Magika dan Azzrafiq tak sengaja bertemu di sebuah cafe, saat Magika sedang melakukan tantangan dari permainan Truth or Dare yang dia mainkan bersama teman-temannya.
Hanya dalam satu malam saja, Magika mampu membuat Azzrafiq bertekuk lutut, mereka melakukan hal-hal gila yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya, mereka melakukannya atas dasar kesenangan belaka.
Keduanya berpikir tak akan pernah berjumpa lagi dan hanya malam ini saja mereka bertemu untuk yang pertama sekaligus yang terakhir.
Namun takdir berkata lain, Magika dan Azzrafiq dipertemukan lagi, karena mereka diterima di kampus yang sama dan lebih tak disangka lagi mereka satu jurusan, tapi keduanya tidak saling mengenali karena saat pertemuan malam itu, mereka dalam pengaruh alkohol yang membuat keduanya tak ingat apa yang telah terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queen Dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
When The Truth is I Miss You
Di jalan, Magika memikirkan Azzrafiq, tiba-tiba hati kecilnya merasa sedih ketika meninggalkan tempat ini tanpa Azzrafiq di sampingnya.
Namun ketika mengingat lelaki itu telah memiliki kekasih, dia menepiskan semua pikiran itu, rasanya seperti membuang-buang waktu saja.
Randy memperhatikannya yang sedari tadi, jadi begitu pendiam, biasanya ada saja yang dibicarakan adik tingkatnya itu, apa karena efek terbawa arus di sungai?
"Siapa kamu?" Tanya Randy dengan nada suara yang berat.
Magika mengerutkan dahinya sambil menoleh pada Randy. "Apaan sih Kak gak jelas banget."
Randy terkekeh. "Nah ini Magika yang aku tahu, selalu ngomel-ngomel."
"Aku juga bisa kali jadi kalem."
"Lagian, aneh aja kalo lihat kamu jadi tiba-tiba pendiam, biasanya ngoceh atau protes."
"Aku cuma pengen istirahat aja Kak Randy, aku udah kecapean banget, mana besok udah masuk kuliah lagi." Ucap Magika seraya memejamkan matanya.
Randy tersenyum sembari mengelus kepala adik tingkatnya itu.
"Ya udah kamu tidur aja dulu, nanti kalo udah sampe Bandung, aku bangunin."
Magika mengangguk dengan mata yang terpejam, pikirannya mengenai Azzrafiq seketika hilang dengan munculnya Edward di dalam mimpinya.
Magika dan Randy sampai di rumah tante Karina, sepertinya tidak ada orang di rumah karena mobil Om Mustafa tak ada di garasi.
Magika turun dari mobil Randy dengan perlahan, dan meregangkan tubuhnya setelah beberapa jam berada di dalam mobil.
Randy turun dari mobilnya lalu meregangkan tubuhnya juga, dia mengambil tas Magika yang ada di jok belakang.
"Makasih banyak kak Randy, udah dianterin sampai depan rumah."
"Iya sama-sama." Ucap Randy seraya memberikan tas adik tingkatnya itu.
"Mampir dulu kak." Ajak Magika basa-basi dan berharap Randy menolaknya karena di rumah sedang tidak ada orang.
"Lain kali aja, pasti kamu juga masih ngantuk dan capek banget kan." Randy menolaknya dan Magika pun lega. "Kalo gitu aku pulang sekarang ya." Sambung Randy seraya kembali masuk ke dalam mobilnya.
"Hati-hati kak Randy, jangan ngebut." Ujar Magika seraya melambaikan tangannya.
"Bye Princess." Randy pamit seraya melajukan mobilnya.
Magika melihatnya hingga tak ada lagi di pandangannya, tapi di depan sana Randy malah memundurkan lagi mobilnya, membuat Magika bingung.
"Kenapa kak?" Tanya Magika.
"Salamin ya sama Tante dan Om kamu." Ujar Randy.
Magika tertawa, tak habis pikir, bisa-bisanya Randy bertingkah konyol seperti itu. "Ya ampun kirain kenapa hahaha."
"Bye Magika..." Seru Randy lalu memajukan lagi mobilnya untuk pulang, kali ini dia beneran pamit.
Randy sudah pulang dan sudah tak terlihat lagi, Magika segera masuk ke rumah, dan mengambil kunci di tempat biasa tante Karina simpan jika hendak keluar.
Magika melempar ranselnya ke tempat cucian dan mengeluarkan isinya, lalu dia segera bersih-bersih. Terlihat makanan yang tersaji di meja makan, tapi Magika belum lapar dia menutupnya dengan tudung saji, saat ini dia hanya ingin tertidur dan istirahat.
Magika naik ke tempat tidurnya dan merebahkan tubuhnya, merasakan empuknya tempat tidur lagi, dia merasa lega akhirnya bisa kembali pulang, seketika dia ingat belum sempat mengisi daya baterai ponsel nya, dia bangun kembali untuk mengambilnya di ransel.
Magika termenung di atas tempat tidurnya sambil melihat langit-langit kamarnya, dia memikirkan Azzrafiq, dia jadi merasa tak enak karena telah meninggalkannya tanpa pamit.
"Azzrafiq pasti nungguin aku." Gumam Magika, lalu perlahan matanya terpejam.
......................
Azzrafiq bersama teman-teman yang menjemputnya sampai di tempat kost setelah hampir menempuh perjalanan selama tiga jam lamanya, rasanya seperti melayang saat kakinya menaiki anak tangga satu persatu menuju kamarnya.
"Ospeknya berhasil bikin hidup orang berantakan kayaknya, kusut amat muka lo Fiq, gak pegel emangnya? Dari tempat ospek sampe kost-an muka lo asem bener." Oceh Adik.
"Ya gimana? Orang lagi patah hati Hahaha." Celetuk Yudhistira.
"Gue capek, gue cuma mau istirahat dalam damai." Celetuk Azzrafiq.
"Merinding amat kata-kata lo." Protes Kakak.
"Berhasil bikin setengah gila juga nih ospek." Celetuk Maulana seraya berjalan ke kamarnya yang berada di ujung dekat dapur.
Letak kamar Maulana sejajar dengan kamar Azzrafiq hanya saja posisinya sama-sama di ujung.
"Lo mah emamg udah gila dari sononya." Celetuk Yudhistira.
"Kagak sadar dia hahaha." Ejek Adik.
Azzrafiq menghela nafas panjang dan merogoh resleting ranselnya untuk mengambil kunci kamar, pintu sudah terbuka.
"Gue masuk dulu ya guy's, thank's udah mau jemput gue." Tutur Azzrafiq seraya menutup pintu kamarnya.
"Selamat berhibernasi." Teriak Yudhistira seraya masuk kamarnya yang berada di seberang kamar Azzrafiq.
Azzrafiq melangkahkan kakinya ke dalam, dan melemparkan ranselnya di lantai, dia segera membersihkan diri di kamar mandi dengan bayangan Magika yang terus berkeliaran di dalam benaknya.
"Kamu kenapa Gee?" Gumam Azzrafiq di bawah aliran shower.
Dia teringat pada malam yang dimana nyaris saja dirinya berciuman dengan Magika, dia juga teringat ketika memeluk gadis itu saat tertidur, senyum dan tawa Magika membuatnya semakin rindu akan sosoknya.
Gadis itu dengan liarnya berkeliaran di dalam pikirannya, tak ada lagi hal lain yang dapat Azzrafiq pikirkan selain Magika, seperti seseorang yang telah terhipnotis.
"Magika, I've fucking fallen for you." Ujar Azzrafiq.
Selesai mandi, Azzrafiq mengeringkan rambutnya dengan menggosokkan handuk dikepalanya, lalu dia merebahkan tubuhnya di tempat tidur dan memejamkan matanya dengan cepat, kini Magika mulai kembali menyapa dalam mimpinya.
Suara ketukan pintu membangunkan Azzrafiq dari tidurnya, ketukan itu masih belum berhenti, dengan malas dia turun dari tempat tidurnya dan melangkah menuju pintu dengan mata yang sangat lengket, Bianca yang sudah lama tak menemuinya kini datang menghampiri.
Selama kuliah di Bandung, baru kali ini lagi Azzrafiq bertemu dengan Bianca, di saat hatinya telah beralih dan berlari sangat jauh, bahkan tak mengharapkan lagi seseorang yang di hadapannya datang, nampaknya perasaannya terhadap Bianca benar-benar lenyap.
Tak seperti dulu lagi, dimana ada rona kebahagiaan di raut wajahnya, kini semua itu sirna.
Bianca langsung memeluknya ketika pintu kamar Azzrafiq terbuka, dan yang tak disangkanya lagi, pelukan itu terasa dingin dan tak mampu memudarkan rasa rindu yang kini dimiliki oleh wanita lain.
"Aku kangen banget sama kamu by." Tutur Bianca dalam pelukannya.
Azzrafiq tak membalas pelukannya, tangannya masih terkulai dan tak menggenggam punggung mungil yang mendekapnya, dia pun merasa aneh, begitu hambarnya pelukan Bianca.
"Aku masih ngantuk Bi." Ucap Azzrafiq datar.
Bianca yang menyadari sikap dingin Azzrafiq, coba memakluminya, karena sadar selama menginjak kuliah, dirinya telah mencampakkan lelaki itu, dia terima dengan lapang dada semua perlakuan kekasihnya itu.
Bianca rela menerima semua risiko yang telah dia perbuat terhadap Azzrafiq, bahkan sudah memiliki persiapan dan alasan untuk meyakinkan kembali hati Azzrafiq jika lelaki itu akan mengakhiri hubungan mereka.
"Ok, kamu tidur aja, aku bakalan nunggu di sini." Kata Bianca.
Azzrafiq kembali ke dalam kamarnya, sebelum naik ke atas tempat tidurnya dia mengambil ponsel blackberry nya untuk mencari tahu keberadaan Magika. Dia melihat jam di ponselnya menunjukkan pukul 14.20, baru dua jam dirinya tertidur.
"Katanya kamu masih ngantuk, kok malahan main hp sih?" Ucap Bianca kesal.
"Sebentar aja, aku cuma cek info selesai ospek." Sahut Azzrafiq berdusta, padahal dia sedang mengirim pesan pada Magika.
Kepala Azzrafiq terasa pusing karena tadi dia bangun dengan mendadak, pikirannya kembali berkecamuk pada Magika yang belum membalas pesannya.
Kehadiran Bianca tak dapat mengubah apapun yang dirasakan hatinya saat ini, bahkan dia menganggap kekasihnya itu seperti benda mati yang ada di dalam kamarnya.
"Gimana kalo kita cari makan aja By, mumpung kamu juga kelihatan lebih seger sekarang, nanti setelah makan kamu bisa lanjutin tidur lagi." Tutur Bianca.
Azzrafiq menghela nafasnya."Aku capek Bi, sekarang ini aku cuma mau istirahat aja."
"Sebentar aja By, kita juga kan udah lama gak ketemu, lagian kamu juga pasti belum makan kan?" Tukas Bianca yang kukuh ingin mengajak Azzrafiq pergi.
Jika tidak sedang kelelahan juga Azzrafiq pasti menuruti permintaan Bianca, lagipula saat ini dirinya sedang ingin istirahat dengan merebahkan dirinya saja, bahkan dia tak merasa lapar sedikit pun, Azzrafiq beranjak dari tempat tidurnya sambil membawa ponsel blackberry nya dan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.
Bianca melihat ponsel Azzrafiq yang lain, dia mengeceknya, dan passwordnya masih sama, belum berubah, sehingga dia dapat mengaksesnya, dia membuka galery dan melihat ada foto Azzrafiq bersama wanita lain, wanita yang ada di foto itu adalah Acha, mereka iseng foto berdua saat menunggu teman-teman satu kelompoknya datang ke fakultas pada hari pertama ospek, melihat itu tentu saja membuat Bianca marah dan penuh rasa curiga.
Lalu ada pesan masuk dari nomor yang tak dikenal, Bianca langsung membacanya.
^^^From +628xxxxx^^^
^^^Azzrafiq, ini Alin, aku cuma mau minta maaf soal tadi pagi yang bikin kamu hampir kebawa arus juga^^^
^^^aku mau hubungan kita tetap baik, semoga setelah ini kamu bisa maafin aku^^^
"Hubungan kita tetap baik? Apa ini cewek yang ada di foto itu?" Gerutu Bianca yang mulai kesal dan tak bisa mengendalikan emosinya lagi.
Bianca lanjut membuka pesan-pesan lainnya, dan banyak nomor asing yang masuk mengirimkan pesan pada Azzrafiq, Bianca sedikit merasa lega karena satupun pesan itu tak ada yang dibalas oleh kekasihnya itu, bahkan ada yang tidak dibaca sama sekali.
Hanya saja pesan dari Alin membuatnya jadi penuh curiga, Azzrafiq keluar dari kamar mandi dan mendapati Bianca sedang memegang ponselnya dengan raut wajah yang kesal, dia dapat menebak kekasihnya itu pasti membuka galery foto di ponselnya, untung saja dia sudah memindahkan fotonya bersama Magika ke laptop, dan yang ada hanyalah foto dirinya bersama Acha beberapa hari yang lalu.
"Kamu ada hubungan apa sama Alin?" Pekik Bianca.
Azzrafiq mengerutkan keningnya."Alin?"
"Iya, dia cewek yang ada di foto sama kamu itu kan?" Tuduh Bianca.
"Cewek mana yang kamu maksud?" Tanya Azzrafiq datar.
Bianca menatap Azzrafiq sinis."Oh jadi masih banyak cewek lainnya ya?"
Azzrafiq menghela nafasnya, dia tak ingin membuang tenaganya hanya untuk bertengkar dengan Bianca, dia kembali ke atas tempat tidurnya.
"Azzrafiq jawab pertanyaan gue! Gue berhak tahu!" Teriak Bianca.
Namun Azzrafiq tetap tak ingin menanggapinya, dia sudah tahu kelakuan kekasihnya ini, jika sedang dilanda cemburu, nanti juga Bianca akan tenang dengan sendirinya, dan akan sadar bahwa meneriaki dirinya bukanlah cara memecahkan masalahnya.
Azzrafiq memejamkan matanya, rasanya masih begitu lelah, tidur dua jam masih belum cukup untuk menstabilkan kondisi tubuhnya, tapi tak disangka Bianca menarik bantal dari kepalanya, dan membuat dirinya tersentak, tentu saja dengan keadaan yang lelah dan tidak cukup tidur membuat emosinya jadi tak terkontrol.
Azzrafiq yang biasanya tenang dan sabar menghadapi Bianca, kini tak bisa lagi menahan amarahnya, dia beranjak dari tempat tidurnya.
"Lo makin gue diemin makin gila, gue kira dengan diemnya gue bakalan bikin lo sadar Bi, sikap lo ke kanak-kanakan, gue capek, gue cuma mau tidur, lo bisa paham gak?" Pekik Azzrafiq yang baru pertama kalinya membentak Bianca.
Bianca tersentak dengan nada tinggi Azzrafiq, selama mereka berpacaran dan kerap kali bertengkar Azzrafiq tak pernah membentak dirinya seperti saat ini.
"Jadi sekarang kamu udah berani bentak aku, pasti gara-gara.."
Tak ingin ribut lagi, Azzrafiq melangkahkan kakinya keluar dari kamar meninggalkan Bianca sendiri di dalam.
"Azzrafiq tunggu, Fiq!!" Teriak Bianca.
Melihat pintu kamar Yudhistira yang terbuka, Azzrafiq segera masuk dan mengunci diri di dalam. Yudhistira yang tengah berada di dapur mendengar suara teriakan Bianca, melihat situasi di lorong dan melihat pintu kamarnya kini tertutup, dia langsung mengerti, pasti Azzrafiq mengurung diri di kamarnya untuk menghindari Bianca.