Follow IG : renitaaprilreal
Anna menikah di usia 20 tahun. Selama 5 tahun menjalin pernikahan, Anna masih belum di beri keturunan.
Dimas Narendra, suami dari Anna sangat menginginkan kehadiran seorang anak dalam rumah tangganya.
Anna sudah berusaha untuk melakukan segala cara. Namun hasilnya nihil, Anna masih belum bisa di beri keturunan.
Dimas lalu menikah lagi dengan seorang wanita yang sebaya dengan istrinya. Lisa adalah nama dari wanita itu.
Lisa teman satu kantor dari Dimas. Sebagai seorang istri, Anna berusaha untuk ikhlas menerima dirinya di poligami.
Di tengah keterpurukan, Anna berusaha untuk bangkit kembali. Dia berusaha untuk membalikan keadaan yang ada.
Sosok pria tampan bernama Rey hadir di tengah-tengah kekosongan hati Anna.
Note :
Harap bijak dalam membaca.
Menceritakan masalah poligami dan perselingkuhan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon renita april, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Lisa meminta bantuan kepada para suster untuk membawa Dimas yang terluka parah. Lisa sudah menangis melihat Dimas yang babak belur di pukuli. Dimas segera di bawa ke ruang tindakan.
Dimas meringis sakit karna luka di tubuhnya. Suster serta Dokter segera melakukan perawatan. Dokter keluar setelah selesai melakukan tugasnya. Lisa langsung saja bertanya kepada Dokter.
"Dok ... gimana keadaan suami saya?" tanya Lisa.
"Jangan khawatir! suami Anda menderita luka sayatan. Saya sudah memberinya obat pereda nyeri dan salep untuk lukanya," tutur Dokter.
Lisa mengusap dadanya. "Terima kasih, Dok!"
Lisa masuk ke dalam ruang perawatan. Dimas sudah terbaring di atas brangkar pasein. Lisa meringis melihat luka-luka di tubuh suaminya.
"Mas ... kamu ada buat salah sama seseorang?" tanya Lisa.
Dimas mengeleng. "Tidak ada ... tapi mereka bilang, aku punya masalah dengan bos mereka."
Dimas masih merasakan sakit yang amat sangat di sekujur tubuhnya. Dia di pukuli oleh enam orang sekaligus. Dimas sendiri tidak tahu siapa bos yang menyuruh berandalan itu memukuli dirinya.
Lisa memikirkan ucapan dari Dimas. Suaminya itu di pukuli dengan tali pinggang. Itu sehari setelah Dimas memukuli Anna dengan tali pinggang.
"Mas ... mungkin saja Anna yang melakukan ini. Kamu kemarin memukuli dia," ujar Lisa.
Dimas mendelik akan ucapan dari Lisa. "Jangan menuduh istriku sembarangan. Tidak mungkin Anna melakukan itu!"
Lisa merengut. "Itu kemungkinan terbesarnya. Kamu juga di pukuli dengan tali pinggang."
Lisa melihat jam di pergelangan tangannya. Hari sudah sore dan dia merasa perutnya lapar. Lisa juga tidak betah berada di rumah sakit. Perutnya merasakan mual mencium aroma desinfektan.
"Mas ... aku mau pulang. Kamu di haruskan menginap satu malam. Aku tidak betah jika lama-lama disini," ucap Lisa.
"Lho ... aku siapa yang layani?" tanya Dimas.
"Panggil Anna saja. Aku pulang, besok aku ke sini lagi," kata Lisa.
Lisa langsung saja keluar dari ruang perawatan. Dia malas jika harus menunggu Dimas di rumah sakit. Lisa tidak bisa jika harus berbaring di atas sofa.
Dimas hanya mengeleng melihat kepergian istrinya. Dia meraih ponsel untuk menghubungi Anna. Dimas mendial nomor Anna namun istrinya itu tidak mengangkat telepon darinya.
Dimas sekali lagi mendial nomor Anna. Lagi-lagi Anna tidak mengangkat telepon darinya. Dimas berdecak kesal. Saat sakit begini para istrinya tidak ada yang menemani. Percuma saja dia mempunyai dua istri.
"Anna ... aku tahu kamu marah. Tapi angkat telepon dariku. Aku membutuhkan kamu disini," lirih Dimas.
Sebuah pesan baru masuk ke dalam ponsel Dimas. Pesan itu dari Anna. Dimas meraih ponsel lalu membaca pesan dari istrinya itu.
~ Jangan mengangguku untuk saat ini. Aku butuh ketenangan, Anna.
Dimas lalu membalas pesan dari Anna.
~ Aku terluka sayang, aku di rumah sakit sekarang, Dimas.
Satu pesan baru, masuk lagi dari Anna.
~ Saat aku terluka, kamu tidak di sisiku. Tapi, saat kamu terluka, kamu malah membutuhkan diriku. Kamu punya istri yang lebih kamu prioritaskan. Minta saja dia yang merawat kamu, Anna.
Dimas menelepon Anna, tapi nomor ponsel Anna sudah tidak aktif lagi. Dia juga mengirim pesan pada Anna. Tapi pesannya itu tidak masuk.
Dimas mengusap wajahnya. Dia merasa bersalah karna tidak bersikap adil. Tapi mau bagaimana lagi, Lisa memang lebih penting karna sedang mengandung.
Rey menghapus semua pesan yang di kirim oleh Dimas. Dia juga menonaktifkan ponsel Anna. Rey tengah berada di butik untuk menjemput Anna. Ponsel Anna berdering saat kekasihnya itu tengah berada di dalam kamar mandi.
Rey yang membalas semua pesan yang di kirim oleh Dimas. Dugaan Rey benar adanya. Saat terluka, Dimas malah meminta Anna untuk merawatnya. Tapi Rey tidak akan membiarkan kekasihnya itu di jadikan pembantu oleh Dimas.
Sebagai seorang istri Anna memang wajib melayani Dimas. Tapi Dimas hanya memperlakukan Anna di saat dia butuh saja.
Anna keluar dari kamar mandi. Rey memasang wajah manisnya. Dia juga sudah meletakan ponsel Anna di tempatnya semula.
"Rey ... kita pulang yuk," ujar Anna.
Rey bangkit dari duduknya. "Kita tidak akan pulang. Kita akan pergi berlibur sebentar."
Anna mengernyit. "Kemana?"
Rey merangkul bahu Anna. "Ada deh ... kamu ikut saja."
Rey mengandeng Anna turun ke bawah. Karyawan Anna yang melihat itu, hanya diam. Mereka tidak mau ikut campur urusan dari atasan mereka. Anna juga cuek saja akan tatapan dari mereka.
Rey membukakan Anna pintu mobil. Anna masuk kemudian di susul oleh Reyhan. Mobil segera melaju menuju bandara. Rey akan mengajak Anna berlibur di kota B.
Anna menatap wajah Reyhan yang membawanya menuju bandara. Dia seolah bertanya-tanya kemana Reyhan akan membawa dirinya.
"Rey ... kita mau kemana?" tanya Anna.
"Kita liburan ke kota B," jawab Rey.
Anna menghela. "Hah ... kamu benar, aku butuh liburan sepertinya. Aku ingin melupakan barang sejenak masalahku dengan Dimas."
Rey tersenyum mendengarnya. Anna tidak lagi membantah apa yang di ucapkan olehnya. Seharian ini Anna juga tidak menyebut nama Dimas.
Mobil sampai di bandara. Rey dan Anna di sambut oleh para pria berbaju hitam. Mereka adalah anak buah Rey. Anna dan Rey akan mengunakan jet pribadi menuju kota B.
Anna dan Rey naik ke dalam pesawat. Anna duduk di sebelah Reyhan. Pilot mulai menerbangkan pesawat ke angkasa. Anna merebahkan kepalanya di pundak Reyhan.
Sekitar 2 jam penerbangan, barulah Anna dan Rey sampai di kota B. Mereka berdua kembali di sambut oleh para bawahan berbaju hitam. Anna dan Rey masuk ke dalam mobil. Rey akan membawa Anna menuju vila miliknya.
Anna menatap takjub akan suasana asri di kota B. Udara yang masih bersih serta pemandangan pantai yang sangat indah. Mobil telah sampai di vila. Supir membukakan pintu mobil majikannya.
"Wah ... mewah sekali vila ini." Anna menatap kagum bangunan megah di hadapannya.
"Ayo kita masuk," ucap Rey.
"Rey ... aku tidak punya baju ganti," ucap Anna.
"Tenang saja ... aku sudah siapkan semuanya," kata Rey.
Anna kaget mendengarnya. "Kapan?"
"Aku sudah menelepon bawahanku disini. Mereka telah menyiapkan semua kebutuhan kita selama disini," tutur Rey.
"Sultan mah, beda. Apa saja bisa di lakukan," ucap Anna.
Rey terkekeh mendengarnya. Dia lalu menatap wajah Anna. "Ada yang tidak bisa aku lakukan."
"Apa?" tanya Anna.
"Memiliki kamu seutuhnya," jawab Rey.
"Reyhannn," lirih Anna.
Rey membawa Anna ke dalam pelukannya. Dia mengecup kening Anna. Rey sudah sangat mencintai Anna. Dia sudah tergila-gila pada istri Dimas itu.
Sebentar lagi Anna, kamu akan menjadi milikku seutuhnya, batin Reyhan.
Reyhan ... dengan sikap manismu seperti ini, aku merasa tersentuh, batin Anna.
TBC
Dukung Author dengan vote, like dan juga koment.