Kehidupan ini terlalu menyakitkan, cinta yang telah Aluna perjuangkan terpaksa harus ia relakan berakhir tak bahagia bersama Rain.
Lalu bagaimana bisa seorang Aluna yang telah terpuruk dengan keadaan harus terus berjuang agar tetap hidup, bak semua komedi dirinya di paksa melupakan semuanya
"Biarkan aku pergi" Lirih Rain
---
"Rain, maafkan aku, aku terpaksa pergi, dan melanggar janjiku" Lirih Aluna
---
Ibaratkan terjebak di alam mimpi, Aluna kecil terbangun dengan keringat yang sudah melekat di bajunya
"Siapa kakak tadi ya?" ujar si toddler sambil menatap mamanya yang masih tertidur
Apakah ini kesempatan berikutnya bagi Aluna? apakah Rain juga telah lahir di kehidupan berikut nya meskipun keduanya tak lagi saling mengenal maupun memiliki perasaan yang sama, bagaimana kisahnya? yuk saksikan bersama
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putriiiiiiiiiii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AMM
.....
"siapa kamu?" dingin anak laki-laki tersebut
"alun cuma ma-"
"kamu pencuri, hah?!!" bentaknya
"bu-bukan a-alun..."
"MAMA!!!"
"ada apa sayang?!" panik mama reina
"lihat! dia mengambil piala kakak!"
"ya ampun Gabriel! dia anak tante Aiya! kamu kenapa sih sayang?"
"siapa ma? memangnya anak tante aiya cewek?"
"iya, dia alun"
"oh maaf alun, kak Gabriel kira kamu pencuri" kekehnya melihat aluna yang sudah menunduk
"aluna.... maafin kakak ya?" bujuk Gabriel
"he'em"
"nahhh mau kakak beliin ice nggak?"
"mau!!" antusias alun
"yaudah, letakkan piala itu sebelum pemiliknya datang" bujuk Gabriel
berbanding dengan Gabriel yang mudah menerima pernyataan dan akan langsung meminta maaf, kakaknya justru sebaliknya, ia benar-benar keras akan pendapat nya
"gak papa! biar tante yang lindungi peri cantik ini, Gabriel ke atas ya? ganti baju kamu kemudian turun"
"iya ma"
"mau ikut adik?" tanya gabriel kemudian di jawab oleh aluna dengan gelengan
"yaudah dadah"
mama reina menggeleng, ia kemudian kembali ke dapur untuk menyelesaikan cemilan spesial yang ingin ia berikan pada anak sahabatnya itu
namun aluna yang tubuhnya masih sangat kecil itu berusaha meletakkan kembali piala tersebut, namun usahanya kian sia-sia tak lama seseorang yang usianya tak beda jauh dengan Gabriel menggendong nya untuk meletakkan piala tersebut
"kakak gabli?" tanya Aluna
"bukan"
aluna sedikit merinding, suaranya lebih berbeda dengan Gabriel bahkan sepertinya ia seekor singa yang menjelma ke tubuh manusia
"ka-mu ciapa?" lirih aluna menoleh
"Rain"
"Lain? hujan?"
"ehm"
"ah" kagum aluna melihat ketampanan yang sangat luar biasa, lebih tampan dari Gabriel dan papa Flot yang baru saja ia temui
"siapa kamu?" dinginnya
"a-lun"
"alun"
"aluna Ecander"
"aluna Xander?"
"i-iya"
"sedang apa kamu di rumah ku?"
"a-alun di-di panggil tante ke sini"
"mamaku?"
"i-iya"
Aluna masih menatap rain dengan kagum, sedangkan rain menatap aluna biasa biasa saja seakan gadis mungil yang sejak tadi di puji itu tak secantik itu di matanya
"kenapa menatap ku?"
"tampan" jujur aluna
"oh"
rain ingin langsung meninggalkan aluna namun gadis kecil itu mengejarnya dan menarik tas nya, rain yang malas meladeni anak kecil kembali menoleh
"apa?"
"a-lun ikut"
"tidak"
"kenapa?"
"kita baru kenal" dingin rain
"makanya itu alun mau dekat!"
"tidak!"
"boleh ya kak lain?"
"tidak!"
"kenapa?"
"akhhhh aku bilang tidak ya tidak!" dingin rain mengacak acak rambut nya
tak lama aluna yang pertama kalinya di bentak menangis histeris hingga membuat rain kian muak meladeni gadis mungil bernama aluna itu
"berisik" sinis rain meninggalkan aluna yang menangis histeris
"Hei! Rain! kamu apakan aluna"
"anak itu terlalu lebay" sinis rain terus melanjutkan langkahnya
"adduuuhhh alun, maafin kak rain ya sayang? ayo makan, cemilannya sudah selesai"
mama reina menggendong aluna ke sofa dan segera menyuapi gadis itu dengan cemilan yang ia buat, mama reina berpikir ia tak akan suka ternyata sama seperti rain yang menikmatinya, aluna memakannya dengan penuh ceria, meskipun matanya masih sembab karena habis menangis
tok tok
"masuk!" teriak mama Reina
"loh? anak mama makan apa sayang?" kekeh mama aiya duduk di sebelah Aluna
"cemilan" ujar aluna terus makan
"waahh, alun suka cemilan kak rain?" tanya mama aiya
"he'em, enak"
"Waahhh nggak nyangka ya? selain rain ada aluna yang suka masakan kamu yang hambar" kekeh mama aiya
"iya, hanya ini masakan yang tak berbumbu, dan hanya aluna dan rain yang suka, selebihnya mereka nggak akan makan termasuk aku" kekeh mama reina
.....
Rain memutar malas bola matanya, ia benar-benar kesal dengan seisi rumahnya yang sangat bersemangat untuk ke rumah aluna
"ma! rain capek! rain mau tidur" gerutu rain
"hei! mereka cuma sebentar! ayolah sayang, ya?"
"kan akan pulang lagi mama!! kenapa sih"
"kita nggak tau kapan aluna pulang lagi! bisa aja kamu udah kuliah atau apalah"
"aaaakhhhhh" batin rain ingin berteriak
"iya iya"
hanya Rain lah yang membuat semuanya tertunda, Gabriel yang akhirnya mendengar persetujuan dari kakaknya segera berlari untuk pergi duluan
"ada ada aja mama" sinis rain
"mama dengar rain!"
"iya iya maaf ma"
rain berjalan dengan malas ke rumah aluna, setibanya di sana rain di sambut dengan pelukan aluna, sontak mama reina dan papa Flot yang tau putranya itu tak suka di peluk hanya bisa menahan tawanya termasuk Gabriel
"kak lain" antusias aluna
"ehm"
"alun lindu"
"oh!"
rain mendorong tubuh aluna dengan telunjuknya kemudian membuat aluna ingin menangis tapi rain menatapnya dengan sangat tajam hingga membuat aluna menciut
"kak lain" lirih nya
"lebay!" kesal rain
"kak lain alun kan cu-"
"jauh jauh dariku!!" ujar rain melemparkan aluna tatapan yang sangat tajam
"kak lain kok tampan banget ya?" gumam aluna menatap kepergian rain
aluna menyusul rain namun langkah rain yang cepat membuat aluna terjatuh hingga membuat nya menangis histeris
"RAIN!!" Kesal mama reina
"hei bangun!!!" kesal rain menggebu-gebu
"RAIN!!!" kesal papa Flot
"aaaaahhh iya iya" kesal rain kemudian menggendong aluna
aluna yang kegirangan reflek memeluk rain kemudian menatap rain yang menatap nya bak pisau yang siap mengiris nya
"jangan memelukku!!" bisik rain
"i-iya"
rain menurunkan aluna kemudian segera duduk untuk makan malam bersama keluarga aluna, aluna yang punya kursi sendiri segera mendorongnya untuk duduk di dekat rain
"ngapain kamu di situ?" tanya Gabriel yang sedikit kecewa karena aluna menarik kursi mininya yang tadi di dekatnya pergi ke dekat kakak nya
"aluna mau sama kak lain"
rain hanya diam tak mau merespon aluna, jika ia merespon si caper itu maka bisa di tebak hidup nya akan sangat menderita
"kak lain hihihi" kekeh aluna
"rain?"
"iya tante"
"bagaimana sekolah kamu sayang?"
"baik"
"tante dengar kamu akan melanjutkan sekolah kamu di luar negeri setelah selesai sekolah menengah pertama?"
"iya tante"
"di mana?"
"Inggris"
"Australia juga termasuk rain" ujar papa Flot
"rain akan tetap memilih Inggris"
"benar, kita ikuti kemauan rain dia yang akan menjalani nya" bela papa Morgan
rain tak merespon, ia sibuk menikmati makanannya tanpa niat ingin membahas apapun dengan keluarga nya sendiri maupun keluarga aluna, bukan rain tak suka namun ia benar-benar lebih betah diam tanpa berbicara dengan siapapun termasuk si caper aluna
.....
bersambung