sudah pergi kerja,"
"Maaf bu Sinta sudah dua hari tidak masuk kerja tanpa izin, kemarin dan hari ini, makanya saya menelepon karena ponselnya juga tidak bisa di hubungi dan atasan mencarinya."
Oh kalau begitu nanti saya sampaikan dengan kakak saya,"
"Oke! terimakasih bu,"
Panggilan di tutup.
Dania masih berdiri mematung di dekat telepon.
"kak Sinta nggak kerja kemarin, lalu kemana ia seharian bahkan pulang sampai larut malam dan dia bilang pergi dengan teman-temannya, ya Tuhan, ternyata kak Sinta berbohong, apa yang di lakukan kakakku itu sebenarnya? kalau saja mas Bobby tidak menjelaskan dan meyakinkanku aku pasti sudah curiga pada mereka berdua, karena sama-sama pergi dari rumah tapi nggak kerja," Dania membatin, ia tampak berpikir keras, memikirkan apa yang telah Sinta lakukan.
Bik Titin melihatnya lalu menghampirinya.
"Non, ada apa?" tanya bik Titin.
"Kak Sinta bik, kemana dia? teman kantornya menelepon dia tidak kerja dua hari, padahal dia pergi kerja dari rumah."
"Jangan mudah percaya sama orang lain non."
"Orang lain? maksud bibik teman kerja kak Sinta berbohong?"
"Bukan teman kerjanya, tapi non Sinta yang tidak jujur."
"Maksud nya gimana bik?"
"Non, mari ikut bibik?"
Bik Titin melangkah ke sudut ruangan rumah. Disana ada sebuah kamar yang pintunya tertutup rapat. Sudah bertahun-tahun kamar itu tidak di buka.
"Non, tolong buka kamar ini, ada sesuatu yang ingin bibik tunjukkan."
"Apa yang ingin bibik tunjukkan dari dalam kamar papa ini bik?"
"Bukalah saja non, ada rahasia besar yang akan bibik ceritakan sama non Dania hari ini."
Dania masih bingung. Tapi ia tetap menuruti permintaan bik Titin. Rasa panasarannya akan apa rahasia yang di simpan bik Titin pun begitu besar.
Krieet...
Pintu yang telah lama terkunci itu menimbulkan suara saat di buka.
Bik Titin mencari-cari sesuatu di dalam lemari. Dia menemukan map itu. Map yang dulu pernah di simpannya dengan rapi atas perintah tuan Ardian.
Di dalam map itu ada kartu keluarga yang berisi tuan Ardian sebagai kepala keluarga, lalu istrinya bernama Diana dan satu-satunya anak mereka Dania. Akta lahir Dania. Dan berkas-berkas nyonya Desi beserta Sinta.
Setelah melihat dan membaca semuanya Dania langsung paham.
"Jadi, mama Desi itu bukan mama kandungku bi? dan kak Sinta dia juga bukan kakak kandungku?" air mata Dania menetes. Dia menangis sesenggukan.
"Bukan non, mama kandung non Dania adalah nyonya Diana."
"Lalu kenapa mama Desi begitu menyayangiku bi, bahkan mama lebih menyayangiku dari pada kak Sinta anak kandungnya," air mata Dania masih terus jatuh, dia bicara dengan sesenggukan.
"Karena nyonya Desi memang orang baik, dan nyonya Desi merasa berhutang budi pada tuan, jadi begitulah cara nyonya membalasnya."
Kemudian bik Titin menceritakan semuanya, dari awal nyonya Desi dan tuan Ardian bertemu hingga nyonya Desi meninggal.
"Jadi, waktu itu mama pinsan setelah berdebat dengan kak Sinta?"
"Iya non, nyonya Desi memang orang baik, tapi tidak dengan anaknya!"
"Maksud bibik?"
"Non, bibik pernah memergoki tuan Bobby keluar dari kamar non Sinta pagi-pagi buta!" ucap bik Titin, ia nampak tidak tenang, kepala berkali-kali menoleh ke belakang, takut kalau tiba-tiba Bobby datang.
"Apa bik?" Dania tidak meneruskan ucapannya, dia membekap mulutnya dengan telapak tangannya.
Dania melihat kepanikan di wajah bik Titin. Ia lalu berdiri dan menutup pintu kemudian menguncinya.
"Apa bibik yakin apa yang bibik lihat?" tanya Dania memastikan.
"Bibik sangat yakin non, bibik berani sumpah demi Allah bibik melihat tuan Bobby mengendap-endap keluar dari kamar non Sinta."
"Kapan itu bik?"
"Saat bibik non suruh datang pagi-pagi sekali dan buat bubur kacang hijau non."
Dania teringat malam itu ia memergoki Sinta memakai lingerie yang sangat seksi dan parfum yang sangat wangi.
"Aku percaya sama bibik," Dania sekuat mungkin menahan agar air matanya tidak jatuh, namun air mata itu sudah menganak sungai di matanya.
Bik Titin mengusap lembut pundak Dania, seolah sedang memberi kekuatan untuk majikannya.
"Apa mas Bobby tahu, soal kak Sinta kalau ternyata kak Sinta bukankan kakak kandungku bik?"
"Tuan Bobby tau segalanya, yang bibik tahu dari cerita nyonya Desi dulu, tuan Bobby dan non Sinta itu pacaran non. Besok saat mereka keluar rumah bibik akan cerita semuanya. Sekarang non jangan lakukan apa-apa, pura-pura tidak tahu saja seperti biasanya. Tapi non harus hati-hati sepertinya mereka punya niat jahat."
🍀🍀🍀
Ketika malam tiba.
Dania di dalam kamar sudah memakai lingerie seksi yang di belinya saat belanja itu.
Ia membeli lingerie itu karena teringat Sinta yang pernah di lihatnya malam-malam memakai lingerie seksi.
Kalau Sinta yang sudah tak bersuami saja bisa memakai lingerie, kenapa dia tidak? bukankah itu bagus untuk menarik perhatian suaminya. Hal itulah yang dulu di pikirkannya makanya ia membeli lingerie itu.
Tapi saat ini ia memakai lengerie itu bukan untuk menggoda Bobby. Awalnya ia berniat begitu karena ia juga sangat merindukan sentuhan suaminya.
Namun setelah mendengar cerita bik Titin yang memergoki Bobby keluar dari kamar Sinta, Dania jadi ilfil pada suaminya. Saat ini ia hanya ingin melihat reaksi Bobby jika melihatnya memakai pakaian itu.
Bobby masuk ke dalam kamar dan melihat Dania dari atas hingga bawah.
Jantungnya berdetak kencang melihat keseksian istrinya malam ini. Tidak munafik walaupun ia tidak mencintai Dania tapi dia laki-laki normal dan wajar saja jika ia bernafsu melihat Dania berpakaian minim seperti itu.
Namun Bobby pun berada di bawah tekanan Sinta. Dalam sehari ini puluhan kali Sinta mengirim pesan bahkan meneleponya berkali-kali hanya untuk mengatakan jangan menyentuh Dania.
Tapi untuk saat ini sepertinya Bobby telah melupakan Sinta.
Bobby mendekat ke Dania. Lalu merengkuh tubuh Dania dalam pelukannya. Di ciuminya leher Dania dengan beringas seperti singa yang ingin menerkam mangsanya.
Namun Dania tidak merasakan apapun lagi. Ia sudah mati rasa sejak tadi siang.
Sekarang yang ia lakukan hanya bagian dari rencananya yang hanya dia yang tahu.
Dania melepas pelukan Bobby.
"Sayang, apa kamu tidak merindukanku?" tanya Bobby.
"Tentu aku sangat merindukanmu mas, istri mana yang tidak merindukan suaminya yang sudah sekian lama tidak menyentuhnya, aku ambil minum dulu ya sayang aku haus banget," lalu tanpa memperdulikan Bobby yang terengah-engah karena sedang di balut nafsu, Dania keluar kamar.
Ia turun ke lantai bawah. Di ambilnya dua botol kecil air mineral dari dalam kulkas. Dengan sengaja di laluinya kamar Sinta.
Dania menjatuhkan botol yang di pegangnya dengan kuat sampai botol itu pecah dan airnya berserakan di lantai.
"Auuuuh," jerit Dania, tepat di depan pintu kamar Sinta yang sedikit terbuka.
Mendengar suara gaduh, Sinta pun keluar, Saat berjalan di depan pintu dengan buru-buru, tiba-tiba kakinya terpeleset. Alhasil Sinta pun terjatuh dalam keadaan terduduk.
"Aduhhh uhhh sakit," jeritnya sambil megangi bokongnya yang basah.
"Eh kakak, kenapa?" Dania tampak menyunggingkan senyum di sudut bibirnya sebelum menoleh kebelakang.
"Aduh, pake nanya lagi, kakak jatuh Nia! air apa ini kenapa bisa ada di lantai?" Sinta terperangah saat pandangannya ke atas menatap tubuh seksi Dania yang mengenakan lingerie seksi.
"Kenapa kamu memakai pakaian seperti itu Nia?" Sinta bertanya tanpa matanya berkedip sedikitpun menatap Dania.
"Heloooow, kakak lupa ya? aku punya suami kak, ya wajarlah aku pakai pakaian seperti ini untuk menyenangkan suamiku," Dania menjawab dengan suara manja yang di buat-buatnya.
Sekilas Dania melihat raut kekesalan di wajah Sinta.
"Heeehm!!! Sebelum aku menendang kalian berdua dari rumahku, aku akan bermain-main sedikit dengan kalian!" ketusnya Dalam hati.
"Oh iya aku minta parfum kakak yang wanginya tahan lama itu ya, mas Bobby pasti senang," tanpa menunggu jawaban Sinta Dania langsung masuk dan menyemprotkan parfum milik Sinta ke tubuhnya.
Sinta menarik nafas. Ia tidak bisa berkata apa-apa selain menyaksikan tingkah adiknya dengan hati yang terasa sakit, karena merasa di hianati oleh Bobby. Kekasihnya.
Bersambung......