Novel ini mengisahkan perjalanan cinta yang penuh dinamika, yang diselimuti perselisihan dan kompromi, hingga akhirnya menemukan makna sesungguhnya tentang saling melengkapi.
Diantara lika-liku pekerjaan, mimpi, dan ego masing-masing, mereka harus belajar mengesampingkan perbedaan demi cinta yang semakin kuat. Namun, mampukah mereka bertahan ketika kenyataan menuntut mereka memilih antara ambisi atau cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arin Ariana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pilihan yang Sulit
Seiring berjalannya waktu, hubungan antara Alfatra dan Ariana mulai menunjukkan kemajuan kecil. Ariana tidak lagi menghindari Alfatra, meskipun ia masih berhati-hati menjaga jarak. Sementara itu, Alfatra terus membuktikan ketulusannya dengan konsisten mendukung kegiatan dan proyek yang penting bagi Ariana.
Namun, di sisi lain, tekanan dari keluarga Alfatra semakin meningkat. Orang tuanya mulai melibatkan kerabat dekat untuk membujuknya, berharap Alfatra berubah pikiran tentang perjodohan dengan Naumi.
---
Tekanan dari Keluarga
Suatu malam, Alfatra dipanggil ke rumah keluarganya untuk makan malam bersama. Ia tahu, seperti biasanya, acara ini akan diwarnai dengan pembicaraan tentang perjodohan. Benar saja, saat makan malam berlangsung, ibunya membuka pembicaraan.
“Alfa, Ibu ingin kamu mempertimbangkan lagi perjodohan ini,” kata ibunya lembut tetapi tegas. “Naumi adalah pilihan yang tepat. Dia berasal dari keluarga yang baik, dan dia juga tidak keberatan dengan pernikahan ini.”
“Aku sudah bilang, Bu, aku tidak bisa menikah tanpa cinta,” jawab Alfatra, mencoba tetap tenang.
“Cinta itu bisa tumbuh, Alfa,” sahut ayahnya. “Pernikahan bukan hanya tentang cinta. Ini tentang keluarga, tanggung jawab, dan masa depan. Apa kamu pikir Ariana bisa memberikan semua itu?”
Alfatra menghela napas panjang. “Ini bukan tentang Ariana, Ayah. Ini tentang aku. Aku ingin menjalani hidupku dengan seseorang yang benar-benar aku cintai, bukan karena tekanan keluarga.”
Ibunya memandangnya dengan kecewa. “Kamu sudah melupakan semua yang keluarga ini lakukan untukmu.”
“Tidak, Bu,” Alfatra menjawab, suaranya mulai bergetar. “Aku tidak pernah melupakan itu. Tapi aku juga berhak menentukan hidupku sendiri. Kalau kalian tidak bisa mendukungku, aku akan tetap menjalani ini sendiri.”
Kata-katanya membuat suasana di meja makan semakin tegang. Ayahnya meletakkan garpu dengan kasar, sementara ibunya hanya terdiam dengan wajah kecewa.
~
Pertemuan Alfatra dan Naumi
Beberapa hari kemudian, Naumi mengundang Alfatra untuk bertemu. Ia merasa situasi ini sudah terlalu rumit dan ingin berbicara langsung.
“Alfa, aku ingin kita bicara jujur,” kata Naumi ketika mereka bertemu di sebuah kafe. “Aku tahu kamu tidak mau menikah denganku, dan aku juga tidak ingin terjebak dalam pernikahan tanpa cinta. Tapi keluargaku terus mendorong ini karena tekanan dari keluargamu.”
“Aku minta maaf, Naumi,” kata Alfatra dengan tulus. “Aku tidak pernah ingin membuatmu berada di posisi seperti ini.”
Naumi tersenyum kecil. “Aku mengerti. Tapi aku pikir kita harus bekerja sama untuk menghentikan ini. Jika aku bicara langsung pada keluargaku, mungkin mereka akan mendengarkan.”
“Kamu yakin?” tanya Alfatra, merasa lega tetapi juga khawatir.
“Ya,” jawab Naumi. “Tapi kamu juga harus bersiap. Orang tuamu mungkin tidak akan menyerah semudah itu.”
~
Ketegangan dengan Ariana
Di sisi lain, Ariana mulai merasakan konflik internalnya sendiri. Meski ia mulai membuka hati untuk Alfatra, ia tidak bisa mengabaikan fakta bahwa keluarga Alfatra mungkin tidak akan pernah menerima dirinya.
Suatu malam, saat mereka sedang berjalan-jalan di taman, Ariana mengungkapkan kekhawatirannya.
“Alfa, apa kamu benar-benar yakin tentang ini?” tanya Ariana, menghentikan langkahnya.
“Yakin tentang apa?” tanya Alfatra, meskipun ia tahu ke mana arah pembicaraan ini.
“Hubungan kita,” kata Ariana pelan. “Aku tidak ingin menjadi alasan kamu bertengkar dengan keluargamu. Aku tahu betapa pentingnya mereka bagimu.”
Alfatra menatap Ariana dengan serius. “Ari, ini bukan tentang memilih antara kamu atau keluarga. Ini tentang aku memilih untuk memperjuangkan hidupku sendiri. Dan aku memilih kamu.”
“Tapi bagaimana jika keluargamu tidak pernah menerima kita?” Ariana menatapnya dengan mata penuh kekhawatiran. “Aku tidak ingin kamu kehilangan mereka karena aku.”
“Aku tidak akan kehilangan mereka,” kata Alfatra tegas. “Mereka hanya butuh waktu untuk menerima ini. Dan aku akan memastikan itu terjadi.”
~
Malam itu, Alfatra kembali ke apartemennya dengan hati yang penuh tekad. Ia tahu jalannya tidak akan mudah, tetapi ia percaya bahwa cinta dan kebebasan untuk memilih adalah hal yang patut diperjuangkan.
Di sisi lain, Ariana masih merasa bimbang. Ia ingin mempercayai Alfatra, tetapi bayang-bayang perbedaan dunia mereka terus menghantui pikirannya.
Konflik keluarga dan keraguan Ariana kini menjadi tantangan utama dalam perjalanan cinta mereka. Apakah langkah Naumi untuk berbicara dengan keluarganya akan membantu menyelesaikan konflik? Atau justru akan menambah masalah baru?