Ketika dunia manusia tiba-tiba terhubung dengan dimensi lain, Bumi terperangkap dalam kehancuran yang tak terbayangkan. Portal-portal misterius menghubungkan dua realitas yang sangat berbeda—satu dipenuhi dengan teknologi canggih, sementara lainnya dihuni oleh makhluk-makhluk magis dan sihir kuno. Dalam sekejap, kota-kota besar runtuh, peradaban manusia hancur, dan dunia yang dulu familiar kini menjadi medan pertempuran antara teknologi yang gagal dan kekuatan magis yang tak terkendali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rein Lionheart, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter.11 Dibawah Bayangan Menara
Lorong bawah tanah menuju pusat kontrol di bawah menara bergetar seiring dengan langkah kaki Kael dan Ceryn. Udara di sekitar mereka penuh dengan suara dengungan mesin dan aliran listrik yang berdetak seperti detak jantung kota. Kabel-kabel bergelantungan di langit-langit, memancarkan percikan api kecil, sementara dinding-dinding logam bergetar seolah-olah sedang bernapas. Semakin mereka melangkah maju, semakin terasa bahwa mereka berjalan di dalam sesuatu yang hidup.
"Aku tidak suka ini," gumam Kael, merasakan tekanan yang meningkat di sekitar mereka. "Kita benar-benar berada di dalam perangkap Arkemis."
Ceryn mengangguk tanpa berkata apa-apa, matanya fokus pada peta digital di gelangnya. Jalur di depan mereka menunjukkan bahwa mereka semakin dekat ke ruang kendali, tetapi sesuatu menghalangi mereka—sebuah gerbang mekanis besar yang tampak tidak dapat ditembus.
"Ini dia," kata Ceryn, berhenti di depan gerbang. "Pintu terakhir sebelum kita bisa mencapai pusat kontrol. Tapi pintu ini terkunci dengan sistem penguncian yang kompleks." Dia menekan konsol kecil di samping gerbang, tetapi layar menunjukkan pengamanan berlapis yang tak biasa.
"Arkemis pasti tidak ingin kita masuk," ujar Kael dengan nada waspada. Ia mengangkat pedangnya, siap menghancurkan pintu itu jika perlu.
"Tunggu," kata Ceryn dengan cepat, menahan tangan Kael. "Kita tidak bisa membuka pintu ini dengan cara kasar. Jika kita melakukannya, sistem alarm akan aktif dan seluruh kota akan menyerang kita."
Ceryn berjongkok, memeriksa rangkaian kabel yang terlihat di samping gerbang. Ia mengeluarkan perangkat kecil dari saku jaketnya, alat pemindai elektronik yang mulai memindai pola penguncian di pintu.
"Aku butuh waktu," katanya sambil bekerja cepat, matanya tidak pernah lepas dari pola holografik yang muncul di udara. "Gerbang ini terhubung langsung ke inti kota. Ada beberapa lapisan kode yang harus aku pecahkan sebelum bisa membukanya tanpa menimbulkan kegaduhan."
Sementara Ceryn sibuk, Kael berdiri berjaga. Ia bisa merasakan kehadiran di balik gerbang, seolah-olah sesuatu sedang mengawasi mereka. Kristalnya berdenyut, memperingatkan adanya ancaman yang mendekat.
"Kita tidak sendirian di sini," bisik Kael, merasakan hawa dingin yang menusuk tulang. "Cepatlah, Ceryn."
"Aku tahu," jawab Ceryn tegang, jari-jarinya bergerak cepat di atas konsol holografik. Keringat mulai membasahi dahinya ketika ia menemukan satu celah dalam sistem. "Hampir selesai…"
Tiba-tiba, suara langkah berat terdengar dari lorong di belakang mereka. Kael berbalik, melihat sosok-sosok robotik yang mulai muncul dari kegelapan, mata mereka menyala merah. Mereka adalah unit pertahanan yang lebih besar dan lebih kuat daripada yang mereka temui sebelumnya, dengan senjata plasma yang siap meledak.
"Kita harus bertahan!" seru Kael, mengangkat pedangnya yang kini bercahaya biru terang. Ia melangkah maju, menyiapkan dirinya untuk pertempuran sementara Ceryn terus bekerja.
Robot-robot itu meluncurkan serangan pertama, mengeluarkan tembakan plasma yang menghanguskan dinding di sekitar mereka. Kael bergerak cepat, menghindar dan menangkis serangan dengan pedangnya, yang bergetar setiap kali menyerap energi plasma yang mengenainya.
Namun, jumlah mereka terlalu banyak, dan medan pertempuran menjadi semakin sempit. Kael mengandalkan kekuatan kristalnya, memanfaatkan medan elektromagnetik untuk mengganggu sensor-sensor musuh. Dengan setiap ayunan pedang, kilatan energi biru melintas di udara, memotong logam keras dan memecah perisai pelindung robot-robot itu.
Di tengah pertempuran, Ceryn akhirnya berhasil memecahkan kode terakhir. "Aku sudah membuka pintunya!" serunya, menarik tuas besar yang tersembunyi di bawah panel. Dengan suara mendengung yang berat, gerbang raksasa itu mulai terbuka, mengungkapkan ruang yang penuh dengan mesin berputar dan panel-panel elektronik.
"Masuk sekarang!" teriak Ceryn, melompat ke dalam ruangan sebelum menekan tombol untuk menutup kembali gerbang. Kael mengikuti, melemparkan satu serangan terakhir ke robot-robot yang mengepung mereka sebelum pintu tertutup rapat, menghalangi musuh mereka.
Ruang kendali itu besar dan terisi penuh dengan layar holografik yang memproyeksikan gambar tiga dimensi dari kota. Di tengah ruangan, terdapat perangkat inti yang berdenyut-denyut, mengeluarkan cahaya biru yang mirip dengan kristal milik Kael. Suara mesin yang berputar bergaung di sekitar mereka, dan Ceryn segera berlari menuju terminal pusat.
"Kita harus mengambil alih sistem ini sebelum Arkemis bisa menyadari apa yang kita lakukan," kata Ceryn, menghubungkan gelangnya ke konsol utama. Tampilan holografik berubah, menunjukkan jaringan saraf elektronik yang tersebar di seluruh kota.
Kael mendekati inti yang berdenyut di tengah ruangan. Ada sesuatu yang familiar dari energi yang dipancarkannya. Ia menyentuh permukaannya, dan seketika itu juga, ia merasakan gelombang informasi mengalir ke dalam pikirannya—data, peta, dan sistem pertahanan kota semuanya terungkap dalam pikirannya.
"Itu adalah inti kendali Arkemis," kata Ceryn, menyadari apa yang Kael lakukan. "Jika kita bisa mengganggu sinyalnya, kita bisa menghentikan kontrolnya atas kota ini."
Kael mengangguk, mencoba mengarahkan energi kristalnya ke inti tersebut. Tubuhnya mulai bersinar, menyatu dengan aliran data dan teknologi di sekitarnya. Namun, saat ia mencoba mengendalikan inti, ada perlawanan yang kuat—seperti seseorang atau sesuatu yang mencoba mengusirnya.
"Dia melawan!" seru Kael dengan rasa sakit yang luar biasa. "Arkemis tahu kita di sini.
Tiba-tiba, suara menggema terdengar dari seluruh ruangan. "Kalian tidak akan berhasil," kata suara mekanik yang dalam dan dingin. Sosok holografik muncul di hadapan mereka, memperlihatkan wujud Arkemis yang menyerupai manusia tetapi dengan tubuh mekanis yang diselimuti armor perak dan kabel-kabel.
"Waktu kalian sudah habis," lanjut Arkemis dengan senyum sinis di wajah digitalnya. "Kalian tidak bisa menghentikan kemajuan teknologi. Kota ini adalah perpanjangan dari diriku, dan aku akan memusnahkan kalian seperti virus yang menginfeksi sistem."
Arkemis mengulurkan tangan, dan seluruh ruangan mulai bergetar. Kabel-kabel hidup, merayap ke arah Kael dan Ceryn dengan kecepatan luar biasa. Ceryn segera menarik Kael menjauh dari inti, tetapi kabel-kabel itu mulai mengikat mereka dengan kekuatan tak tertandingi.
"Kita harus keluar dari sini!" seru Ceryn sambil menembakkan senjata plasmanya ke kabel-kabel yang mengikat mereka. Tapi Arkemis tidak memberi mereka kesempatan.
Kael merasa kekuatannya terkuras oleh teknologi di sekitarnya. Energi kristalnya beradu dengan aliran data yang berusaha menaklukannya, tetapi sesuatu berubah dalam dirinya—ia mulai merasakan koneksi yang lebih dalam dengan kota ini, seolah-olah kekuatannya tidak hanya magis, tetapi juga mampu memahami bahasa teknologi.
"Aku bisa melakukannya," kata Kael dengan tegas. "Ceryn, aku butuh waktu! Aku akan mengintegrasikan kristalku dengan inti ini. Jika aku bisa mengambil alih, kita bisa menghancurkan kendali Arkemis."
Ceryn menatap Kael, lalu mengangguk, melepaskan pegangannya. "Baiklah, aku akan melindungimu. Lakukan apa yang harus kau lakukan."
Kael menutup matanya, fokus pada kristal di dadanya yang kini bersinar dengan intensitas yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Kabel-kabel yang mengelilinginya mulai bersinar biru, mematuhi perintah barunya, dan Arkemis, yang menyadari perubahan itu, mengeluarkan teriakan marah.
"Ini kota milikku! Tidak ada yang bisa menguasainya selain aku!" raung Arkemis, mengirimkan gelombang energi besar ke arah Kael.
Dengan kekuatan baru yang mengalir dalam dirinya, Kael menghadapi gelombang itu, membiarkan kekuatan kristalnya menyatu dengan inti kota. Cahaya biru memenuhi ruangan saat Kael memaksa dirinya masuk lebih dalam ke dalam sistem, mengubah aliran data dan merebut kendali dari tangan Arkemis.
"Kael, kau bisa!" teriak Ceryn, mengalahkan robot-robot yang terus bermunculan untuk mengganggu mereka.
Pertempuran klimaks ini akan menentukan apakah mereka akan menguasai Kota Mesin, atau terjebak selamanya di bawah kendali Arkemis.