NovelToon NovelToon
Bayang Yang Terlupakan

Bayang Yang Terlupakan

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Slice of Life
Popularitas:320
Nilai: 5
Nama Author: HARIRU EFFENDI

Di sebuah kota kecil yang diselimuti kabut tebal sepanjang tahun, Ardan, seorang pemuda pendiam dan penyendiri, menemukan dirinya terjebak dalam lingkaran misteri setelah menerima surat aneh yang berisi frasa, "Kau bukan dirimu yang sebenarnya." Dengan rasa penasaran yang membakar, ia mulai menyelidiki masa lalunya, hanya untuk menemukan pintu menuju dunia paralel yang gelap—dunia di mana bayangan seseorang dapat berbicara, mengkhianati, bahkan mencintai.

Namun, dunia itu tidak ramah. Ardan harus menghadapi versi dirinya yang lebih kuat, lebih kejam, dan tahu lebih banyak tentang hidupnya daripada dirinya sendiri. Dalam perjalanan ini, ia belajar bahwa cinta dan pengkhianatan sering kali berjalan beriringan, dan terkadang, untuk menemukan jati diri, ia harus kehilangan segalanya.


---

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HARIRU EFFENDI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20:Ujian yang Tak Pernah Habis

Ardan sudah merasa terlalu lama terjebak dalam dunia yang entah apa ini. Dunia yang penuh dengan ilusi dan teka-teki, tempat di mana ia harus terus berjuang meskipun kadang-kadang tak tahu harus melawan apa. Dunia itu semakin membingungkan, dan ia mulai bertanya-tanya, apakah ia akan terus terperangkap di sini selamanya?

Namun, hari ini terasa berbeda. Setelah berhari-hari mencoba memahami dunia ini, Ardan melangkah di jalan setapak yang sepertinya tidak pernah ia lihat sebelumnya. Tidak ada pepohonan tinggi atau bukit seperti biasanya. Hanya ada udara yang sejuk, dan suara tawa yang aneh menggema di udara. Ia menoleh ke sekeliling.

"Tunggu, suara itu...?" gumam Ardan.

Tiba-tiba, dari balik semak-semak muncul segerombolan goblin dengan wajah hijau dan ekspresi lucu yang menggelikan. Mereka tertawa keras, seolah sedang bermain-main.

"Ini baru petualangan!" salah satu goblin berteriak, melompat ke depan Ardan.

Ardan terperanjat dan mundur beberapa langkah, tetapi segera merasakan ada yang aneh. Goblin itu justru melompat melewati Ardan, terus berlari tanpa tujuan.

"Kau takut? Kami hanya ingin bermain!" teriak goblin itu sambil tertawa.

Ardan mengernyitkan dahi. "Apa? Kenapa mereka tertawa? Apa yang sedang terjadi?"

Tanpa memberi kesempatan untuk berpikir lebih dalam, goblin itu berlari ke arah pohon dan... crash—ia menabrak pohon dengan keras dan langsung pingsan, terjatuh begitu saja. Ardan hanya bisa menatap dengan kebingungan.

"Uh... ini... apa?" Ardan bergumam, sambil menggelengkan kepala.

Belum selesai dengan kekacauan yang baru saja terjadi, tiba-tiba dari balik awan muncul sosok yang lebih mengerikan. Sesosok kuntilanak dengan rambut panjang terurai dan wajah pucat mulai melayang menuju Ardan. Suara tawa yang lebih menyeramkan terdengar, mengikuti tiap langkah makhluk itu.

"Akhirnya, ada yang bisa aku teror!" kata kuntilanak itu, namun tiba-tiba ia menunduk dan terjatuh ke dalam lubang kecil yang ada di tanah.

"Kyaaa!" terdengar suara panik saat kuntilanak itu meluncur ke bawah tanah dan menghilang. Ardan menghela napas panjang, merasa seolah-olah dunia ini sedang mengolok-oloknya.

"Apakah aku sedang diganggu oleh makhluk-makhluk bodoh?" Ardan bertanya-tanya sambil menatap ke atas, mencari-cari tanda kehidupan lainnya.

Namun, tanpa peringatan lebih lanjut, suara keras menggelegar datang dari samping. Sebuah golem raksasa dengan tubuh batu muncul dari tanah, mengaum keras, dan berjalan dengan langkah yang berat.

Ardan menyiapkan dirinya untuk melarikan diri, tetapi golem itu berhenti tiba-tiba, mengambil batu besar, lalu melemparnya... ke sebuah pohon yang ada di sebelahnya. Batu itu meleset dan jatuh ke sungai terdekat, berdebam ke dalam air.

"Golem ini cuma... lempar batu?" Ardan tercengang melihat kejadian itu, bingung dengan reaksi makhluk besar itu yang sepertinya tidak punya tujuan jelas.

Namun, tidak ada waktu untuk berpikir panjang. Tiba-tiba muncul pocong yang melompat-lompat dengan cara yang aneh, menyeramkan sekaligus lucu. Ia melompat dari satu sisi jalan ke sisi lain, membawa kain kafan putihnya yang melayang-layang.

"Tunggu... kamu harus jadi lebih seram dari ini!" teriak Ardan, merasa aneh melihat pocong ini yang malah terlihat seperti sedang bermain lompat-lompat.

"Amal..." pocong itu berteriak dengan suara serak, melompat tinggi dan jatuh ke dalam sebuah kolam, membuat cipratan air yang besar. Kemudian pocong itu menghilang dalam sekejap.

Ardan menggelengkan kepala, merasa semakin pusing dengan dunia yang ada di sekitarnya. Tidak hanya makhluk-makhluk yang muncul tiba-tiba, tetapi cara mereka menghilang pun sangat konyol.

"Hanya aku yang terjebak dalam dunia yang penuh dengan makhluk yang tidak tahu caranya jadi menakutkan?" tanya Ardan pada dirinya sendiri. Ia mulai merasa dunia ini seperti sebuah ujian yang harus dijalani dengan penuh kesabaran.

Tapi dunia ini sepertinya belum selesai mengujinya. Dari belakang, terdengar suara langkah kaki berat, dan dari dalam kabut muncul sebuah makhluk berbentuk manusia dengan wajah seram dan mata menyala. Tapi ketika ia mendekat, Ardan melihat bahwa itu bukanlah makhluk menyeramkan yang seharusnya ia hadapi.

"Apakah kamu... robot?" Ardan bertanya, keheranan.

Makhluk itu berdiri tegak di hadapannya, mengenakan kostum aneh dengan berbagai lampu yang berkedip-kedip. Dengan suara robotiknya, ia berkata, "Aku di sini untuk menguji ketahanan mentalmu."

"Apa? Uji ketahanan mental?" Ardan tertawa bingung. "Kamu cuma seorang robot yang... bawa lampu?"

"Benar!" jawab robot itu, lalu tiba-tiba berjalan mundur dan menabrak batu besar di belakangnya, jatuh ke tanah dengan keras. "Perhatian, uji... gagal. Sistem error."

Ardan hanya bisa tertawa lepas, tidak tahu harus mengatakan apa lagi. Semua ujian yang ia alami terasa begitu konyol dan lucu, seolah-olah dunia ini benar-benar ingin mempermainkannya.

"Aku kira, ujian itu serius," kata Ardan sambil mengangkat bahu. "Tapi ini lebih mirip pertunjukan komedi."

Dengan langkah pelan, Ardan melanjutkan perjalanan, seolah-olah telah terbiasa dengan dunia aneh ini. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, atau makhluk apa yang akan muncul lagi.

Namun, satu hal yang ia tahu pasti: dunia ini tidak bisa dipahami. Semakin ia berusaha mengerti, semakin aneh dan kacau semuanya. Tapi entah kenapa, ia merasa sedikit lebih tenang. Sepertinya, ujian-ujian itu bukanlah sesuatu yang harus ditakuti, melainkan dijalani dengan senyuman.

"Siapa tahu, mungkin ujian selanjutnya akan lebih kocak," Ardan berkata kepada dirinya sendiri, berusaha menikmati petualangan absurd ini.

Dan di tengah jalan, terdengar suara tawa riang yang menggelikan dari kejauhan, menandakan bahwa dunia ini belum selesai mengujinya.

1
Dzakwan Dzakwan
Sudah jadi fans berat cerita ini, semoga thor cepat update lagi.
HARI_MURU45MP3: Terima kasih banyak atas dukungannya! Senang banget tahu cerita ini bisa dinikmati. Update berikutnya akan segera hadir, jadi tungguin terus ya!
total 1 replies
Yoh Asakura
Aku udah binge-reading sampe tengah malem gara-gara cerita ini, teruskan ya thor! 💕
HARI_MURU45MP3: Terima kasih banyak atas dukungannya! Senang banget tahu cerita ini bikin kamu binge-reading sampai tengah malam 😄 Aku bakal terus berusaha memberikan yang terbaik. Jangan lupa kasih tahu pendapatmu tentang bab-bab selanjutnya, ya! 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!