Brahma Satria Mahendra merasa lelah dengan banyak wanita yang terus mendekati serta mengejarnya. Kedua orang tuanya terutama sang ibu sering kali mendesaknya untuk segera menikah. Pernah mencintai dan berpacaran cukup lama dengan sahabatnya sejak SMA bernama Ajeng Notokusumo. Namun hubungannya kandas di tengah jalan karena Ajeng memilih fokus kuliah dan mengejar cita-citanya di luar negeri. Membuat hati Brahma tumpul dengan yang namanya cinta.
Brahma menyodorkan sebuah kontrak pernikahan pada gadis asing bernama Starla yang baru ia kenal di stasiun. Takdir membawa keduanya dalam sebuah pernikahan tanpa cinta. Hanya sekedar rasa tanggung jawab semata. Tanpa sengaja Brahma telah mengambil kesucian Starla yang dikenal sebagai primadona gang Ding Dong sekaligus klub malam ternama yakni Black Meong, karena pengaruh obat dari seseorang. Tanpa Brahma tahu, hidup Starla tak lama lagi.
Bagaimana kehidupan pernikahan kontrak mereka selanjutnya yang tak mudah ?
Bagian dari novel : Bening🍁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 - Ajeng Berulah (Senjata Makan Tuan)
"Aaaaa !!" jerit Ajeng kala dirinya terbangun, ia berada di dalam kamarnya tepatnya di atas ranjang tengah memeluk seorang pria. Namun bukan Brahma yang ia peluk, tetapi sahabatnya yang begitu menyebalkan baginya. Raviandra Nugroho.
Bagaimana bisa Ravi yang bersamanya saat ini, padahal semalam yang ia tahu dirinya sedang bersama Brahma di ruang karaoke ?
Sedangkan laki-laki yang tengah tertidur dalam posisi tengkurap itu perlahan mulai terbangun. Sebab, ia mendengar suara teriakan dari sahabat sekaligus wanita yang diam-diam sejak dulu dicintainya itu hingga telinganya seperti akan terbakar. Sangat kencang sekali suara Ajeng.
"BANGUN !! Jomblo karatan brengsek!" maki Ajeng seraya menarik selimut guna menutupi tubuhnya yang sedang polos tanpa sehelai benang pun. Ia juga memukul-mukul punggung Ravi yang juga polos karena tak memakai baju.
"Hoam..." Ravi pun menguap dan mulai membuka matanya. Lalu ia membalikkan tubuhnya dan kini menjadi posisi telentang.
"Apa yang sudah kamu lakukan padaku, hah?" desis Ajeng.
"Ya pastinya terjadi begituan, Jeng." Ravi pun menjawabnya enteng seraya masih sibuk mengucek matanya dan menumpulkan nyawanya karena baru bangun tidur.
"Maksudmu begituan, gimana? Jelaskan!" bentak Ajeng berapi-api.
"Astaga, masa begituan harus aku jelaskan secara rinci sih. Kayak Mamaku saja kalau bikin resep kue bolu harus detail dari A-Z. Apa kamu enggak malu kalau aku cerita? Mulai dari kamu narik aku ke kasur, menciumku secara bru*tal terus bajuku kamu robek sampai tak jelas bentuknya, setelah itu_" seketika ucapan Ravi terpotong.
"RAVI BRENGSEK !!" pekik Ajeng.
Bantal, guling dan benda apapun yang ada di sekitarnya, dilempar oleh Ajeng pada Ravi. Tanpa sadar selimut yang menutupi area bagian dada Ajeng pun mel0rot.
"Kamu masih pengin, Jeng?" ledek Ravi seraya tersenyum tipis melihat mahoni kembar milik Ajeng yang ranum tak tertutup apapun. Semalam dirinya telah berhasil mencicipinya tanpa sengaja karena Ajeng sendiri yang menyerahkan tubuhnya. Ajeng yang dalam kondisi mabuk plus terkena obat perang_sang, otomatis mengira bahwa Ravi adalah Brahma.
"Maksudmu?"
"Lah itu selimut kamu buka begitu. Apa itu sebuah kode bahwa kamu mau kita ngelakuin ronde kedua?"
"Haissh !! Tutup mata kamu!"
"Hehe..." Ravi pun nyengir tanpa dosa di depan Ajeng.
"TUTUP MATA, RAVIANDRA NUGROHO!" pekik Ajeng.
"Oke, aku tutup mata. Tapi setelah itu kita perlu bicara,"
"Bicara soal apa, hah?"
"Semuanya," jawab Ravi dalam kondisi mata yang terpejam.
"Brahma ke mana?"
"Ya ngapain bahas Brahma. Sejak semalam dia pastinya kekepin bininya lah. Semoga saja Starla enggak pingsan digarap sama Brahma,"
"Enggak ada yang perlu kita bicarakan. Setelah ini kamu keluar dari kamarku!" bentak Ajeng yang masih sangat kesal dengan Ravi.
"Lah kamu harus tanggung jawab, Jeng."
"Bukannya kebalik. Kamu yang sudah mengambil semuanya dariku, Rav. Hiks...hiks...hiks..." Ajeng pun seketika menangis dan menutupi wajahnya karena ia baru saja melihat bercak noda darah di atas sprei putih kamar hotelnya. Pertanda dirinya sudah tak suci lagi karena sesuatu yang penting itu telah diambil oleh Ravi.
Padahal ia berharap kesuciannya untuk Brahma bukan pria lain apalagi Raviandra Nugroho. Rencana yang telah ia susun sedemikian rupa harus gagal total dan justru menjadi bumerang bagi dirinya sendiri.
"Aku pasti tanggung jawab ke kamu, Jeng. Tapi, kamu juga wajib tanggung jawab ke aku."
"Tanggung jawab apaan?" cecar Ajeng tak terima jika dirinya harus bertanggung jawab pada Ravi. Menurut pemikiran Ajeng, dirinya adalah korban dan Ravi adalah tersangka.
Lantas kenapa dirinya harus bertanggung jawab pada Ravi ?
"Keper_jakaanku hilang karena sudah kamu ambil," jawab Ravi enteng.
"RAVI !!" pekik Ajeng kembali yang gemas dengan tingkah Ravi. Ajeng semakin d0ngkol pada Ravi. Benar-benar sial.
☘️☘️
Flashback On.
Beruntung Brahma baru sedikit meminum jus jeruk miliknya. Sehingga efek obat perang_sang tersebut tidak mendominasi dirinya. Ia masih memiliki kesadaran untuk menolak Ajeng.
Sedangkan Ajeng sendiri tampak lebih beri_ngas daripada Brahma karena wanita ini sebelumnya minum alkohol cukup banyak hingga membuatnya mabuk. Alhasil tanpa sadar ia mengambil gelas milik Brahma dan ikut meneguk sisa jus jeruk yang tercampur obat perang_sang tersebut hingga habis tak bersisa yang ia kira gelas itu adalah minuman miliknya.
Ya, Ajeng Notokusumo sengaja menyuruh seorang pelayan untuk memasukkan zat afrodi*siak ke dalam jus jeruk milik Brahma. Semua itu memang rencana Ajeng. Rekan-rekan sekolahnya yang lain tidak tahu apa-apa perihal rencana Ajeng tersebut.
Mereka memutuskan kembali ke kamar masing-masing karena hari sudah larut malam dan ingin beristirahat. Mereka juga menyerahkan Ajeng pada Brahma untuk diantar ke kamar karena di benak teman-teman sekolahnya walaupun Ajeng adalah mantan kekasih Brahma, tapi wanita itu juga masih sahabat dekat Brahma.
Reaksi obat itu pun datang setelah teman-teman mereka pergi dari ruangan karaoke. Brahma yang menyadari ada ketidakberesan pada tubuhnya sekaligus ada keanehan pada diri Ajeng, akhirnya segera berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan diri dari mantan kekasihnya tersebut.
Brahma menyeret tubuh Ajeng secara paksa lalu memasukkannya ke dalam toilet pribadi di ruangan tersebut dan menguncinya dari luar. Brahma segera mer0goh sakunya untuk mengambil ponselnya.
Brahma mendial nomor kontak seseorang. Sambungan telepon itu pun akhirnya tersambung dan tak lama diangkat oleh seseorang di seberang sana.
Tut...Tut...Tut...
"Halo, Rav. Segera kamu ke ruangan karaoke kita di lantai 5. Buruan, Rav. Sekarang juga. Ajeng lagi sakit," titah Brahma dengan tegas disertai napas memburu karena menahan sebuah gejolak yang ingin segera dituntaskan.
Bip...
Tanpa menunggu jawaban Ravi, Brahma langsung memutus panggilannya secara sepihak. Suara gedoran pintu kamar mandi dari Ajeng terus terdengar di telinga Brahma. Beruntung ruangan privat ini kedap suara sehingga tak mengganggu pengunjung lainnya.
Ravi segera keluar dari kamarnya dengan cepat dan berlari menuju ruang karaoke sesuai perintah Brahma. Beberapa menit kemudian, Ravi telah tiba di depan pintu ruang karaoke.
Ceklek...
Pintu ruang karaoke didorong dan dibuka dengan cepat oleh Ravi.
"Ajeng sakit apa? Perasaan tadi dia baik-baik saja," Ravi menyapa Brahma yang tengah duduk di sofa karaoke sambil terlihat memijat pelipisnya.
Seketika Brahma berdiri setelah melihat kedatangan Ravi.
"Sakit jiwa. Urus dan bereskan dia. Ajeng benar-benar gila. Tega-teganya dia mau jebak aku dengan cara murahan begini. Aku pergi dulu ke kamarku. Tolong bereskan kekacauan yang ia buat, sebelum aku benar-benar kecewa dan enggak mau kenal dia lagi." Brahma pun melangkah pergi guna meninggalkan area ruang karaoke tersebut. Meninggalkan Ravi dengan Ajeng, hanya berdua di dalamnya.
BRAKK !!
Pintu karaoke sempat dibanting Brahma dengan cukup kencang guna meluapkan kekesalannya terhadap Ajeng.
Ya, Brahma tahu Ajeng yang berbuat seperti ini karena wanita itu sendiri yang tanpa sadar mengaku telah memasukkan obat ke dalam jus jeruk milik Brahma. Terkadang sebuah fakta dan kejujuran akan keluar saat orang tersebut sedang mabuk. Dan hal itu terjadi pada Ajeng hingga membuat Brahma berang sekaligus kecewa.
Ia tak menyangka Ajeng berbuat hal sejauh ini padanya. Padahal sebagai sahabat sekaligus mantan kekasih, Ajeng pasti tahu prinsip hidup Brahma. Ia tak akan mau merusak anak gadis orang terutama perihal kesucian seorang wanita.
Dahulu ketika masih menjadi kekasih Ajeng, Brahma selalu menjaga wanita itu dengan baik. Jika berciuman bibir, mereka memang pernah melakukannya. Namun sangat jarang terjadi karena memang Brahma yang takut kebablasan.
Seringkali Ajeng lah yang selalu mencium Brahma terlebih dahulu. Beruntung kesadaran masih menaunginya selama dirinya berpacaran dengan Ajeng, sehingga wanita itu masih suci sebelum kejadian tadi malam yang tak terduga.
Flashback Off.
Bersambung...
🍁🍁🍁
*Covernya ganti Sobat. Cover diganti dari pf dan sudah dikunci🙏