dibaca aja ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggun juntak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
cahaya di tengah kegelapan
Malam itu, setelah meninggal kan Menara Langit, Arka dan Maya berjalan melalui hutan yang tampak semakin asing. Meskipun ingatan nya telah kembali, Arka merasa bahwa dunia ini—dunia yang dia kenal—sekarang terasa lebih besar dan lebih rumit dari sebelum nya. Setiap langkah mereka di penuhi dengan pertanyaan yang belum terjawab.
"Peta ini... kenapa bisa begitu kuat?" tanya Arka, memegang peta itu dengan hati-hati, seolah-olah benda itu mengandung rahasia yang sangat berbahaya.
Maya memandang nya dengan cemas. "Kau yakin kita bisa mengendali kan nya? Kita sudah menyaksikan kekuatan peta ini di Menara Langit."
Arka mengangguk pelan. "Kekuatan ini milik dunia, bukan milikku. Aku hanya pemegang nya. Tapi aku harus mencari tahu kenapa aku dipilih untuk membawa peta ini."
Saat mereka melanjutkan perjalanan, langit malam tiba-tiba berubah. Awan gelap menggulung, menyelimuti bintang-bintang yang tadi tampak terang. Suara angin berubah menjadi desis rendah yang menakut kan. Di depan mereka, jalan setapak yang biasa nya tenang kini tampak seperti lorong yang penuh bayangan.
"Ini tidak biasa," Maya bergumam, merasakan ketegangan yang meningkat. "Ada sesuatu yang salah."
Arka mempercepat langkah nya. "Kita harus tetap berjalan. Ini mungkin bagian dari takdir kita."
Tiba-tiba, sebuah cahaya muncul di kejauhan. Bukan cahaya biasa—cahaya itu berkedip-kedip, seperti bintang yang jatuh, tetapi lebih terang. Menarik perhatian mereka berdua, Arka dan Maya melangkah menuju cahaya itu, yang semakin mendekat dan semakin besar.
**Pertemuan dengan Sang Penjaga**
Mereka akhir nya sampai di sebuah lapangan terbuka, di tengah hutan, di mana cahaya itu bersinar terang. Di tengah lapangan, berdiri seorang pria tua dengan jubah berwarna biru tua, mata yang penuh kebijaksanaan, dan sebuah tongkat panjang di tangan nya. Cahaya itu berasal dari dirinya—seolah-olah ia adalah sumber dari seluruh kegelapan yang melanda.
"Siapa kau?" tanya Maya, sambil melangkah maju.
Pria tua itu tersenyum. "Aku adalah penjaga yang menunggu kalian. Kalian telah tiba di tempat yang tepat."
"Menunggu kami?" Arka bertanya. "Apa maksudmu?"
Penjaga itu menatap Arka dengan penuh perhatian, seolah menilai sesuatu yang dalam. "Peta yang kau bawa, Arka, adalah kunci terakhir yang bisa membuka gerbang dunia lain—dunia yang telah terlupakan. Di sanalah jawaban atas semua pertanyaan mu tersembunyi."
Maya terkejut. "Dunia lain? Apa maksudmu?"
Penjaga itu mengangguk perlahan. "Dunia yang lebih tua dari dunia yang kalian kenal. Dunia yang telah dipenuhi oleh makhluk-makhluk yang lebih kuat dari apa pun yang ada di dunia ini sekarang. Dunia itu dipenuhi oleh rahasia yang telah lama terkubur, dan hanya mereka yang benar-benar siap yang dapat memasuki gerbang itu."
Arka merasakan ke gelisahan merayapi dirinya. "Jadi, aku harus ke dunia itu? Untuk menemukan apa?"
Penjaga itu mengangkat tangan nya, dan peta yang di bawa Arka berkilau. "Untuk menemukan kebenaran tentang asal-usul mu, tentang siapa yang memanggil mu untuk mengemban takdir ini. Tetapi perlu di ingat, Arka, perjalanan ini tidak akan mudah. Ketika kau melangkah ke dunia itu, segala yang kau kenal akan berubah. Kau akan menghadapi ujian yang akan menguji kekuatan batinmu."
Maya memegang tangan Arka. "Apakah itu berarti kita harus melangkah ke dunia lain?"
Penjaga itu tersenyum lembut. "Kalian tidak memiliki pilihan lain, Maya. Takdir telah membawa kalian ke titik ini. Jika kalian ingin mengetahui seluruh kebenaran, kalian harus melanjutkan perjalanan ini."
**Gerbang ke Dunia Lain**
Setelah mendengarkan perkataan penjaga, Arka dan Maya tahu bahwa mereka tidak bisa mundur. Mereka telah memilih jalan ini sejak awal, dan meskipun ketakutan menyelimuti mereka, mereka tahu bahwa hanya melalui perjalanan inilah mereka bisa menemukan jawaban yang mereka cari.
Penjaga itu melambai kan tangan nya, dan seketika cahaya terang memancar dari tongkat nya, membentuk sebuah gerbang berkilauan di depan mereka. Gerbang itu mengeluar kan suara berdesir, seperti ada angin yang bergerak dengan sangat cepat di balik nya.
"Ini adalah gerbang yang akan membawa kalian ke dunia lain," kata penjaga itu. "Setiap langkah kalian setelah ini akan mengubah hidup kalian. Tidak ada jalan kembali."
Arka menatap gerbang itu. Ada rasa takut yang dalam, tetapi di dalam hati nya, ia tahu bahwa perjalanan ini adalah bagian dari takdir nya. Ia meraih tangan Maya.
"Kita akan melakukan nya bersama, Maya," kata Arka dengan suara penuh tekad.
Maya mengangguk, meskipun mata nya penuh dengan kecemasan. "Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di sana, Arka. Tapi aku akan tetap di sini bersamamu."
Dengan langkah mantap, mereka memasuki gerbang itu. Ketika mereka melewati nya, dunia yang mereka kenal menghilang begitu saja. Mereka tidak lagi berada di hutan yang sama, tidak lagi di dunia yang biasa mereka jelajahi.
**Dunia yang Baru**
Mereka berdiri di sebuah dunia yang sangat berbeda. Langit nya berwarna ungu gelap, dengan cahaya bintang yang lebih besar dan lebih terang dari yang pernah mereka lihat. Tanah di bawah kaki mereka terasa aneh—seperti tidak padat, seperti ada kekuatan yang mengalir di dalam nya.
"Maya," Arka berbisik, "ini... ini seperti dunia yang bukan milik kita."
"Ini dunia yang lebih tua dari apapun yang kita tahu," jawab Maya. "Dunia yang di penuhi rahasia."
Tiba-tiba, mereka mendengar suara langkah kaki di belakang mereka. Sesosok makhluk besar muncul dari kegelapan, berjalan dengan langkah berat. Mata nya bersinar seperti api, dan tubuh nya dilapisi oleh lapisan batu yang tampak seperti bagian dari dunia itu sendiri.
"Selamat datang di dunia yang terlupa kan," kata makhluk itu dengan suara yang menggema. "Tapi ingat, hanya satu yang akan keluar dari sini dengan hidup. Dan hanya satu yang akan mendapat kan apa yang mereka cari."
Arka dan Maya menatap makhluk itu, tahu bahwa ujian yang paling sulit belum dimulai.
---