Mendapati keponakannya yang bernama Sisi divonis leukemia dan butuh donor sumsum tulang, Vani membulatkan tekad membawanya ke Jakarta untuk mencari ayah kandungnya.
Rani, ibu Sisi itu meninggal karena depresi, tanpa memberitahu siapa ayah dari anak itu.
Vani bekerja di tempat mantan majikan Rani untuk menguak siapa ayah kandung Sisi.
Dilan, anak majikannya itu diduga Vani sebagai ayah kandung Sisi. Dia menemukan foto pria itu dibuku diary Rani. Benarkah Dilan adalah ayah kandung Sisi? Ataukah orang lain karena ada 3 pria yang tinggal dirumah itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
APA YANG SUDAH KAU LAKUKAN PADA RANI?
Pak Salim sengaja tidak menceritakan detail pertengkarannya dengan Bu Retno pada Vani. Dia terlalu malu mengakui jika telah mencintai Rani, kekasih anaknya. Dia hanya bilang jika hari itu, terjadi kesalah pahaman antara dia, Rani dan Bu Retno. Hingga akhirnya dia pergi dari rumah.
"Mungkinkah jika Rani hamil anak_"
"Mas Dilan," potong Vani cepat. Mereka berdua saling bertatapan untuk beberapa saat. Dari sorot mata mereka, terlihat jika kali ini, apa yang mereka pikirkan sama.
"Tapi jika Rani hamil anak Dilan dan mereka saling mencintai, kenapa Rani sampai depresi? Mungkinkah Dilan tak mau tanggung jawab?" Pak Salim menduga-duga.
"Mas Dilan bilang, dia tak tahu jika Kak Rani hamil. Dia ada di US waktu itu."
"Tak tahu?" Pak Salim mengerutkan kening. Saat peristiwa Rani pergi dari rumah, Dilan memang sedang kuliah di US. Dan kepergiannya itu atas desakan Bu Retno. Mungkinkah istrinya itu tahu jika Rani ada hubugan dengan Dilan? "Kemungkinan pertama, Rani belum memberitahu Dilan. Dan kemungkinan kedua, Sisi bukan anak Dilan."
"Kalau bukan anak Mas Dilan, apa mungkin dia anak Mas Damian?" terka Vani.
"Damian?" Pak Salim langsung menggeleng. "Rasanya tidak mungkin. Jika yang dicintai Rani adalah Dilan, tak mungkin itu anak Damian."
"Mungkin saja. Bagaimana jika Damian meruda paksa Kak Rani?"
Pak Salim tersenyum simpul. "Itu tidak mungkin. Saat itu Damian masih kelas 3 SMP, mau lulus. Aku mengenal Damian, dia tak mungkin melakukan hal menjijikkan seperti itu."
Vani tersenyum miring. Tentu saja dibela, kan anaknya. "Jika tidak karena diperkosa, kenapa Kak Rani sampai depresi?" tekan Vani sambil melotot. Dia tak peduli lagi siapa Pak Salim, yang ingin dia lakukan hanya segera mengurai benang kusut peristiwa 7 tahun lalu. Apa yang sebenarnya terjadi hingga Rani depresi. "Jika Kak Rani melakukan atas dasar suka sama suka dengan Mas Dilan, dia tak mungkin sampai depresi."
Dalam hati, Pak Salim membenarkan perkataan Vani. Tapi Damian memperkosa Rani, rasanya itu mustahil. Dia masih pada dugaannya, yaitu Rani hamil anak Dilan. Dan untuk penyebab Rani depresi, itu yang masih dia pikirkan.
"Dan sekarang, apa Dilan sudah tahu jika Sisi adalah anak Rani?"
Vani menggeleng, "Dia belum tahu."
"Dia harus segera tahu. Jika benar dia pernah berhubungan dengan Rani, dia harus segera tes DNA. Sisi butuh donor, dan ayah kandungnya yang paling besar kemungkinan untuk menjadi pendonor."
Pak Salim mengambil ponselnya yang ada disaku jas. Tak mau mengulur waktu, dia menelepon Dilan dan menyuruhnya segera datang kerumah sakit. Sambil menunggu Dilan, mereka kembali keruang PICU. Berdiri didepan kaca, melihat kondisi Sisi.
"Jika benar, dia anak Dilan, itu artinya dia cucuku," gumam Pak Salim. Tak puas hanya melihat dari jauh, dia minta izin dokter untuk masuk keruang PICU. Awalnya Dokter tak mengizinkan karena kondisi Sisi yang masih belum stabil, tapi karena terus memaksa, akhirnya Pak Salim diizinkan masuk, tapi hanya sebentar.
Setelah memakai pakaian khusus dan melakukan beberapa prosedur, Pak Salim masuk keruang ke PICU. Dia tak kuasa menahan air mata melihat tubuh kecil itu dipenuhi alat alat medis. Dia kembali teringat Rani saat menatap Sisi.
"Sisi Sayang, kamu pasti kuat." Pak Salim memegang jemari mungil Sisi. "Opa akan melakukan apapun untuk menyelamatkanmu. Bahkan jika nyawa bisa ditukar dengan nyawa, Opa rela memberikan nyawa Opa untuk ditukar dengan nyawamu." Firasat Pak Salim mengatakan jika saat dia pergi hari itu, sesuatu telah terjadi pada Rani. Tak mungkin Rani tiba-tiba depresi, saat terakhir dia melihatnya, Rani masih baik-baik saja. Dan kemungkinan kedua yang membuat Rani depresi adalah Dilan tak mau tanggung jawab. Mungkin saja Dilan hanya berbohong pada Vani, mengatakan jika dia tak tahu kalau Rani hamil.
"Nanti saat Sisi sudah sembuh, Opa akan mengabulkan semua permintaan Sisi. Kita akan main petak umpet, main kuda kudaan, dan..." Pak Salim tak sanggup melanjutkan kalimatnya. Air matanya mengalir makin deras sampai dia kesulitan menyekanya.
"Anak siapapun kamu, meski bukan anak Dilan, Opa akan tetap menyayangimu." Dalam hati, Pak Salim sangat yakin jika Sisi adalah anak Dilan. Mungkin karena inilah, dia langsung menyayangi Sisi saat mereka baru bertemu. Karena sesungguhnya, mereka punya ikatan darah.
Meski masih ingin berlama lama dengan Sisi, tapi perawat sudah memintanya keluar. Demi kesembuhan Sisi, dia menuruti perintah suster. Dia keluar dari PICU, bersamaan dengan kedatangan Dilan.
PLAAKKK
Sebuah tamparan keras langsung Pak Salim layangkan pada Dilan. Vani yang melihat itu sampai terjingkat kaget.
"Apa yang sudah kau lakukan pada Rani?" tanyanya.
"Rani?" Dilan memegangi pipinya yang terasa panas.
"Apa kau pernah tidur dengan Rani?"
mereka hrs menuai apa yg mereka tanam
tanpa tau kejelasan yg sesungguhnya ny.
kasihan Rani jd depresi gara2 ulah Ret o.
bersiap lah. karma menantiu Retno
kang Dilan..
Retno... apa yg kau tanam itu lah yg kau tuai
hanya Autor lah yg tau..
di biarin takot kena salahin di tolong takot si Dilan nyari kesempatan