Tidak ada manusia yang bisa menebak takdirnya sendiri termasuk Gibela, seorang gadis biasa di takdirkan menjadi pelindung negeri luar yang disebut Dunia Magis. Gibela adalah orang terpilih pemilik anugrah kekuatan Bulan dan Bintang. Pimpinan Gedung Pod (Power of Destiny) dari Negeri Putih atau pemilik anugrah yang bernama Guru Hayeo menunjuknya jadi ketua grup 3F (Five Friend Fod) yang artinya lima sekawan Gedung Pod diantaranya yaitu Gibela, Yeni, Clara, Rayhan, dan Boy. Gibela memiliki keistimewaan dibandingkan pemilik anugrah lainnya, kekuatan yang luar biasa dan kecantikannya membuat banyak pria tertarik padanya termasuk Siyoon dan Raja Kegelapan. Tidak peduli berapa banyak kekuatan jahat yang datang Gibela selalu bisa menghancurkannya meski berkali-kali hampir kehilangan nyawa namun sejarah masa lalu Dunia Magis menyisakan racun dan menyebabkan kekuatannya menghilang. Apa Gibela bisa melawan kekuatan jahat tingkat tinggi itu ? Apakah Gibela bisa hidup dan bahagia bersama keluarg
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gibela26 Siyoon93, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemampuan Diri
5 Hari kemudian
Hari ini adalah hari Sabtu, Gibela dan Yeni masih tidur di kosannya. Setelah Gibela pulih mereka segera kembali ke tempatnya masing-masing dikarena member BBS tidak memiliki kekuatan seperti Gibela dan teman-temannya jadi mereka diantar Mey dan Jay. Libur tahun ini memberikan kesan yang mendalam bagi mereka khususnya member BBS, mereka baru mengetahui seperti apa dunia adik kecil kesayangannya.
‘Criininggggg criiiining’ suara nada dring ponsel milik Gibela.
“Haist pagi buta begini siapa yang telpon sih ?” walaupun kesal Gibela tetap mengambil ponselnya di lemari.
“Assalamualaikum, Haloo ? kenapa tidak ada suaranya. Oh salah pijit …” Gibela senyum sendiri.
“Ne Halooo, ada apa?” bangun dari tempat tidurnya.
“Kapan kalian punya ingatan bagus sih,” ternyata yang telpon adalah Clara.
“Hah ?”
“Cepat datang kesini ! kami sudah lama menunggu tau.”
“Kemana ?”
“OMG gedung pod lah.”
“Astagfirullah,” tanpa mengucapkan salam perpisahan Gibela langsung menutup telponnya.
Clara menggurutu disana “Haduh aku nyerah deh ngadepin ketua kalian,” Boy dan Rayhan terpaku lalu membalasnya “Ketua kita”.
“Yen bangun kita harus segera pergi ke gedung pod !” menarik selimut Yeni.
“Hah Apa ?”
“Cepat !!” Gibela menarik Yeni yang baru saja terbangun.
“Oh okey okey,” dengan muka lesu Yeni mengiyakan temannya itu.
“Gibellaaaaa …” Yeni terkejut setelah sadar dirinya di kamar mandi.
“Ada apa denganmu ? tega sekali.”
“Hari ini jadwal kita ke gedung pod.”
“Astaga …” Yeni langsung bergegas bersiap-siap.
“Sudah ayo !”
“Eh bentar biar wangi,” Yeni menyemprotkan parpum.
“Ayo cepat Yen !!”
Diatas Menara Timur Gedung Pod
“Tepat pukul 13.00 WIB,” Rayhan melihat waktu di jam tangannya.
“Usia muda tapi ingatan tua,” ucap Boy.
“Padahal hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan pekerjaan mereka, kenapa masih bertahan sih ?”
“Bagaimana kalau kita membantu mereka mencari pekerjaan baru ?”
“Tapi mereka mau gak ?”
“Entah, ” Clara mengangkat pundaknya.
“Keluargamu memiliki banyak bisnis kan ? coba carikan yang cocok untuk mereka.”
“Aku gak yakin mereka akan suka.”
“Apa yang tidak aku suka ?” Gibela dan Yeni datang dari sebelah Timur.
“Haist mengagetkan saja.”
“Kapan kalian datang ?”
“Belum lama, kami baru saja mengelilingi gedung pod mencari teman yang hilang,” ucap Yeni duduk di sebelah Boy.
“Kalian pantas mendapatkannya, itu adalah balas karena membuat kami menunggu berjam-jam.”
“Sorry …” Gibela dan Yeni memegang telinga mereka sendiri.
“Pasti karena pekerjaan,” sela Rayhan.
“Eh Gi ?”
“Iya kenapa ?”
“Mau mendengar saran tidak ?” tanya Rayhan memberanikan diri.
“Katakan !”
“Ini soal pekerjaanmu dan Yeni,” sambung Clara.
“Terus ?”
“Kami perhatikan rasa lelah kalian dalam bekerja tidak sesuai dengan bayarannya. Kami mengkhawatirkan kesehatan kalian.”
“Ada lowongan kerja di kantor Ayahnya Clara, siapa tau aja kalian tertarik ?” Rayhan melihat keduanya takut tersinggung.
“Syukurlah kirain kalian mau membakar kantor tempat kami bekerja,” jawab Yeni tertawa kecil.
“Saranmu bagus juga,” Boy mengangguk.
“Cuman becanda,” Yeni mencegahnya.
“Terima kasih teman-teman kalian sudah peduli padaku dan Yeni, soal itu memang aku sudah memikirkannya sejak awal.”
“Apa itu artinya kamu dan Yeni berniat resign dari perusahaan ?”
“Benar tapi nunggu waktu yang tepat,” jawab Yeni.
“Kami sudah membuat surat pengunduran diri,” sambung Gibela.
“Syukurlah, aku benar-benar takut saat mengatakannya,” Clara merasa lega saat mendengarnya.
“Jadi kapan kalian akan berhenti ?”
“In Sya Allah minggu depan.”
“Selanjutnya apa yang akan kalian lakukan ?”
“Ah gimana kalau menikah denganku saja, aku siap memberikan kamu segalanya,” Boy merayu Gibela.
“Uhek aku pen muntah,” ucap Clara menutup mulutnya seakan mual.
“Gak mau,”memukulnya.
“Hahaha rasain tuh ….” pengawal di bawah bisa mendengar dengan jelas suara tawa mereka.
“Jadi kamu mau pindah kerja kemana ?”
“Aku gak mau jadi kariawan.”
“Oh bisnis sendiri.”
“Bisa dibilang seperti itu.”
“Tapi kami masih bingung mau bisnis apa,” sela Yeni.
“Sebenarmya aku sudah menemukan pekerjaan,” ucap Gibela ragu.
“Hah pekerjaan apa ? sejak kapan ?” tanya Yeni terkejut.
“Pasti aku jelaskan nanti, sekarang waktunya kita pergi latihan,” Gibela menghindar segera menuruni tangga.
“Gi katakan sekarang aku tidak bisa menunggu sampai malam,” Yeni mengejarnya.
“Ehh kalian !” Clarapun ikut berlari mengejar mereka.
“Punya ketua ko gini amat,” celoteh Rayhan.
“Ray tunggu aku ! menurutmu apa dia akan memerima tawaranku ?” tanya Boy sambil berjalan merangkul Rayhan.
“Bagaimana dengan pacarmu ?” Boy memang cepat mencari pengganti ketika putus tidak lama kemudian udah punya pacar lagi.
“Kami sudah putus,” pura-pura menangis.
“Sudah kuduga.”
“Alasan dia minta putus karena aku tidak punya waktu bersamanya.”
“Aku kira karena ketahuan selingkuh,” tersenyum tipis.
Seperti biasa latihan dilakukan di lapangan gedung pod, senior yang melatih dan murid yang lainnya sudah berada dilapangan. Gibela dan teman-temannya baru saja tiba langsung ikut berkumpul, senior memberikan penjelasan materi pembelajarannya setelah itu memperaktekannya. Beberapa diantaranya langsung berhasil menggunakan sihir sedangkan sebagian besar gagal, murid yang gagal harus terus mencoba berulang kali sampai berhasil.
“Latihan hari ini selesai sampai disini dan
akan dilanjutkan besok pukul 9 pagi pastikan semua harus berkumpul disini tepat waktu.”
“Baik,” dengan serentak mereka menjawab.
“Terima kasih sudah membantu dan untuk besok mohon bantuannya kembali.”
“Senang bisa membantu, sampai jumpa besok Senior,” Gibela berlari mengejar ke empat temannya yang sudah pergi lebih dulu.
Semua murid junior sudah bubar meninggalkan lapangan tersisa murid senior yang berkumpul membahas teknik pembelajaran untuk besok. Setelah meninggalkan lapangan beberapa diantaranya murid junior beristirahat dikamar masing-masing, ada yang pergi ke ruang makan, ada yang berjalan-jalan, dan ada yang pergi keruang perpustakaan. Di sela kesibukan semua murid yang telah selesai berlatih terdengar Guru Hayeo dan Dion sedang berdebat membahas undangan yang di berikan Raja Artha untuk Gibela.
“Aku tidak setuju dengan pendapatmu.”
“Tapi Guru Ketua Gi cukup menghadiri saja lalu pulang.”
“Tidak tidak tidak …”
“Dengan kedatangan ketua Gi kesana kita bisa mempererat persatuan antara kekuatan putih dan kekuatan hitam.”
“Niatmu demi gedung pod atau membunuh Gibela.”
“Mana mungkin aku berniat membunuh Ketua Gi Guru, aku hanya …”
“Hanya apa katakan ?”
“Jika Ketua Gi pergi aku bisa membuatkannya gaun.”
“Gaun ?”
“Ketua Gi adalah orang yang terkenal dikalangan kita dia sangat populer Aku baru saja memulai bisnis pakaian. Ketua Gi sangat cocok menjadi model pakaian milikku.”
“Hanya untuk membuat desain pakaianmu diminati kamu mengorbankan murid kesayanganku, tidak aku tidak setuju …”
“Guru jangan khwatir gaun ini didesain khusus,” menarik gaun festa berwarna merah muda.
“Gaun ini bisa melindungi pemakainya. Gaun ini dilengkapi teknologi canggih seperti pelacak dan keamanan,” membuka jip pelacak di kancing baju atas.
“Lalu keamanannya apa ?”
“Pita ini adalah pedang, bunga ini adalah pistol dan tombol ini merubah kain menjadi pelindung yang terbuat dari sihir,” jelas Dion memperlihatkan perubahan pita menjadi pedang, bunga menjadi pistol dan sihir pelindung.
“Apa kamu yakin pelindung ini tidak bisa ditembus ?”
“Silahkan Guru mencobanya sendiri,” memberikan pedang untuk menusuk gaun itu dan benar saja bukan hanya tidak mempan tapi pedang itu patah.
“Aku sudah membuatnya selama berhari-hari dan memastikan sendiri kalau gaun ini layak digunakan para pemilik anugrah.”
“Bagus sangat bagus, tapi jawabanku tetap tidak.”
“Apa ?” Dion hampir jatuh tidak percaya ternyata usahanya selama ini sia-sia.
Diruang 3F Clara dan Rayhan sedang asik memainkan ponselnya sedangkan Yeni sedang mandi saat dia keluar tidak sengaja melihat Gibela duduk dibalkon membaca buku Bahasa Inggris karena merasa aneh dia terus memperhatikan tanpa melihat langkahnya dan ‘brug’ dia terjatuh menabrak Boy yang sedang memegang secangkir kopi.
“Ada apa denganmu main tabrak aja masa aku sebesar ini tidak kelihatan sih ?” membersihkan noda kopi yang terkena bajunya.
“Maaf maaf aku tidak sengaja,” membantu mengelap bajunya.
“Ah kamu ini bajuku kan jadinya kotor.”
“Sudahlah Boy sana ganti bajumu dulu,” sahut Rayhan.
“Tidak Rey biar aku saja,” ucap Yeni yang melihat Rayhan membawa kain lap.
“Tidak masalah.”
“Thank you Rey,” Rayhan mengangguk.
“Apa yang kamu lamunkan ?” tanya Rayhan.
“Aku tidak melamun, tapi itu coba kamu lihat tidak seperti biasanya Gibela membaca buku Bahasa Inggris biasanya juga novel.”
“Mungkin dia lagi kepengen aja.”
“Iya sih mungkin tapi rasanya mustahil.”
“Ya sudah kamu tanyakan saja.”
“Baiklah, aku kesana dulu.”
“Gi tumben kamu baca buku Bahasa Inggris ?”
“Belajar Bahasa Inggris,” jawab Gibela tersenyum.
“Hah belajar ?”
“Bisa Bahasa Inggris adalah salah satu keahlian yang perlu aku miliki di pekerjaan baruku.”
“Sebenernya apa sih pekerjaan barumu itu ?”
“Arsitek interior.”
“Hah seriusan Gi ?”
“Aku iseng mengupload desain rumah di akun IG. Dua hari setelah aku posting ada yang DM minta dibuatkan desain rumah sesuai keinginannya, awalnya ragu tapi aku tetap mencobanya butuh waktu sekitar 2 minggu untuk menyelesaikan gambar desainnya. Siapa sangka dengan keahlianku yang masih jauh dari kata professional dia sangat puas dengan hasilnya jadi dia membayarku,” jelas Gibela menutup bukunya.
“Berapa bayarannya ?” mengambil air minum di meja samping Gibela.
“100 juta.”
“Apa 100 juta ?” Yeni kaget menyemburkan air dimulutnya.
“Hal apa yang membuat temanmu sampai shok berat begitu ?” tanya Rayhan bergabung mengobrol.
“Hanya sengatan kecil,” jawab Gibela tertawa kecil.
“Gibela sudah kaya Rey,” sahut Yeni.
“Aamiiin, selain membeli desainku dia mengajakku bekerja sama.”
“Desain apa ?”
“Desain rumah Rey.”
“Hebat …” Rey bangga.
“Tunggu kamu tidak terkejut Rey ?” tanya Yeni.
“Aku sudah tau keahliannya soal menggambar, desain rumah bukanlah hal yang sulit bagi Gibela.”
“Kamu benar juga, tapi seharunya kamu cerita padaku Gi,” rengek Yeni.
“Aku memang sudah mau cerita saat di air terjun itu tapi kamu tau sendirikan apa yang terjadi.”
“Tapi kan …”
“Sebagai permintaan maaf aku traktir kamu deh ?”
“Okey aku maafkan.”
“Haduh dasar Yeni disogok dikit langsung luluh,” Rayhan geleng-geleng.
“Ada apa heboh sekali ?” Clara dan Boy datang ikut bergabung.
“Ehem cek cek perkenalkan bestieku sekarang adalah seorang arsitek,” penuh kebanggaan Yeni mengatakannya, tangannya melebar mengarah pada Gibela.
“Hebat betul,” Clara bersender di pagar tembok.
“Anak teknik nih bos,” tambah Boy.
“Syukurlah dengan begini kami tidak akan khawatir lagi, lalu bagaimana denganmu Yen ?”
“Emn masih belum,” memayunkan bibirnya.
“Bagaimana kalau mencoba di kantor Ayahku ?” Clara menawarkan.
“Atau mau menjadi asistenku ?” tanya Gibela.
“Emang boleh ?” merangkul Gibela.
“Kenapa tidak.”
“Okey setuju,” Yeni terlihat sangat bahagia.
“Keren kamu Gi,” Boy mengangkat kedua jempol tangannya.
“Uh aku jadi gak sabar melihat nama Gibela di cetak di surat kabar,” Clara semakin semangat mendukung temannya itu.
“Emn aku menyembunyikan identitas asli,” ucap Gibela pelan.
“Kenapa ? jika tidak menggunakan identitas asli bagaimana semua orang mengenalmu ?”
“Itulah alasannya,” mereka berempat mengangguk paham.
“Jadi kamu menggunakan nama samara ?” tanya Rayhan.
“Benar.”
“Namanya apa ?”
“Sigi,” ujung kertas gambar desain Gibela di beri tanda ‘Sigi2609’.
“Aku semakin mengagumimu Gi,” gumam Rayhan dalam hati.
Dari awal bertemu Rayhan sudah mengagumi Gibela, setiap kemampuan yang dimilikinya jarang dimiliki semua orang. Keunikan dalam diri Gibela menjadi ciri khasnya dimulai dari sikapnya, cara bicaranya dan tindakannya sangat langka dimiliki wanita. Takdir sudah ditentukan dan tidak ada seorangpun yang bisa menebak seperti apa takdir mereka. Meski nyawanya selalu menjadi incaran keberuntungan yang dimilikinya juga sangat besar. Sejak kecil Gibela sangat suka menggambar hasil gambarnya sering kali dipuji orang lain, di tingkat SMP Gibela mulai iseng membuat karikatur, karakter komik, kartun dan Barbie. Kemampuannya semakin berkembang saat masuk SMK jurusan otomotif, tapi sayang kemampuannya sangat buruk di bidang otomotif dia hanya bisa membongkar tapi tidak untuk memasang. Di otomotif memiliki lebih dari 15 mata pelajaran yang bersangkutan dan Gibela mahir disalah satunya yaitu gambar teknik, kepala sekolah menyadari kemampuan Gibela hingga akhirnya diasah sampai mahir. Tidak sulit mengajari seseorang yang sudah memiliki dasar karena itulah Gibela bisa dengan cepat mempelajarinya.
“Rey lihat ponselku gak ? tadi ada disini ?” Gibela mengangkat tumpukan buku di atas meja.
“Gak,” Rayhan meliriknya sebentar lalu melanjutkan kembali permainnannya.
“Ponselmu dalam mode senyap gak Gi ?”
“Gak Cla,” sibuk mencari di sekeliling Boy dan Rayhan.
“Coba aku telpon untuk mengetahui dimana letak ponselmu,” saat Clara menekan nomer Gibela, ponselnya berbunyi lebih dulu.
“Suaranya berasal dari,” mendekati sofa yang diduduki Boy dan Rayhan.
“Ini dia, loh ko bukan nomermu Cla ?”
“Keduluan ..” menggoyangkan ponselnya.
“Oh okey,” mengeser logo telpon berwarna hijau di ponselnya.
“Hallo….” Gibela pindah tempat ke balkon.
“Haloo, Adik kecilku bagaimana kabarmu ?”
“Alhamdulilah baik,” ternyata yang telpon adalah Gino.
“Alihkan ke panggilan video Hyung,” suara Joong.
“Hay…” terlihat dilayar ponselnya semua member BBS.
“Geser sebelah sana Hae !” berebut posisi paling depan kamera.
“Sudah mau tidur yah ?”
“Belum Oppa.”
“Ahh lihatlah Joong adik kecil kita sudah mau tidur tapi kamu terus merengek ingin menelponnya,” Gino menjitak dahinya.
“Haist kalian pintar sekali mengelak,” seketika Siyoon ditatap Nijie, Gino, Fohe, Jimie, Hae, dan Joong seakan ingin memakannya.
“Ah sepertinya airnya sudah matang,” tambah Siyoon berlari mengindari amukan mereka.
“Abaikan saja dia, bagaimana hari-harimu apakah menyenangkan ?”
“Cukup menyenangkan,” raut muka Gibela pura-pura sedih.
“Apa ada yang membuatmu sedih ? beritahu siapa orangnya nanti aku hajar sampai babak belur,” Jimie meninju beberapa kali boneka yang dipegangnya, Gibelapun tersenyum.
“Bagaimana kami harus menghiburmu yah ?” Nijie melihat ke sekeliling memikirkan caranya.
“Pergilah shopping besok !” pinta Fohe mentransfer uang seninai 10 juta won (Rp 114.966.900 ).
‘Clining’ notif masuk keponsel Gibela “Oppa apa yang kamu lakukan ?”
“Kurang yah ?” Nijie ikut mentransfer uang senilai 20 juta won (Rp 229.933.800).
“Stoop aku cuman bercanda Oppa ….”
“Syukurlah,” mereka berenam merasa lega mendengarnya, terdengar di belakang Siyoon tertawa kecil seakan meledek.
“Apa menurutmu itu lucu Yoon ?”
“Tidak ada,” Siyoon kembali duduk dekat Hae.
“Sedang apa teman-temanmu disana ?”
Siyoon menunjuk ke belakang Gibela.
“Apa yang mereka lakukan ?” memperbesar lokasi teman-temannya yang sedang mengintip dibalik pintu.
“Kerjain ah …” menggesek-gesek telapak tangannya.
Muka jahil Gibela terlihat begitu jelas di layar VC member BBS, mereka hanya memperhatikan tanpa berkomentar. Jari telunjuk Gibela mengarah ke kursi kayu didekat teman-temannya itu, sinar sihir diarahkan ke kursi.
“Astaga apa itu ?” Clara mendengar suara kursi yang bergerak.
“Tidak ada apapun perasaanmu aja kali,” Yeni melihat kebelakang begitupun Rayhan dan Boy.
“Oppa aku tutup telponnya yah, bay sampai jumpa lagi.”
“Sampai jumpa,” semua member BBS melambaikan tangan.
“Loh kemana Gibela pergi ?” Yeni heran.
“Sudahlah mungkin dia sudah masuk,” ketika mereka berbalik.
“Astaga ..” mereka terkejut melihat Gibela tiba-tiba muncul sambil tersenyum menyeramkan di balik kegelapan.
“Ahhhh ada setannn …” saking takut Clara meloncat.
“Hahahaha ………” Gibela tertawa puas berhasil menjahili teman-temannya itu.
“Bikin jantungan aja kamu Gi,” keluh Boy.
“Lagian kalian sih,” Gibela berkata masih tertawa.
“Sudah aku katakan ini bukan ide yang bagus,” ucap Rayhan.
“Tidak baik tau menguping itu ?” sindir Gibela.
“Kami tidak menguping hanya mengecek keadaanmu saja,” alasan Clara.
“Benarkah ?” menekan dan menggoda agar mereka mengaku.
“Betul iya kan teman-teman ?” Clara ngeles meminta bantuan Yeni, Boy dan Rayhan.
Mereka bertiga seakan gak tau langsung pergi melakukan hal lain.
“Hehe …” melarikan diri.
“Ada ada saja.”
“Eh iya Gi sudah sampai mana bisnismu itu ?” tanya Rayhan.
“Rencananya sih aku mau buat perusahan.”
“Butuh Dana berapa untuk membuatnya dan dari mana kamu mendapatkan dananya ?”
“Soal itu jangan khawatir Mis. Hokay yang akan mengatur masalah dananya.”
“Mis Hokay ?”
“Itu loh yang aku ceritakan tadi siang.”
“Oh yang DM kamu itu ?”
“Benar, dia memintaku menjadi direktur utama di perusahan yang akan dibuatnya itu.”
“Secara tidak langsung kamu adalah pemiliknya.”
“Awalnya aku tidak setuju karena aku tidak bisa menerima pemberian orang yang baru dikenal tapi setelah banyak pertimbangan dan obrolan aku setuju dengan syarat dia tetap mendapat bagian setiap bulannya.”
“Jadi dia seperti investasi lagi ?”
“Bisa dibilang begitu …”
“Perlu bantuan gak ?” Clara datang.
“Tidak usah aku bisa mengatasinya ko.”
“Kamu yakin ?”
“Heemn…”
“Baiklah semoga usahamu lancar Gi.”
“Terima kasih.”
“Yen ?” dari kejauhan Gibela melihat Yeni sedang gelisah.
“Katakan !” Boy mendorong Yeni maju.
“Ehh itu Gi eeehhhh ….”
“Kamu aja yang tanyakan !” Yeni pergi kebelakang Boy.
“Ada apa ?”
“Kami ingin tau apa kamu jadi pergi ke festanya Raja Artha ?” Boy tampak tegang begitupun dengan Yeni.
“Jadi, memangnya ada apa ?”
“Sungguh ?” bukannya menjawab Yeni dan Boy malah balik nanya.
“Apa kamu yakin disana kan …” Yeni menelan ludahnya.
“Kami ikut bersamamu !!!” ucap Rayhan berdiri.
“Tidak perlu, disana sangat berbahaya jika kalian ikut bagaimana bisa aku melindungi kalian semua.”
”Kami bisa jaga diri dan juga melindungimu.”
“Tidak kalian disini saja,” dengan tegas Gibela menolak mereka.
“Tapi …”
“Keputusanku tidak akan berubah.”
“Oh iya jangan menungguku aku mau pergi menemui Guru,” tambahnya meninggalkan ruang 3F.
“Apa dia marah ?”
“Tidak tau, sekarang kita harus melakukan sesuatu.”
“Kamu benar Cla aku sudah tidak bisa membayangkan seperti apa nanti,” membayangkan Gibela ditusuk, diracun, di tembak dan lain sebagainya.
“Hus jangan berpikiran buruk,” Yeni melemparkan bantal pada Boy.
“Cepat cari solusi dan caranya supaya Gibela tidak jadi pergi !”
“Mustahil dia pasti tetap pergi secara Gibela itu kan keras kepala,” sambung Yeni.
“Kalau begitu tidak ada cara lain lagi,” Clara menyerah sampai lemas.
“Kalau begitu kita ikutin dia aja diam-diam,” ide Boy.
“Hey kamu lupa apa ? Gibela itu peka terhadap suara selain itu penglihatannya juga tajam sebelum keluar dari gedung pod dia sudah bisa menemukan kita.”
“Seandainya ada seseorang yang tidak bisa didengar oleh Gibela.”
“Angin saja bisa dia dengar,” komentar Rayhan.
“Tunggu …”
“Kenapa ?”
“Ada satu orang yang tidak bisa di dengar Gibela dari jarak jauh.”
“Siapa ???” mereka berempat penasaran.
“Hihihihi …..” tawa Yeni seperti nenek lampir.
Tidak lama kemudian Yeni menelpon seseorang dan menjelaskan semuanya.
Untungnya orang itu setuju membantu mereka melancarkan rencananya.
“Kita harus meminta bantuan Senior Mey dan Senior Jey !”
“Aku akan pergi menemui mereka,” Rayhan pergi dalam sekejap menggunakan kekuatannya.
“Guru tidak akan marah kan kita melakukan hal ini ?”
“Kita akan menjelaskannya nanti,” Rayhan balik lagi untuk mengatakannya.
“Pasti saat ini Guru juga tidak setuju jika Gibela pergi,” ucap Yeni.
“Selanjutnya apa yang akan kita lakukan ?”
“Susun rencana B,” jawab Boy.
“Rencana A nya ?”
“Yeni yang akan mengatakannya.”
“Loh ko aku sih ? Clara aja,” menunjuk Clara.
“Kita yang harus mencari ide selanjutnya,” Clara sedikit kesal.
“Yen kapan kamu tau kalau orang itu satu-satunya yang suaranya tidak bisa di dengar Gibela?”
“Awalnya aku pikir mungkin itu hanya kebetulan tapi ternyata Gibela benar tidak bisa mendengar suara dia padahal saat itu jaraknya tidak jauh, jadi aku semakin yakin.”
“Kenapa cuman dia yah ?”
“Entahlah mungkin karena takdir,” jawab Yeni.
“Mereka sudah setuju,” Rayhan datang.
“Bagus kalau begituh.”
“Ayo kita temui Guru !” Boy hendak pergi.
“Tunggu Gibela pasti masih disana,” Clara menarik tangan Boy.
“Jadi harus bagaimana ?”
“Kita intip saja dulu saat nanti Gibela sudah pergi baru kita temui Guru ?”
“Setuju …”
“Kalau begitu ayo pergi !” ajak Yeni.